"Life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get."


Alhamdulillah, segala puji hanya milik-NYA, atas segala karunia nikmat yang DIA berikan..yang kuketahui dan yang tidak kuketahui.
Shalawat beriring salam..kepada baginda rasulullah SAW..

Film FORREST GUMP, begitu menginspirasi. Sosok sederhana, so simple...hidupnya untuk sekarang, buat untuk nanti...ia melakukan apa yang mau ia lakukan, tanpa berfikir terlalu banyak bla - bla nya. Di jaman sekarang ini, sulit menemukan orang seperti Forrest Gump..seperti saya termasuk di dalamnya. Ia selalu meng-quoute kata ibunda tercinta.. " My momma always said, "Life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get."

Forrest Gump tidak pernah ada bayangan, ia bakal menjadi orang kaya, dengan kepolosannya, dan keterbatasan IQ nya... semuanya hanya lewat semboyan itu. Disaat mendapatkan itu pun, biasa - biasa saja. Jujur..buat saya, semboyan hidup Forrest Gump, jika ditafakuri, itu qurani... karena sehebat apapun manusia menduga, tidak ada yang jauh lebih hebat dari kemahadahsyatan Allah dalam memutuskan sesuatu, menentukan takdir seseorang. Allah Yang Maha Pengatur..sudah dengan Maha Rapihnya mengatur kehidupan seseorang, dalam kerahasiaanNYA. Forrest Gump, menjadi orang yang sukses, walau ia tidak tau bahwa ia adalah orang sukses... sehingga tidak membuatnya besar kepala...semua ditanggapi adem ayem, biasa-biasa saja.

Alangkah indahnya hidup ini, jika bisa terus mengikuti ketetapanNYA..rela diatur olehNYA. Akal mempunyai keterbatasan untuk berfikir terlalu pusying, memikirkan hari esok akan seperti apa. Sesungguhnya, manusia itu merugi jika ikut campur urusanNYA terlalu dalam..istilah gaul sekarang, "cape' dehh'...

Seperti contohnya, disaat sedang mengajari si sulung ujian, kadang terbersit panjang angan2..apakah adik2nya si kembar mampu kah mengikuti pelajaran yang sulit2, seperti kakaknya..apakah mereka bisa menyerap pelajaran nantinya?..kadang pusing sendiri. Padahal..masih jauh..sudah dipikirkan, itu merugikan diri sendiri. Aku nulis ini, untuk menyadar-nyadarkan diri saya, tiada yang tau..semua sudah diaturNYA..
Kemampuan ku sebatas berikhtiar, tanpa melihat hasil..

Kecenderungan manusia, termasuk yang nulis, kadang sering melirik hasil dalam melakukan sesuatu, sehingga akhirnya jadi pusing kepala sendiri. Semoga Allah memudahkan jalannya..menjadi orang yang simpel, sederhana.. ga terlalu banyak mikir..JUST DO IT THE BEST in a simple way..

Berikan jalan ya robbi..sebagaimana..panutanku.. baginda rasulullah dengan segala kesederhanaannya, tapi beliau adalah manusia termulia disisi ALlah dan sisi manusia hingga akhir zaman nanti... amiiin..

Kisah Sufi : Nabi Musa as dan Penggembala (Inspiring Me Much..)


(Taken from Facebook)
Sahabatku rahimakumullah,
Dalam dunia Tasawuf memang dipenuhi banyak cerita-cerita sufi, tokoh Nabi Musa as dan Nabi Isa as sering kali dikisahkan. Berikut ini salah satu kisah Nabi Musa as dan Gembala yang menarik untuk kita resapi tentang kecintaan manusia kepada Tuhan. Tentu saja cerita sufi ini tidak ada dan tidak diceritakan dalam hadist Rasulullah ataupun Al Qur'an. Jadi dalam memahami diperlukan kearifan dengan kacamata sufisme.

Dikisahkan pada zaman Nabi Musa as, hiduplah seorang penggembala yang bersemangat bebas. Ia tidak punya uang dan tidak punya keinginan untuk memilikinya. Yang ia miliki hanyalah hati yang lembut dan penuh keikhlasan. Hati yang berdetak dengan kecintaan kepada Tuhan.

