K o r u p s i ...


Alhamdulillah kumasih bisa menuliskan rasaku tentang ini..ini kutuliskan karena panggilan hati..
Sampaikanlah sholawat dan salam ku pada baginda Rasulullah saw, jadikanlah para pemimpin negeri kami mencontoh beliau..sosok pemimpin ideal sepanjang jaman

Hari  demi hari keadaan negeri ini semakin kacau, belum selesai kasus korupsi yang satu, muncul lagi kasus korupsi lainnya. Apakah korupsi itu? Berikut ini definisi korupsi menurut wikipedia. Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Berpuluh-puluh tahun budaya korupsi sudah mengakar di negeri kita ini. Dari skala kecil hingga skala besar, tak perlu dijelaskanpun, kita sudah tau sama tau, betapa budaya yang tidak baik ini, mengakar di Indonesia. Ada juga yang kadang terlupa, korupsi waktu, ini juga korupsi, yang seringkali terabaikan. Jika korupsi waktu kita masukkan, maka semakin banyak orang yang berperilaku korupsi di negeri kita.

Era orde baru sudah berlalu, pada waktu itu kita berharap korupsi ini bisa dituntaskan, namun ternyata hingga era reformasi ini tetap saja kebiasaan korupsi ini masih begitu banyak menyebar di negeri kita tercinta ini, why?. Bahkan bertebaran kasus-kasus baru yang menyergap perhatian publik, kasus satu belum selesai, diteruskan dengan kasus yang lain.

Sebagai orang awam, diri ini tergerak mau menganalisis penyebab terjadinya korupsi yang tiada hentinya. Pertama, adalah tentang pola asuh orangtua. Kenapa begitu, di negeri kita ini, orangtua seringkali menanamkan pola asuh yang salah. Sungguh saya memohon maaf kepada para orangtua. Namun inilah kenyataan dari apa yang terlontarkan dari sebagian orangtua sadar atau tanpa sadar. Misalnya, nak, nanti klo kerja jadi pegawai negeri, ya, trus tempatnya yang 'basah'. Sering kan jaman2 kita dulu dengerin nasihat ortu yang seperti itu. Sehingga ada motivasi dari orang2 dijamannya jika masuk pegawai negeri karena 'lahannya basah'. Tanpa sadar ada ortu yang sedari kecil menanamkan seperti itu, terinstall di alam bawah sadar buat si anak. Saat ia besar, itulah hasil yang dituai. Ada lagi, nasihat orangtua, tingkat kesuksesan dari materi. Lihat deh anaknya si anu si anu, hebat deh dia sudah beli mobil, rumah, ini itu dsb, didewa-dewakanlah materi itu. Dan itupun terinstall dalam alam bawah sadar si anak. Jika nanti besar, ia tak mendapatkannya, ia bisa menghalalkan segala cara agar bisa meraih kesuksesan versi ortunya yang telah terinstall di alam bawah sadar. Selain itu, sewaktu kecil, ada ortu yang menginginkan anaknya juara kelas, jika tidak juara, nilainya jelek, dimarahi, dan dianggap buruk. Akhirnya si anak menghalalkan segala cara agar nilainya baik dengan menyontek. Kebiasaan menyontek adalah budaya seorang anak yang ingin nilainya bagus dengan yang tidak halal. Awalnya dari menyontek, kemudian lanjutannya menyogok pembuatan Ktp, sim, dll yang menimbulkan bertambah suburnya korupsi, dan nantinya karena sudah terbiasa, jika ia jadi pegawai dengan ringannya bisa melakukan hal yang sama. Seharusnya sebagai orangtua, hendaklah memperlakukan anak sama, semua anak hebat, apapun cita-citanya. Sebaik-baik makhluk adalah yang beriman dan beramal sholeh. Apapun profesinya, yang penting halal dan barokah. Materi bukanlah segala-galanya, perjuangkan agar anak menjadi kaya hati.

Selain dari pola asuh orangtua, faktor lingkungan juga. Sesungguhnya anak terlahir fitrah, lingkunganlah yang mewarnainya. Jika hari demi hari yang dilihatnya hitam, warnanya akan hitam. Namun, guruku bilang, jadilah ikan laut, walaupun air laut asin, ia tetap bisa mempunyai perisai sehingga ikan laut tidak terasa asin. Fitrah manusia mempunyai perisai diri seperti ikan laut, sebagai umat Islam perisai kita adalah Alquran dan hadits Rasul dengan segala kekuatannya agar perisai kita menjadi kokoh dan kuat tuk menghalau air laut yang asin.

Faktor lain yang membuat suburnya korupsi, penanaman nilai agama sejak kecil, bukan dimulai dari tauhid (berketuhanan), dimana penanaman alquran dan hadits sebagai pedoman hidup pondasi tuk menjalani kehidupan, tapi yang didahulukan cara membaca yang benar, tajwid dll. Bukannya diri ini menganggap itu tidak butuh, itu juga diperlukan, namun ada yang lebih dalam dari itu makna berketuhanan untuk bisa dirasakan. Ortu dan guru bertanggungjawab atas penginstallan di alam bawah sadar anak-anak, sehingga dari awal tertanam di dalam hatinya siapa Tuhannya dengan segala sifat keMahaanNya siapa nabinya dengan segala sifat kemuliaannya dan kebaikannya. "Allah itu tidak tidur nak, ia Maha Melihat, dan semuanya akan dipertanggungjawabkan disana.. Siapa yang mau surga? Siapa yang mau disayang Allah?" Dll.. Jadikan generasi penerus menjadi seorang "God fearing" man and woman, itulah tugas pendidik (ortu dan guru). Mendongeng tentang kisah rasulullah dengan segala suri tauladannya dibacakan oleh orangtua sehingga sifat shiddiq (jujur, berkata dan berbuat benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fathonah (cerdas) dapat ditanamkan dari sejak dini secara perlahan tapi pasti. Dengan mencontoh akhlak luhur rasululah generasi penerus akan berjalan dalam koridorNya.

Faktor lain yang menyebabkan korupsi yaitu tuntutan ekonomi keluarga, dengan paham hedonisme dengan kemewahan-kemewahan keindahan dunia yang ditawarkan media massa dan elektronik membuat gaya hidup jadi meningkat sehingga selalu saja kurang, dan menuntut lebih. Padahal hidup sederhana bersahaja itu nikmatnya subhanallah, sebagaimana kehidupan baginda rasulullah saw, dengan segala kesederhanaannya, patut kita contoh.Itulah peran kepala keluarga membawa keluarganya menuju keluarga yang selalu dalam naungan ridho Allah dan rasulNya.

Sistem peradilan di negeri kita juga belum membuat koruptor takut. Misalnya di Cina, hukuman mati bagi para koruptor. Sesungguhnya perberlakuan hukum Islam bisa jadi salah satu solusi untuk pemberantasan korupsi ini.
***
a. Dianalogikan dengan perampokan , yaitu korupsi dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan dan yang telah dikorupsi telah mencapai satu nishab / batas minimal maka dikenakan dengan hukum potong tangan secara bersilangan sebatas pergelangan tangan. ( Nishabnya seberat emas 93,6 gram, tahun 2011 emas 1 gram seharga Rp.400.000,00 maka nishabnya = Rp. 38.520.000,00). Apabila akibat perbuatan tersebut menyebabkan korbannya meninggal dunia dia dapat dikenakan hukuman mati, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maaidah ayat 33, artinya:” Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan RosulNya dan membuat kerusakan di muka bumi , bagi pembunuh hendaknya dibunuh, bagi perampok yang membunuh korbannya hendaknya disalibkan , bagi perampok yang hanya merampas harta korbannya maka hukum mannya dipotong tangan dan kakinya secara bersilangan sebatas pergelangannya “.

b. Dianalogikan dengan pencurian, maka hukumnya adalah potong tangan sebatas pergelangan apabila telah mencapai satu nishab ( 93,6 gram emas).
Sumber:
hukum.kompasiana.com/.../pilihan-hukuman-koruptor-menurut-al-quran/

Sungguh, indah hukum Islam. Ini bukan tuk menyindir, tapi tuk membuka wawasan. Terlihat kejam, namun sungguh dibalik itu, Allah menyayangi hambaNya, diri ini merasakan, inilah penghapusan dosa. Tangan yang dipotong hingga hilangnya nyawa dibalas dengan surga. Inilah kebaikanNya, tanda kasih sayangNya, keindahanNya. Tiada yang sia-sia, sebesar biji zarrahpun akan dihitungNya.

Demikianlah rasa diri ini tentang korupsi. Sesungguhnya masih banyak faktor lainnya yang bisa dirasakan. Sebagai perenungan, di surat Al Bayinah:7, "Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." Tingkat kehebatan seorang makhluk bukanlah yang kaya raya, namun beriman dan mengerjakan kebaikan, itulah kaya hati/kaya jiwa. Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Nabi SAW : „ Bukanlah kekayaan itu harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati"
***
Rasulullah SAW pernah bertanya kepada Abu Dzar ra, “Wahai Abu Dzar, apakah banyaknya harta adalah kekayaan?” Aku menjawab, “Ya, benar, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya lagi, “Apakah kamu menganggap sedikitnya harta adalah kemiskinan?” Aku menjawab, “Benar, ya Rasulullah.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya kekayaan itu adalah kekayaan hati dan kemiskinan adalah kemiskinan hati.” (HR An-Nasai, Ibnu Hibban, Thabrani).

Makna hakiki kekayaan dalam pandangan Rasulullah SAW adalah kekayaan jiwa. (HR Bukhari, Muslim, Ahmad dll).
m.republika.co.id/berita/dunia-islam/.../lxqlqf-kekayaan-hakiki
***

Kekayaan jiwa sungguhlah rejeki yang tak ternilai harganya, Allah pun akan mengapriciate nya dengan jannahNya. Katakan tidak untuk korupsi, karena itu akan memiskinkan jiwa kita. Disaat miskin jiwa kita, sulit menemukan ketentraman jiwa, hidup pun sulit menjadi barokah, apakah mungkin bisa lebih dekat dengan jannahNya? 

Ya Allah..ya Tuhan kami..
Tumbuhkanlah di hati kami...alarm jiwa sebuah kebenaran dan kebatilan
Alarm jiwa yang membuat kami  takut tuk berbuat sesuatu di luar koridorMu
Alarm jiwa yang membuat kami selalu ingin dalam keridoanMu
Alarm jiwa yang membuat kami dapat mengerem diri kami disaat kami khilaf

Ya Allah ya Tuhan kami...
Jadikanlah para pemimpin kami pemimpin yang shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah...sehingga dapat menjalankan semua fungsi nya selalu dalam koridorMu..dalam damai dan kasih sayangMu selalu
Jadikanlah negeri kami negeri yang aman, damai dan sentosa dalam naungan keridhoanMu selalu..
Jadikanlah  kami penduduk negeri ini  tidak saling membenci, selalu saling menyayangi dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan dalam kesabaran..
Amiin ya robbal alamim...laahawla walaa quwwata illa billah
Alfatihah...

Subhanakallahumma wabihamdika
Asyhadu alla ilaaha illa anta
Astaghfiruka wa'atubuillaik

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "