Sejak mendapat berbagai informasi dari twitter @republikaonline, sebagai "Islamic book lover", saya kepingin sekali bisa datang ke Islamic Book Fair (IBF) 2012. Alhamdulillah, ibunda tercinta mau menemani hari ini, 14 Maret 2012. Tapi, ada syaratnya, menemani ibunda saya dulu untuk memenuhi keperluannya ke bagian stand busana muslimah.
Subhanallah, beraneka ragam busana muslim dan muslimah dengan pernak perniknya, jilbab, gamis, CD Islami, dan lain-lain dijual di arena IBF lantai 2. Itu artinya, IBF bukan hanya menawarkan buku, tapi sekaligus "one stop" kebutuhan untuk kaum muslim/muslimah.
Saya amati stand demi stand, baik senyumannya maupun pelayanannya. Rata-rata, melayani pengunjung dengan ramah, senyum dan sabar. Semoga pertanda, adanya ukhuwah Islamiyah di dalam IBF ini.
Setelah menemani ibunda tercinta, barulah kami turun ke lantai bawah. Nah, momen inilah yang saya tunggu. Kesan pertama, saat berkunjung ke IBF stand perbukuan di lantai bawah, wow, subhanallah, ribuan buku terhampar di stand-stand penerbit buku. Bingung mau pilih yang mana. Akhirnya saya putuskan, saya mau mencari buku kisah motivasi Islami dan kisah cerita anak-anak Islam. Barulah saya mulai hunting bersama ibu saya. Sayangnya, saya ketinggalan mendengarkan sharing knowledge dengan Asma Nadia di panggung utama IBF.
Saya amati stand-stand dari satu penerbit ke penerbit yang lain, semua sibuk melayani pengunjung. Ada yang serius, ada yang full smile, ada yang biasa saja dan ada juga yang cuek.
Diskon-diskon buku-buku Islami yang menggiurkan, cukup menarik perhatian saya. Kehendak diri pingin borong sebanyak-banyaknya. Suasana IBF sungguh dinamis, dengan segala keanekaragamannya. Salut buat panitia yang bertumpus lumus sehingga berhasil merangkul 350 penerbit buku Islami, from A to Z, untuk terlibat di dalam IBF 2012 ini, two thumbs up.
Sempat kami menanyakan lokasi stand penerbit yang sedang saya cari, ke suatu stand penerbit buku lainnya, dan ia bilang tidak tahu. Kemudian, kami tanyakan lagi ke stand penerbit lainnya, ia pun bilang tidak tahu, dan tanya lagi ke tempat lain juga menjawab hal yang sama. Hal ini, yang membuat saya jadi berpikir.
Saya sempat membaca mengenai IBF di republika.co.id. Jika boleh saya pakai bahasa sendiri, sesungguhnya IBF ini merupakan ajang saling sayangnya antar penerbit dengan penerbit lainnya; Penerbit dengan pembaca; Penulis dengan pembaca; Penulis dengan penulis lainnya; Pembaca dengan pembaca lainnya (interaksi antar penerbit, penulis, pembaca, dan stake holders dalam industri perbukuan Islam).
Saya sedikit berharap, sesungguhnya mereka sedikitnya bisa membantu, jika mereka tidak tahu, dengan berkata, "Ibu bisa melihat di papan informasi disana." Tapi berkali-kali kami tanyakan, jawabannya sama, "tidak tahu, Bu." Pada waktu itu, kami tidak tahu ada papan informasi lokasi stand penerbit.
Semangat dari IBF, salah satunya adalah pemersatu. IBF adalah ajang pemersatu, dalam ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam). Saya membayangkan, setiap harinya ribuan pengunjung dalam 10 hari, dengan berbagai tujuan datang berbondong-bondong. Baik menggunakan alat transportasi umum maupun pribadi, hingga puluhan bis besar rombongan siswa-siswi dari berbagai sekolah Islam, parkir di depan Istora Senayan. Belum ditambah ribuan peserta, dan panitia IBF, subhanallah, betapa banyak jumlah stake holders dalam industri perbukuan Islam yang hadir disana. Jika ini dijadikan momen ber-ukhuwah Islamiyah, subhanallah akan terasa "sesuatu" yang menjadi penyemangat di dalam IBF.
Ukhuwah Islamiyah, begitu ditekankan oleh baginda Rasulullah saw. Sebagaimana hadits Rasulullah Saw, “Seorang muslim dengan muslim lainnya, bagaikan bangunan yang saling mengikat dan menguatkan satu sama lainnya.“ Dan begitu juga, sebagaimana sabda Rasulullah Saw lainnya, “Belum dikatakan beriman salah seorang diantara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari).
Nuansa ukhuwah Islamiyah, bisa dirasakan di saat saling menyapa dengan keceriaan dan senyuman, berjabat tangan erat (untuk sesama muhrim), mengucapkan salam, saling membantu, dan banyak lagi akhlak Rasulullah yang bisa kita teladani dalam ber-ukhuwah Islamiyah. Di saat nuansa ukhuwah Islamiyah terasa, suasana lingkungan akan menyenangkan, dan pengunjung pun merasa nyaman di stand-nya. Antar penerbit pun bisa saling sapa, saling bantu dalam nuansa ukhuwah Islamiyah.
Memanglah disadari, tidak bisa dalam sekejap mata ada peningkatan nuansa ukhuwah Islamiyah. Namun, jika ada yang turut berperan serta menjadi lilin-lilin kecilnya, awalnya, itulah yang akan menjadi cahaya yang akan bersinar hingga mulai terang, hingga terang benderang.
Insya Allah IBF akan menjadi momen penting dalam ukhuwah Islamiyah di negeri tercinta ini. Sebagaimana juga, ada peribahasa menyatakan, "sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit," yang artinya, usaha yang terus-menerus dilakukan, walaupun hanya berawal dari hal kecil tapi akhirnya pasti akan memberikan hasil.
Dengan peserta terdiri dari 350 penerbit terlibat di dalamnya pada tahun ini, bahkan dari manca negara ikut serta di dalamnya, IBF bisa menjadi ajang pemersatu dalam ukhuwah Islamiyah. Untuk menambah nuansa ukhuwah Islamiyah, jika berkenan, izinkanlah saya memberikan saran mengenai pelaksanaan IBF.
Saran pertama, sosialisasi dari awal lewat panitia IBF mengenai betapa pentingnya nuansa ukhuwah Islamiyah. Hal ini disampaikan kepada jajaran panitia dan peserta IBF.
Saran kedua, agar IBF semakin semarak, diadakan acara kebersamaan untuk mendeklarasikan bahwa meskipun berbeda-beda, tapi tetap satu di dalam IBF. Semua penerbit mempunyai keunggulan masing-masing. Kelemahannya bisa dibantu oleh penerbit yang lain dengan saling bantu membantu satu sama lain. Itulah message yang ingin disampaikan dalam acara kebersamaan sesama penerbit tersebut. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta.
Saran ketiga, para pengunjung disambut dengan panitia khusus. Panitia yang profesional, ramah, dan siap membantu pengunjung tentang lokasi stand penerbit, jadwal acara dan informasi lainnya yang dibutuhkan pengunjung dengan nuansa ukhuwah Islamiyah yang kental.
Saran keempat, melibatkan Kementerian Agama (dalam hal ini Ditjen Bimas Islam) sebagai salah satu stake holders dalam industri perbukuan Islam. Di mana juga bertanggung jawab dalam hal ukhuwah Islamiyah di Indonesia, untuk membagikan selebaran mengenai betapa pentingnya ukhuwah Islamiyah kepada semua pengunjung, peserta dan panitia IBF. Caranya dengan menyediakan petugas khusus, dan meminta kepada pengunjung yang menerima selebaran itu agar dapat menyebarkan pesan ukhuwah Islamiyah tersebut kepada yang lain.
Demikianlah sedikit kesan, pesan dan saran dari saya. Sudilah memaafkan, jika ada yang kurang berkenan atau kurang sesuai dengan fakta yang ada secara keseluruhan. Ini hanyalah berdasar pengamatan selama beberapa jam di IBF 2012 dan membaca serba serbi IBF di republika.co.id.
Semoga, IBF berikutnya semakin berkembang dari sisi kuantitas peserta, pengunjung dan stake holders industri perbukuan Islami yang terlibat. Serta, dari sisi kualitas juga semakin baik dan barokah, senantiasa dalam nuansa ukhuwah Islamiyah yang kental. Amiin ya robbal alamiin. Wallahualam bissawab.
Eva Yulianti