Sepanjang hari ia menggembalakan ternaknya melewati lembah dan ladang melagukan jeritan hatinya kepada Tuhan yang dicintainya, “Duhai Pangeran tercinta, di manakah Engkau, supaya aku dapat persembahkan seluruh hidupku pada-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menghambakan diriku pada-Mu? Wahai Tuhan, untuk-Mu aku hidup dan bernafas. Karena berkat-Mu aku hidup. Aku ingin mengorbankan domba-Ku ke hadapan kemuliaan-Mu.”

Suatu hari, Nabi Musa as melewati padang gembalaan tersebut dalam perjalanannya menuju kota. Ia memperhatikan sang gembala yang sedang duduk di tengah ternaknya dengan kepala yang mendongak ke langit.

Sang gembala menyapa Tuhan, “Ah, di manakah Engkau, supaya aku dapat menjahit baju-Mu, memperbaiki kasut-Mu, dan mempersiapkan ranjang-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menyisir rambut-Mu dan mencium kaki-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat mengilapkan sepatu-Mu dan membawakan air susu untuk minuman-Mu?”

Nabi Musa as mendekati gembala itu dan bertanya, “Dengan siapa kamu berbicara?”

Gembala menjawab, “Dengan DIA yang telah menciptakan kita. Dengan Dia yang menjadi Tuhan yang menguasai siang dan malam, bumi dan langit.”

Nabi Musa as murka mendengar jawaban gembala itu, “Betapa beraninya kamu bicara kepada Tuhan seperti itu! Apa yang kamu ucapkan adalah kekafiran. Kamu harus menyumbat mulutmu dengan kapas supaya kamu dapat mengendalikan lidahmu. Atau paling tidak, orang yang mendengarmu tidak menjadi marah dan tersinggung dengan kata-katamu yang telah meracuni seluruh angkasa ini. Kau harus berhenti bicara seperti itu sekarang juga karena nanti Tuhan akan menghukum seluruh penduduk bumi ini akibat dosa-dosamu!”

Sang gembala segera bangkit setelah mengetahui bahwa yang mengajaknya bicara adalah seorang nabi. Ia bergetar ketakutan. Dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya, ia mendengarkan Musa as yang terus berkata, “Apakah Tuhan adalah seorang manusia biasa, sehingga Ia harus memakai sepatu dan alas kaki? Apakah Tuhan seorang anak kecil, yang memerlukan susu supaya Ia tumbuh besar? Tentu saja tidak. Tuhan Maha Sempurna di dalam diri-Nya. Tuhan tidak memerlukan siapa pun. Dengan berbicara kepada Tuhan seperti yang telah engkau lakukan, engkau bukan saja telah merendahkan dirimu, tapi kau juga merendahkan seluruh ciptaan Tuhan. Kau tidak lain dari seorang penghujat agama. Ayo, pergi dan minta maaf, kalau kau masih memiliki otak yang sehat!”

Gembala yang sederhana itu tidak mengerti bahwa apa yang dia sampaikan kepada Tuhan adalah kata-kata yang kasar. Dia juga tak mengerti mengapa Nabi yang mulia telah memanggilnya sebagai seorang musuh tapi ia tahu betul bahwa seorang Nabi pastilah lebih mengetahui dari siapa pun. Ia hampir tak dapat menahan tangisannya.

Ia berkata kepada Musa, “Wahai Musa, Kamu telah menyalakan api di dalam jiwaku. Sejak saat ini aku berjanji akan menutup mulutku untuk selamanya.” Dengan keluhan yang panjang, ia berangkat meninggalkan ternaknya menuju padang pasir.

Dengan perasaan bahagia karena telah meluruskan jiwa yang tersesat, Nabi Musa as melanjutkan perjalanannya menuju kota. Tiba-tiba Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa menegurnya, “Wahai Musa, mengapa engkau berdiri di antara Kami dengan kekasih Kami yang setia? Mengapa engkau pisahkan pecinta dari yang dicintainya? Kami telah mengutus engkau supaya engkau dapat menggabungkan kekasih dengan kekasihnya, bukan memisahkan ikatan di antaranya.”

Nabi Musa as mendengarkan kata-kata langit itu dengan penuh kerendahan dan rasa takut. Tuhan berfirman, “Kami tidak menciptakan dunia supaya Kami memperoleh keuntungan daripadanya. Seluruh makhluk diciptakan untuk kepentingan makhluk itu sendiri. Kami tidak memerlukan pujian atau sanjungan. Kami tidak memerlukan ibadah atau pengabdian. Orang-orang yang beribadah itulah yang mengambil keuntungan dari ibadah yang mereka lakukan. Ingatlah bahwa di dalam cinta, kata-kata hanyalah bungkus luar yang tidak memiliki makna apa-apa. Kami tidak memperhatikan keindahan kata-kata atau komposisi kalimat. Yang Kami perhatikan adalah lubuk hati yang paling dalam dari orang itu. Dengan cara itulah Kami mengetahui ketulusan makhluk Kami, walaupun kata-kata mereka bukan kata-kata yang indah. Buat mereka yang dibakar dengan api cinta, kata-kata tidak mempunyai makna.”

Suara Tuhan dari langit selanjutnya berkata, “Mereka yang terikat dengan basa-basi bukanlah mereka yang terikat dengan cinta. Dan umat yang beragama bukanlah umat yang mengikuti cinta. Karena cinta tidak mempunyai agama selain kekasihnya sendiri.” Tuhan kemudian mengajarkan Musa as rahasia cinta.

Setelah Nabi Musa as memperoleh pelajaran itu, ia mengerti kesalahannya. Sang Nabi pun merasa menderita penyesalan yang luar biasa. Dengan segera, ia berlari mencari gembala itu untuk meminta maaf. Berhari-hari Nabi Musa as berkelana di padang rumput dan gurun pasir, menanyakan orang-orang apakah mereka mengetahui gembala yang dicarinya. Setiap orang yang ditanyainya menunjuk arah yang berbeda. Hampir-hampir Nabi Musa kehilangan harapan tetapi akhirnya Musa as berjumpa dengan gembala itu. Ia tengah duduk di dekat mata air. Pakaiannya compang-camping, rambutnya kusut masai. Ia berada di tengah tafakur yang dalam sehingga ia tidak memperhatikan Musa yang telah menunggunya cukup lama.

Akhirnya, gembala itu mengangkat kepalanya dan melihat kepada sang Nabi. Musa as berkata, “Aku punya pesan penting untukmu. Tuhan telah berfirman kepadaku, bahwa tidak diperlukan kata-kata yang indah bila kita ingin berbicara kepada-Nya. Kamu bebas berbicara kepada-Nya dengan cara apa pun yang kamu sukai, dengan kata-kata apa pun yang kamu pilih. Karena apa yang aku duga sebagai kekafiranmu ternyata adalah ungkapan dari keimanan dan kecintaan yang menyelamatkan dunia.”

Sang gembala hanya menjawab sederhana, “Aku sudah melewati tahap kata-kata dan kalimat. Hatiku sekarang dipenuhi dengan kehadiran-Nya. Aku tak dapat menjelaskan keadaanku padamu dan kata-kata pun tak dapat melukiskan pengalaman ruhani yang ada dalam hatiku.” Kemudian ia bangkit dan meninggalkan Musa as.

Nabi Musa as menatap gembala itu sampai ia tak kelihatan lagi. Setelah itu Musa as kembali berjalan ke kota terdekat, merenungkan pelajaran berharga yang didapatnya dari seorang gembala sederhana yang tidak berpendidikan.

Sahabatku rahimakumullah
Cerita di atas melukiskan kepada kita bahwa ada orang sekelompok orang yang memaknai kecintaan kepada Tuhan dan mengungkapkan kata-kata cinta kepada Tuhannya. Ia mengambil cinta sebagai agamanya. Kalau seseorang telah meledakkan kecintaannya kepada Allah swt, dia tidak lagi dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk melukiskan seluruh kecintaannya kepada Allah swt. Di dalam cinta, kata-kata menjadi tidak punya makna.

Dari kisah ini juga kita belajar bahwa untuk dapat mendekati Allah swt, tidak diperlukan kecerdasan yang tinggi atau ilmu yang sangat mendalam. Salah satu cara utama untuk mendekati Tuhan adalah hati yang bersih dan tulus. Tidak jarang pengetahuan kita tentang syariat membutakan kita dari Tuhan. Tidak jarang ilmu yang kita miliki justru menjadi hijab/tirai yang menghalangi kita dengan Allah swt.

Kita akhiri kisah ini dengan sabda Nabi saw, “Innallâha lâ yanzhuru illâ shuwarikum walakinallâha yanzhuru illâ qulûbikum. “Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak memperhatikan bentuk-bentuk luar kamu. Yang Allah perhatikan adalah hati kamu.”

Wallahualam bissawab.
---------------------------------------------------------------------------------
Kisah ini diceritakan oleh Kang Jalal dalam Kuliah2 Tasawuf Sabtu di Kemang tahun 2009 lalu.

Jakarta, 24 Maret 2010

Semoga Bermanfaat
Wassalamualaikum wr.wb
***
Diambil dari FB : Gus Im

Tafakkur - Opick



TAFAKKUR (soundtrack for my spiritual journey..)

Sejauh-jauh mata memandang
Sedalam dalam hati merasakan
Hanya setitik debu yang tertuang
Dalam syair pujian

Lepas hati memandang lautMu
Terheran diri pada langitMu
Berjuta kata tak cukup untuk melukis indahMu

Melihat bintang alangkah jauhmu
Melihat ibu alangkah dekatmu
Melihat hutan melihat gunung Siapa menjagamu

Mendengar tangis dalam deritamu
Rasakan luka di hari-harimu
Pada siapa airmata ini kan mengadu

Bumi akan sepi bangga sementara
Adakah tempat kembali adakah selain Allah

KENAPA KLOP DENGAN MAHAKOSMOS – TERAPI HATI TERAPI IKHLAS


Alhamdulillah ya Allah, jari2 tangan ini, jiwa raga ini.. masih bisa diberi kesempatan, menuliskan isi hati, semoga Engkau meridhoi. Alhamdulillah, atas segala hal yang tak terkatakan, atas segala nikmat dari Engkau, yang kuketahui dan yang tidak kuketahui. Semoga suatu saat, diri ini bisa menjadi orang yang lebih banyak syukur dari hari ke hari. Sampaikan salam dan shalawat ku, kepada Nabi besarMu, kekasihMu yang paling mulia di bumi dan langit ciptaanMu, Nabi Muhammad SAW.

Proses demi proses kehidupan dalam mencari makna kebahagiaan yang hakiki, sesungguhnya ga ada yang kebetulan. Semua sudah diatur-Nya, sesuai dengan apa yang diharapkan hamba-Nya. Segala apa yang terjadi, adalah sesungguhnya jawaban doa dari-Nya, meskipun kadang didalamnya ada suka duka, bertumpus lumus, tangisan dan tawa, semoga terkumpul menjadi sebuah karunia yang tiada putusnya.

Bagi diri ini, yang sedang menjalani proses kehidupan, bukanlah hal mudah, untuk menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi. Kegagalan keberhasilan menghadapi sang nafsu dan setan yang ada pada diri ku, semoga menjadi pemicu untuk terus mencari formula yang terbaik disisi-Nya. Diri ini, yang puluhan tahun ber-Islam KTP, sedang berusaha, menggali makna keindahan dari Nya.. lewat pilihan ‘resep terbaik’, mengumpulkan bahan mentah, memasaknya hingga mendapatkan hidangan ilahiyah yang nikmat lezat dan indah dari-Nya.

Di workshop Mahakosmos ini, kutemukan salah satu resep terbaik dari-Nya. Di dalam diri manusia, tertanam suatu ‘microchip’ kehidupan, yang tertanam tahunan, puluhan tahunan, selama hidup, sehingga membentuk ‘someone’ termasuk diri ini, dengan plus minusnya. Yang menjadi permasalahan, disaat microchip yg usang ini, ternyata mengganggu si manusia, untuk melakukan perubahan. Kenapa ya aku susah sabar, kenapa ya aku susah bersyukur, kenapa masih iri, kenapa masih marah, dan kenapa-kenapa yang lain. Begitu juga, penyakit fisik yang diderita dari yang ringan hingga yang berat, from A to Z, semuanya ada asal muasalnya. Keinginan diri untuk berubah, dengan mengikuti pengajian pelatihan workshop dll dimana ingin menanamkan microchip yang baru, kenapa belum berbuah optimal..ada apa dibalik ini.. apakah karena masih tertanamnya 'microchip' yang usang..yang mana didalamnya begitu banyak sumbatan kesalahan, error dll..

Sebagaimana Allah berfirman, “Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya”(Al Anfaal:52). Namun pengecualian buat para kekasih Allah yang suci, yang diuji-Nya untuk menaikkan derajatnya disisi-Nya. Buat diri yang masih error ini, haruslah tahu diri, introspeksi satu menuju introspeksi berikutnya. Kenapa, sudah ikut pengajian, pelatihan from A to Z masih juga, ga berubah. Semuanya ada asal muasalnya, bukanlah salah pengajiannya, pelatihannya, salah workshopnya, salah trainernya, menyalahkan faktor diluar diri ini, karena sesungguhnya muaranya ada di dalam diri sendiri. Semakin dapat dirasakan, sebagaimana Rasulullah bersabda, “Di dalam diri manusia, ada segumpal ‘daging’, bila daging itu baik maka akan baik pula perilakunya. ‘Daging’ itu adalah kalbu”.

Lewat Workshop Mahakosmos, Terapi Hati Terapi Ikhlas, diri ini belajar berbenah diri, belajar mengosongkan ‘wadah’ yang penuh yang kadang meluber-luber. Belajar mengosongkan diri, membebaskan diri dari sumbatan-sumbatan kehidupan, segala persepsi, mbebaskan diri dari ke'AKU'an..alias ego-ego yang menggunungatas ijin-Nya. Kuncinya semua ada pada segumpal ‘daging’ itu. Yang ternyata, di segumpal 'daging' itulah, mempunyai rahasia untuk menghealing jiwa dan raga, itulah rahasia Mahakosmos..subhanallah..

Jujur, setelah dirasa-rasakan, buat diri ini, semboyan Mensana in corpori sano – Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Seharusnya dibalik, bahwa di dalam ‘jiwa yang sehat, terdapat tubuh yang kuat’. (mohon maaf, buat yang pemahamannya berbeda, semua ini hanyalah rasa dari apa yang dirasakan diri ini, perbedaan itu rahmat..).

Lewat workshop ini, diri ini, diajarkan untuk mengenali ‘indera hati – sepotong ‘daging’ itu, hingga akhirnya ‘dapat membersihkan jiwa raga yang semuanya tidak ada yang instan, biarkanlah Dia atas ijin-Nya yang menentukan waktunya.

Di sini pula, diri yang suka error, yang sering mengalami kebingungan dalam memutuskan terhadap sesuatu, ternyata... di segumpal ‘daging’ itu, bisa merasakan jawaban-Nya. Sebagaimana rasulullah bersabda, “mintalah fatwa pada hatimu; kebaikan adalah sesuatu yang membuat hatimu tenang dan keburukan adalah sesuatu yang membuat hatimu gelisah”. (sekali lagi, sudilah memaafkan, jika ada berbeda pemahaman, semuanya ini hanyalah rasa dari apa yang dirasakan diri ini, perbedaan itu rahmat).

Lewat Mahakosmos pula, makna kehidupan hari demi hari semakin terasa. Diri ini terkesima dengan tanda-tanda kebesaranNya, begitu luarbiasa, Grand DesignNya menciptakan alam semesta ..bumi dan langit beserta isinya, dan semakin diri ini ‘selaras antara seluruh ormen jiwa raga di dalam diri ini’ insya Allah harmonis, dan alam semesta pun akan menyambut keharmonisan manusia itu sebagaimana bukti nyata yang ada pada nabi besar Muhammad SAW-Rahmatan lil alamiin. Begitu pula sebaliknya, jika belum menselaraskan terhadap apa yang diucapkan dengan apa yang ada di segumpal ‘daging’ itu, wajarlah, jika diri ini belum harmonis. Inilah makna ikhlas, yang menurut diri ini, subhanallah adanya, memudahkan alarm jiwa untuk berbunyi, sebagai tanda introspeksi diri dalam proses hari demi hari dalam kehidupan.

Hidup ini, adalah proses demi proses mengharmoniskan diri sebagaimana DiA tidak pernah menciptakan manusia dengan sia-sia, semuanya adalah ujung-ujungnya untuk kembali pada-Nya dengan jiwa yang tenang dan hati yang ridho dan diridhoi-Nya.

“Sebagaimana apa-apa yang ada dalam ciptaanNya selalu berpasang-pasangan, Allah sudah memasangkan masalah dengan solusinya – belum tentu apa yang dirasakan diri ini, bisa dirasakan juga oleh yang lain..semua kembali kepada rasa masing-masing...belum tentu juga klop sebagaimana yang dirasakan oleh diri ini. Sudilah memaafkan jika ada yang kurang berkenan, semua nya karena kesalahan diri ini, jikapun ada yang baik-baik, semuanya dari-Nya. Wallahualam bissawab

Spesial jazakallahu khairan katsiira..buat Mas Kris.. bukan hanya guru nya hati gurunya ikhlas.. tapi juga guru juga dalam menjalani kehidupan...dalam suka dukanya kehidupan.. alhamdulillah.


salam ikhlas... salam kasih&sayang...salam atas segala keindahanNya..atas sgl sesuatu..

(Dari seseorang alumni workshop Mahakosmos Terapi Hati Terapi Ikhlas, yang sedang belajar, kadang tertatih-tatih, kadang terjerembab, bingung.. masih jauuuh.. namun hanya satu hal... yang membuatnya survive.. karena kerinduannya menemukan keterkesimaan yang sejati..)

Disaatku Kumelihat Bulan & 1 Bintang


Wahai Allah,
Tidak terasa hari berganti hari, bulan berganti bulan...
Rasanya masih teringat momen2 indah bersama-Mu disana.
JamuanMU dalam susah maupun senang, semakin direnungi, begitu indah
Karena karunia hikmah dari Engkau sebagai tanda cinta buat kami.
Segala puji hanya MilikMu ya Allah..
Sampaikanlah..shalawat & salam kepada Rasulullah saw...

Kali ini.. kuingin merenungi hikmah dibalik Kumelihat Bulan & 1 Bintang..
Sejak tiba di tanah suci Makkah..KAU tampakkan padaku hanya 1 bintang..di langit..
hanya 1 bintang..kumerindukan..dim
ana bulan..
Disaat sholat di lantai 4 Masjidil Haram... kala terakhir untuk bergegas menuju Aziziyah..
Sedih, harap-harap cemas bercampur menjadi satu... kerinduan menyeruak..karena harus berpisah dengan rumah Sang Pemilik Ka'bah.. yang mana..kenikmatan beribadahnya luarbiasa..
Kutatap langit.. hanya 1 bintang di langit.. di dalam hati kuberdoa, "Ya Allah, jadikanlah bintang itu menjadi saksi.. di akhirat kelak.. bahwa aku pernah disini..berharap hanya keridhoanMU".

Saat menginap di apartemen Zahir di wilayah Aziziyah, sebelum menuju Mina.
KAU takdirkan aku untuk datang bulan..
Sempat kerinduan untuk sholat seperti jamaah yang lain menyergap..
disaat sholat berjamaah bersama 200 lebih jamaah..
beratapkan langit di lantai paling atas apartemen..
Namun dari ENGKAU tidaklah pernah salah..

Saatku tatap langitmu yang menghitam...penuh misteri keindahannya..
Hanya ada bulan dan 1 bintang... seperti ingin bicara...
Apalah ya Robbi.. yang akan KAU hidangkan dalam jamuanMU ini..
di atas langit masjidil haram..kau tampakkan aku 1 bintang..
dan di atas langit apartemen ini.. kerinduanku untuk menatap bulan.. terjawab.. dan 1 bintang terus menjadi saksi bisu..
KerinduanKU menyergap untuk lebih mengenalMU..
Kutundukkan wajahku...kubuka terjemahan alquran randomly..
Diri ini terhenyak...disaat itu.. yang terbuka adalah

surat Al An'am ayat 75-79
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Kutatap langit dalam2..sampai tidak berkedip..apakah ini jamuanMU ya Robb?..

Kuteringat disaat kumembaca buku Agus Mustafa "Pusaran Energi Ka'bah"...Kurenungi lagi.. Bahwa Nabi Ibrahim memperoleh keyakinannya tentang Allah itu setelah melakukan proses "diskusi" panjang dengan alam sekitarnya. Allah memperlihatkan keagungan ilmu-Nya di alam semesta kepada Nabi Ibrahim, sehingga beliau akhirnya memperoleh keyakinan yang sangat teguh bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Perkasa dibalik semua eksistensi ini.

Demikian panjang dan mendalam dalam proses pencarian Tuhan itu, sehingga keyakinan yang diperoleh Nabi Ibrahim bukanlah sekedar di kulit saja, melainkan berakar sangat dalam, menghujam jiwanya. Keyakinan seperti ini tidak mudah goyah, bahkan tidak akan pernah goyah lagi.

Diceritakan suatu ketika Bilal seperti bisa, mengumandangkan azan subuh. Biasanya, sebelum azan Subuh itu selesai, Rasulullah sudah berada di dalam masjid untuk kemudian mempimpin sholat berjamaah bersama para sahabat. Namun, tidak seperti biasa, Rasulullah Muhammad belum juga hadir meskipun Bilal sudah menyelesaikan kalimat terakhir azannya.
Ditunggu beberapa saat oleh Bilal dan para sahabat. Rasulullah tidak juga muncul di masjid. Akhirnya karna khawatir terjadi sesuatu, maka Bilal pun memutuskan menjemput Nabi, yang 'rumahnya' bersebelahan dengan masjid tersebut.
Pintu bilik rumah Nabi diketuk2 oleh Bilal sambil mengucapkan salam. Tidak langsung ada jawaban dari dalam bilik. Namun sejurus kemudian, Nabi muncul sambil menjawab salam. Dan kemudian mempersilakan Bilal masuk. Apakah yang dilihat oleh Bilal? Ia melihat Nabi dalam keadaan yang sangat mengharukan. Airmata berlinangan di pipi beliau. Matanya sembab, menunjukkan betapa beliau menangis cukup lama, semalam.
Karena khawatir melihat kondisi Nabi, Bilal pun bertanya kepada beliau. Ada apakah gerangan, sehingga Rasulullah menangis seperti itu. Apakah Nabi sakit?. Atau Nabi ditegur oleh Allah? ataukah ada kejadian hebat lainnya? Maka Rasulullah menjawab, bahwa beliau semalam telah menerima wahyu dari Allah. Lantas beliau membacakan QS Ali Imran 190-191.. yang artinya..
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."..

Kisah diatas menggugah diri ini..sebegitu dahsyatnya, Rasulullah disaat mendapatkan wahyu tersebut.. .. Kurenungi makna dari jamuan-Mu ya robbi. Semoga ini adalah pertanda, keridhoan-Mu untuk memulai perjalanan panjang ini.. Amiin, Allahumma amiin.. mohon bimbing aku saudara/i ku...
Hanya Allah sajalah yang bisa membalasnya, atas segala yang tak terkatakan..ta' terhingga..


Wallahualam bissawab..

Subhanakallahumma wabihamdika,
asyhadu alla ilaaha illa anta..
astaghfiruka wa'atubu illaik..

duri...9feb'10

CURHATKU UNTUK IBUNDA TERCINTA

Wahai Allah..
Diri ini ingin mencurahkan isi hati..untuk mamaku tersayang...
Sebelum kumencurahkannya ya Allah..
sampaikanlah shalawat dan salamku..kepada nabiMu yang Mulia..Nabi besar Muhammad SAW..salam dan shalawat..dari seorang hambaMu yang hina bagai debu yang berhembus di bumi ciptaanMu..sampaikan salam takziim kami sedalam-dalamnya padanya..KekasihMu yang Paling Mulia disisi-Mu..

Aku bersyukurMu..ya Allah..
Kuterlahir kedunia lewat rahimnya..
Suka duka kehidupan kami lewati bersama..bersama keluarga kami..
Namun semakin dirasakan, hanyalah keindahan yang kurasakan..

Curahan kasih sayangnya Wahai Allah....dengan gayanya apa adanya.. Perhatiannya..ketelitianny
a...kedetailannya...kerjakerasnya..mujahadahnya.. keperkasaannya..dan lain2 yg tidak bisa kusebutkan satu persatu..
Semakin membuatku bertambah sayang kepadanya.. wahai Allah
begitu banyak kebaikan yang ibundaku perbuat hingga sekarang.
walau sudah menikah ia masih semangat sekali membantu apa yang bisa ia bantu untuk anak2nya..

Ya Allah, Ya Rahmaan..Ya Rahiim..
hanya dengan melihat tangannya..yang mulai mengeriput..yang menorehkan buratan2.. melelehlah buliran airmata dari hati…
karena Engkau senantiasa mengingatkanku akan begitu banyak kebaikan-kebaikan yang telah ia lakukan..
Itulah yang selalu Engkau hadirkan dihatiku..disaat ke tanah suci bersamamu dan suamiku tercinta..
Menjalani jamuan-jamuan-Nya bersamamu..
didalam ujian susah maupun senang..
Betapa nikmatnya hanyut dalam keridhoan-Nya..saat kuhanyutkan diri dalam keridhoanmu mama..
betapa cepatnya Engkau tidak ridho..ya Allah..Kau langsung menyentilku..disaat sedikiit saja rasa kesal dalam menjalaninya bersama mama..
Akhirnya kuakui ya Allah, sebagaimanapun..tiada yang dapat mengalahkan kasih sayang mamaku tercinta.. dibalik mamaku tercinta apa adanya..
Akhirnya kuakui ya Allah, keridhoan orangtuaku..adalah keridhoanMu ya Allah..
dibalik keadaan ku sekarang ini...ada tangisan munajat..tangisan doa seorang ibunda yang berharap yang terbaik buatku..

Ya Allah,
Hanya dengan Kau ajak aku..untuk mengamati tangannya saat di tanah suci..sudah meleleh airmata..tak terbendung airmata ini..
hanya dengan Kau ajak aku..untuk mengamati wajahnya disaat sedang tidur..letih..sudah meleleh airmata ini..
Belum lagi..jika kurenungkan wajahnya..kakinya..rambutnya..tubuhnya..organ tubuhnya.. dan semua yang ada didirinya.. yang 'berbicara' tentang perjuangannya..perjuangan seorang ibunda untuk anak-anaknya tercinta..
Wahai Allah, balaslah segala apa yang telah mama lakukan...
Momen2nya bertumpuslumus...hanya Engkau Yang Maha Tahu
Ampunilah dosanya jika sgl tumpus lumusnya..khilaf bukan karena-Mu ya Robb.. sayangilah ia..sebagaimana ia menyayangiku seumur hidupku..seumur hidupku..
Ya Allah Ya Latif..Ya Latif..Ya Latif..Wahai Yang Maha Melembutkan..
Lembutkanlah hatinya.. Berkahilah...bahagiakanlah ia wahai Allah..karena kebahagiaan itu..memanglah dari Engkau..bukan dari apapun yang ada di dunia ini.. kebahagiaan di dunia & di akhirat..

Begitu juga dengan aku ya Allah..
tak terasa..sudah hampir 7 tahun menjadi seorang ibu..
masihlah jauhhhhhh..
Kuberharap..suatu saat kelak..aku bisa menjadi ibu yang fitrah..
Seorang ibu yang tau diri..jati diri seorang hamba Allah yang sebenarnya..
Seorang ibu..yang bisa mencontoh perjuangan ibundanya..dan perjuangan para bunda2 sholeha yang dengan hati ridho dan diridhoiMu..
mencintai anak2nya karena Mu ya Allah..merawatnya..menjaganya.. inilah harapan dari hambaMu yang hina ini..seperti debu..yang..berhembus..di bumi ciptaan-Mu..

Ijinkanlah..kami ya Robb..semua ibunda yang ada di bumi ciptaanMu.. untuk memulai hidup yang lebih baik lagi..
Amiin..Allahumma amiin..

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "