Menebar Cinta Rasulullah : RASULULLAH S.A.W. DAN UANG 8 DIRHAM

Suatu hari Rasulullah SAW bermaksud belanja. Dengan bekal uang 8 dirham, beliau hendak membeli pakaian dan peralatan rumah tangga. Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati seorang wanita yang sedang menangis. Beliau sempatkan bertanya kenapa menangis. Apakah sedang ditimpa musibah ? Perempuan itu menyampaikan bahwa ia adalah seorang budak yang sedang kehilangan uang sebesar 2 dirham. Ia menangis sangat takut didera oleh majikannya. Dua dirham dikeluarkan dari saku Rasulullah untuk menghibur perempuan malang tersebut. Kini tinggal 6 dirham. Beliau bergegas membeli gamis, pakaian kesukaanya. Akan tetapi baru beberapa langkah dari pasar, seorang tua lagi miskin setengah teriak berkata, "Barang siapa yang memberiku pakaian, Allah akan mendandaninya kelak." Rasulullah memeriksa laki-laki tersebut. Pakaiannya lusuh, tak pantas lagi dipakai. Gamis yang baru dibelinya dilepas dan diberikan dengan sukarela kepadanya. Beliau tak jadi memakai baju baru. 


Dengan langkah ringan beliau hendak segera pulang. Akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar. Kali ini beliau menjumpai perempuan yang diberi dua dirham tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu nilainya tidak lebih dari seekor binatang. Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima. Rasulullah diutus di dunia untuk mengadakan pembelaan terhadap rakyat jelata. Dengan senang hati beliau antarkan perempuan tersebut ke rumah majikannya. Sesampainya di rumah, beliau ucapkan salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah. Nampaknya semua penghuni rumah tersebut adalah perempuan. Ketika ditanya kenapa salam beliau tidak dijawab, pemilik rumah itu mengatakan sengaja melakukannya dengan maksud didoakan Rasulullah dengan salam tiga kali. Selanjutnya Rasulullah menyampaikan maksud kedatangannya. Beliau mengantar perempuan yang menjadi budak tersebut karena takut mendapat hukuman. Rasulullah kemudian menyampaikan, "Jika perempuan budak ini salah dan perlu dihukum, biarlah aku yang menerima hukumannya." Mendengar ucapan Rasulullah in penghuni rumah terkesima. Mereka merasa mendapat pelajaran yang sangat berharga dari baginda Rasulullah. Karena secara refleks mereka menyampaikan, "Budak belian ini merdeka karena Allah." Betapa bahagianya Rasulullah mendengar pernyataan itu. Beliau sangat bersyukur dengan uang 8 dirham mendapat keuntungan ribuan dirham, yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata, "Tiadalah aku melihat delapan dirham demikian besar berkatnya dari pada delapan dirham yang ini. Allah telah memberi ketenteraman bagi orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak belian."

Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi. "Bahwanya Allah menolong hamba-Nya, selama ia menolong saudaranya."
(from E-book Kisah Teladan)

****
Allahumma sholli alaa sayyidina muhammad..
Sampaikanlah ya Robbi..shalawat dan salam kami... kepada baginda Rasulullah SAW..

Kenanganku menulis di Mailing List PSPA Auladi Parenting School

Assalamualaikum sahabat Muslih..

Semoga kita selalu dalam naungan ridho & berkah dari Allah ya..amiin..


Btw..gambar dibawah ini sekedar ilustrasi membayangkan otak korteks vs otak reptile (saya bilangnya otak ngeyel, otak membantah, otak defensif..).
Semenjak ikut PSPA, jadi sering mengamati kenapa begini kenapa begitu.. kenapa saya dg pola asuh ortu begini..kenapa suami dg pola asuh ortu begitu.. coba2 cari di-internet…dapet gambarnya..
subhanallah, ilmu PSPA itu subhanallah…
Segala stimulasi & informasi dari lingkungan kita, akan terbentuk di otak bawah sadar, yang otomatis akan tercermin dari perilaku, sikap tindakan dll..
Suami & istri dengan puluhan tahun hidup bersama orangtuanya, dengan pola asuh yang berbeda2, pastilah butuh perjuangan utk bisa selalu mengikuti pola asuh yang diridhoi-Nya (spt saya & suami…)
Saya tercerahkan dg ilustrasi pak Ihsan, sewaktu PSPA, klo ga salah, pak Ihsan mencontohkan menanyakan, “pak, itu anak bapak ya..tp ditambah dg mendorong, menekan..ternyata bapak yg didorong tanpa sadar bertahan..alias defensive..krn merasa diserang”..namun, beda, disaat menanyakan dg kata2 yg baik, energy positif..si bapak itu dg senang hati merespon dg rileks..tanpa bertahan. 
Saat dipraktekkan ke anak..terasa sekali, mmg anak itu lbh sensitive dr org dewasa, bahkan mereka tau gesture orgtuanya yg lg ‘negatif’ meskipun terlihat ‘positif’..:-)…bahkan si sulung, bisa bilang..”mama tersenyum donk..mama kan disayang Allah”… si mama, biasanya jd ketawa…
 subhanallah..saat dipraktekkin suami..bener kata pak Ihsan..disaat menyampaikan dg ‘karunia berfikir, karunia mendengar & karunia kiblat’, membuat suami jd nyaman…& akhirnya dialog pun jd rileks..subhanallah..
saat dipraktekan ke asisten… saat menyampaikan pd wkt itu.. kubayangkan asistenku itu dg karunia kiblat..subhanallah..ternyata dlm menyampaikan jd santai, rileks..bs dg sayang.. asisten di rumah pun..skrg jd lbh ‘asyikk..
Kuakui, memulai diri ini dg ‘otak berfikir’ mmg mbutuhkan jiwa yg tenang… disaat jiwa lg ga tenang, bukanlah mdh menyampaikan sesuatu dg energy positif..kdg diam dl lbh baik, merenung sejenak, atau kata istilah sekarang..time out… sambil berdoa..
Lewat ilustrasi di PSPA itu..akhirnya diri ini mulai lbh byk memaklumi perilaku org yg kita cintai..jd lbh mdh menganggap wajar…
subhanallah..klo lg error..diri ini pun meminta maaf..krn meminta maaf itu energy positifnya besar… ke anak minta maaf...tanpa sadar, mengajarkan anak utk bisa meminta maaf kpd orangtuanya.. spt kata pak Ihsan dlm insersinya “kita bukan malaikat”…
  

Ilustrasi dibawah ini.. membuatku jd berfikir..betapa Allah sudah menciptakan ukuran otak korteks dg volume yg besar, dibandingkan dg ukuran otak reptile dg ukuran volume yg lbh kecil..tapi kenapa sebagian besar manusia (termasuk saya) lbh mdh yg masuk di alam bwh sadar itu yg lwt otak reptilenya..
Betapa memang pentingnya utk memilah2 informasi yg masuk kedlm otak anak sejak dini….krn yg menstimulasi adalah lingkungannya..terlebih orangtuanya..hiiii..syereeem..ampuni aku ya robb..





Begitulah sahabt Muslih.. semoga kita bisa saling mengingatkan tentang otak korteks yg terstimulasi lwt energy positif orangtuanya.. sdg.. energy negative menstimulasi otak reptilenya mjd lebih dominan..hiiii syeremmm.. semoga kita masih diberi kesempatan oleh Allah utk terus mengubah cara berkomunikasi kita kepada anak2…

Jzkk wassalam,
Eva-orangtua yang sedang belajar jadi orangtua setelah jadi orangtua..


Kenanganku di Auladi Parenting School 2008


Assalamualaikum wr. Wb.
Pak Ikhsan yang dirahmati Allah,
Aku adalah seorang ibu dari 3 orang anak berusia 5,5 tahun dan kembar perempuan laki-laki berusia 2,7 tahun.
1 minggu lebih telah berlalu sejak saya dan suami mengikuti APS (Auladi Parenting School) di Duri Riau.
Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada saya mengikuti APS ini, ternyata APS ini adalah jawaban dari munajat saya kepada Allah. Saya sudah mengetahui kelemahan2 saya di dalam menjalani pengasuhan anak, tapi selama ini saya tidak tahu bagaimana ikhtiar saya selanjutnya.

Saat saya menerima informasi APS by email, hati saya langsung tergerak untuk mengikutinya, begitu juga dengan suami saya. Kami berdua merasa perlu untuk mengikuti APS ini, apapun kemasannya, kami tidak perduli…kemantapan hati kami semoga menjadi pertanda bahwa inilah petunjuk dari Allah menuju jalan yang diridhoi-Nya..amiin. Subhanallah,  Allah memang memberikan ‘lebih dari yang kubayangkan’ dari APS ini. Selama 2 hari saya menjalani APS ibaratnya seperti saya menonton film dosa-dosa saya sama anak selama ini.  Tetes-tetes air mata tak terbendung dari awal acara hingga akhir acara. Begitu banyak kesalahan yang saya perbuat, tapi terlewati begitu saja tanpa hikmah yang saya dapat..tapi dengan APS ini, saya menemukan hikmah dan solusinya.

Selama ini, aku sudah berbangga hati, karena sudah tidak ‘ingin lagi’ bekerja menjadi seorang pegawai fulltimer. Dulu, dengan jenjang pendidikan S2 dan nilai akademis yang saya raih, membuat ‘alam bawah sadar’ saya tertanam bahwa Yang hebat itu yang wanita karir. Sampai-sampai saya minder, kalo ketemu teman-teman dulu seperkuliahan, yang bekerja dengan penampilan modis dan wangi, sedang saya menjadi ibu rumahtangga, saya merasa terpuruk mengikuti suami di Duri. Di alam bawah sadar saya tertanam bahwa ibu rumah tangga itu rendahan dan buat apa capek-capek sekolah klo Cuma jadi Ibu rumah tangga. Suami dan anak sulung saya sering jadi sasaran ketidaknyamanan saya di Duri. 

Memang benar, seperti APS share-kan, bahwa energy negative ibu membuat anakku terinduksi negative pula. Dengan setengah hati aku urus anakku, aku anggap anak itu hanya perlu diberi makanan jasmani, masalah stimulasi gimana nanti.. malah yang kuberikan adalah energy negative dengan melakukan pemaksaan untuk tidur siang, pemaksaan untuk nurut…yang kadang jika kesabaran habis, sampai kepada membentak dan mencubit meskipun jarang, tapi ternyata bayangan saat kulakukan itu terus membekas di kalbu, dan  tanpa sadar aku sudah memiskinkan jiwanya. Alhamdulillah, Allah masih mau mencurahkan nur hidayah-Nya, seiring dengan aku menggunakan jilbab, dan mulai mau mentadaburi Al-Quran, saya mulai merasa ‘nyaman’ menjadi seorang ibu rumah tangga. Ibaratnya, lapis ego pertama, yaitu terpuruk tinggal di kota Duri mulai pupus. Aku mulai mampu menjauhkan diri dari kontak fisik, dan mulai ada pengendalian nafsu amarah. Ternyata rasa ‘nyaman’ yang saya rasakan itu semu. Ada lapisan ego berikutnya yang belum terkikis, yaitu ogah-ogahan mendampingi anak selama beraktivitas di rumah.

Yang membuat saya sangat bersyukur, ternyata di APS ini, hati saya tergugah bahwa menjadi ibu rumahtangga tanpa bekerja bukanlah berarti kita ini dekat dgn anak, karena begitu banyak ibu rumahtangga yg hanya bersama anaknya di rumah, tp tdk ‘mengajak anaknya berbicara, tdk mendampingi anaknya, melakukan aktivitas sendiri2”. ITULAH DIRI SAYA. Durasi waktu saya bersama anak tidak bisa bertahan lama, dan biasanya anak2 suka saya alihkan ke ‘mbak2’nya di rumah. Saya tahu itu salah, tapi saya merasa belum mampu bertahan lama dalam menghandle anak2. Saya lebih bertahan lama dengan aktivitas saya di depan computer atau diluar rumah melalui kegiatan-kegiatan social keagamaan.

Alhamdulillah, setelah mengikuti APS ini, saya mengibaratkan di hati saya ada batu karang EGO saya yang sudah mengeras bertahun-tahun, mulai melumer perlahan-lahan. Yang membuat saya menangis, saat di APS, disajikan kemampuan anak dengan stimulasi dan tanpa stimulasi. Betapa sel-sel saraf yang muncul baru terikat simpul satu dengan yang lain dengan stimulasi dari orangtuanya secara konsisten. Apalagi ternyata selama ini yang saya lakukan menyampaikan informasi dengan nada suruhan (energy negative), menggurui, tanpa membuat anak berfikir dan berbicara apa dirasakannya. Menstimulasi pun benar-benar seadanya.

Ada lagi yang membuat saya tercerahkan adalah makna pembelajaran itu sendiri. Di alam bawah sadar saya belajar itu artinya serius, akademik, duduk di meja, dan anak focus ke pelajaran, ternyata belajar itu bisa dimana saja..tidak hanya belajar akademis tapi juga belajar memahami kehidupan sampai membangun sikap mental positif. Dulu saya mengharuskan anak belajar, bukan membuat anak suka belajar. Saat saya praktekkan, saat anak sedang menjelajah kamar pribadi saya dan suami, meja rias di acakadut, dulu saya langsung bilang ‘baweeeeel’ ama anak2… tapi ternyata ada hal positif yang mereka lakukan adalah sedang ‘belajar’ mengeksplor hal-hal yang baru buat mereka. Saat sedang main-main air, ternyata mereka sedang ‘belajar mengeksplor’ sensasi dari air. Dari modul demi modul yang diajarkan, APS benar-benar membantu saya.

·         PRASANGKA BAIK. Di APS, saya mulai mengerti kenapa kita itu harus prasangka baik dulu sama anak, karena anak itu fitrah, fitrahnya anak memang untuk menguji saya, tapi yang saya lakukan seringnya menghakimi. Apalagi si sulung, seringnya saya salahkan jika bertengkar dengan adik2nya tanpa mengajaknya berdialog, begitu mudahnya menjudgement dia. Tapi subhanallah, sejak APS, saya berusaha untuk ‘menghargai dia dulu’… “ooohhh, kamu marah ya Nak sama adik…iya ma, adik ngganggu aku..mainanku diambil”.. tapi coba dech, klo kita ngobrol, kira-kira klo dipukul sakit ngga ya? sakit.. klo sakit adik sedih ga dipukul? Sedih… Kamu sayang ga sama adik?... klo sayang… ayoo’ kita maaf… Adik juga....kira-kira mas suka ga ga klo mainannya di ambil?.suka atau ga suka?...Adik sukanya melihat mas suka atau ga suka? Suka… nah..itu artinya adik sebenarnya sayang ama mas.. Klo sayang..ayoo kita maaf-maafan… saat mereka mau, aku puji dia dengan “Alhamdulillah, ya Allah..Terima kasih ya Allah… Engkau telah memberiku anak-anak yang sholeh”… Very good, good job..masya Allah..  Klo dulu, saya itu pelit sekali ama pujian sama anak. Ternyata imbas nya subhanallah, energy positif yang kami tebarkan, membuat anak nyaman bersama saya, dan mereka mulai terlihat makin ‘kritis’ karena pola asuh orangtuanya yang mulai membuat mereka rileks. Sayapun mulai perlahan-lahan bisa bertahan lama bersama anak. Alhamdulillah. Saya belajar untuk mencari karakter positif anak. Ga mungkin anak itu ga ada karakter positifnya. Di hari pertama APS, yang saya lakukan mengamati apa ya karakter positif anak2 saya. Terima kasih ya Allah, akhirnya aku makin banyak menemukannya. Si sulung, ternyata anak yang gampang minta maaf, yang kedua klo disuruh nurut, yang ketiga senang beberes. Semakin digali, semakin banyak, Allahuakbar..terima kasih ya Allah. Selama ini aku terhijab oleh kelemahan2 anak2ku, sehingga kadang membuatku senewe. 
·         MEAN OF LEARNING..Arti belajar ini..membuat saya lebih rileks dalam mengajarin anak. Sekarang dimana-mana ternyata saya bisa ‘belajar’ sama anak-anak, ternyata momen2 anak-anak bertanya, adalah momen2 belajar yang sayang jika terlewati, yang sayang jika saya abaikan. Subhanallah. Kadang anak sulungku suka bosen bermain sempoa, tapi sekarang momen ‘sempoa’ yang dia suka “di dalam perjalanan mobil, pakai papan jalan, dia dengan asyiknya bisa main sempoa, malah minta nambah soal lagi”… Saat anak-anakku yang lagi ngebelataknya muncul, saya langsung terngiang, “subhanallah, ternyata disaat itulah mereka sedang belajar”… Cuma setelah tenang, mereka saya arahkan sambil mengajak berfikir.
·         KONSISTENSI. Dulu saya sering melabel diri saya inkonsistensi. Ternyata hal ini membuat pembenaran dalam diri saya untuk membuat anak ikut2an ga tertib dalam menjalani peraturan di rumah. Saya amazing juga, kenapa tiba2 saya bisa termotivasi untuk lebih berjuang. Ternyata Alhamdulillah, mulai terasa dampaknya. Saat saya menerapkan main game 1 jam sehari, saat si sulung minta lagi “ma boleh main game…dengan tersenyum selebar-lebarnya, saya berkata “ kan udah”… boleh lah ma main game 1 jam lagi aja? boleh..tapi untuk besok lagi ya… full smile ternyata membuat anak lebih nyaman walau ‘permintaannya ditolak’. Saat menjawab Tidak..pun..senyuuum terus mengembang.
·         KARUNIA KIBLAT, KARUNIA PENDENGAR & KARUNIA SHAFFAAT. Selama ini saya seringnya yang teringat selalu sama anak2, saat tiba-tiba mereka berbuat ‘heboh’, adalah keburukan2nya. Wajar, kadang jadinya sewot saat anak2 berperilaku menyebalkan. Tapi subhanallah, disaat anak nyebelin, yang saya lakukan berusaha ‘menghargai’ dulu, baru dicegah. Saya yang suka melabel diri saya sebagai bad listener, jadi termotivasi untuk mendengarkan anak saya bercerita, merasakan apa yang ada di dalam jiwanya, bukannya menyalah-nyalahkannya. Hari ini saya benar-benar praktek. (notes : klo dulu..klo anak nangis cengeng, saya langsung reflek ngomong ihhh..malu ihhh..cengeng…makanya lain kali blablabla..pusing kali ya anakku ngedengerin mamanya yang bawel dan ga pengertian). “Tiba-tiba sampai di rumah, yang biasanya si sulung tersenyum gembira disambut mamanya, tapi kali ini dia pulang dengan wajah unhappy. Bulir-bulir air mata mau keluar, Dimas kenapa, “tempat minumku ketinggalan, ma”. (hehehe..wajar dia nangis, itu tempat minum baru dibeliin eyangnya). Oohh..ketinggalan..yuuukkk..ngobrol dulu sama mama. Kami duduk bersama. Iya ma, ketinggalan di sekolah. Oohh..jadi ketinggalan ya.. Dimas sedih? Iya ma..sedih..(wajahnya itu lho, terlihat sedih sekali, saya ga tega klo mau ngelobi agar bisa ditunda esok hari..bisa “mutung”nya panjang…aku paham karakter si sulung ini) mau mama temenin nak, ke sekolah? Iya ma..mau… akhirnya kami semua kembali ke sekolahan si sulung..alhamdulillah hati ini ikhlas melakukannya. Adik-adiknya pun turut serta. Saat tiba di sekolah, langsung ke ruang kelas.., “tadi..Dimas taruuh di mana”..disitu..kok ga ada. Wajah sedihnya membuat hati sang mama yang banyak salah ini jadi terenyuh. (Tempat minum yang dicari ga ada, bu guru wali kelasnya sudah tidak ada ditempat, ruang gurupun sudah terkunci..kata bu guru yang lain yang masih di sekolah ada kemungkinan disimpan sama wali kelasnya atau terbawa sama temannya.) Jadi Dimas maunya gimana? Telpon bu guru donk ma… aku mau ngomong. Maaf nak, hp mama ketinggalan. Klo nanti dari rumah kita telpon boleh ga? Kunci ruang guru dimana ma? Juga ga ada…bu guru kan lagi rapat. Gimana donk..kita telpon dari rumah gimana nak? Ga lama kok..nanti mama telpon bu guru.. Adik2 kasian nunggu di mobil. Akhirnya, Dimas dengan wajah yang masih agak sedih mau pulang dengan tangan hampa. Saat dijalan, setelah Dimas tenang, sang mama bertanya “Dimas…yuukkk ngobrol ama mama, mau. Dimas sedih ya kehilangan tempat minum? Iya ma..sedih.. jadi menurut Dimas, enakkan mana..kehilangan barang atau ga kehilangan barang? Enakkan ga kehilangan barang… jadi.. sbaiknya apa yang dilakukan supaya ga kehilangan barang? (Dimas terdiam..tenang kembali) akhirnya mama nya nyaut “ artinya..sebelum bubar sekolah, barang2 yang dibawa di tas Dimas dicek-cek lagi ya…”…semoga terdiamnya dia..artinya si sulung sedang ‘mengembangkan otak cortex nya ..otak berfikir’.
 Subhanallah… betapa nikmatnya kucicipi dialog demi dialog bersama anakku, titipan terbaik dari Allah… Dulu mana pernah aku merasakan seperti ini. Ternyata benar ada aksi ada reaksi. Selama ini aku hobinya merangsang otak reptile anakku, anak jadi beku mikirnya..semuanya doktrin, harus..jangan..makanya..panas kuping..otak berfikir ga berkembang..malah membuat ratusan ribu sel saraf otaknya putus. Semoga Allah mengampuni dosaku selama ini.   

Begitulah pengalamanku selama 1 minggu ini pak Ikhsan…Makin terasa, bahwa memang anak itu banyak memberi daripada menerima… lewat anak bisa mendapatkan ‘surga sbelum surga’.  Saya sadar pak, bahwa puluhan tahun bermain dengan otak reptile, tidaklah mudah seperti semudah membalikkan telapak tangan. Kadang karena sang mama puluhan tahun lbh banyak  ‘di otak reptilenya’, saya kehilangan kata-kata untuk ‘berbicara’ sama anak…. Apalagi kalo pas anak sedang ‘menguji’, istighfar dulu (jk masih emosi)…memohon kekuatan dari Allah.. baru bisa mengutarakan lagi…Hikmah yang saya dapat, ternyata mengajak anak berfikir menuju jalan yang diridhoi Allah membutuhkan kejernihan hati dari orangtuanya.

Tapi, lewat curhat ini, semoga bisa menambah pembenaman dalam diri saya. Subhanallah, saya sering merinding2 pak, karena pengaruh energy positif yang kami tebarkan kepada anak2 .. kamipun menjadi rileks, membuat mereka lebih ‘kritis’, lebih ceria, dan tambah sayang sama orangtuanya. Segala pujian kami kepada mereka, kami lemparkan lagi ke Allah, saat mereka berbuat kebaikan sedikit, kami mengucapkan rasa syukur di depan mereka. Saat anakku, menepati janjinya main game Cuma 1 jam, aku langsung berdoa, “Terima kasih ya Allah..Kau anugerahkan pada kami anak sholeh yang mau menepati janjinya..terima kasih ya Allah”… anakku terlihat senangg sekali mendengar untaian rasa syukur itu. Bahkan beberapa saat kemudian, dia berkata “ma.. tadi aku hebat ya.. bisa menepati janji”. Seperti di APS share-kan, jika berulang-ulang, maka akan terekam di kepalanya bahwa aku butuh melakukan kebaikan. Tapi biar dia ga geer, kubilang..semua itu bisa terjadi atas campur tangan Allah Nak… makanya kita selalu mengucapkan.. Alhamdulillah.. Segala puji hanya milik… (apa nak).. Allah…

Terima kasih ya Allah..Engkau masih MEMBERI KAMI KESEMPATAN MEMPERBAIKI DIRI..

YA ALLAH, IJINKANLAH HAMBA MU YG DHOIF INI...MEMPRAKTEKKAN ILMU YG SUBHANALLAH INI BERHARAP ENGKAU RIDHO TERHADAP APA YG AKU LAKUKAN...
YA ALLAH..TANPA BIMBINGAN-MU.. ujian anak ini serasa berat..
hanya DENGAN BIMBINGAN-MU YA ALLAH.. aku mampu bangkit lagi..berusaha menjadi ibu yg sdkt lebih baik semata2 berharap ridho-Mu ya Allah.
Ya Allah..begitu banyak dosa yg telah kuberbuat terhadap anakku. apakah engkau sudi mengampuni aku ya Allah?
Ya Allah... bantulah aku utk lebih serius dlm fokus mendidik anak2ku… focus tidak terpecah-pecah oleh perhatian2 yang lain.

Ya Allah…aku sadar..bahwa ujian ‘anak’ ini adalah satu dari banyak ujian yang lain…. Kuatkanlah punggungku dalam menghadapi semua ujian-Mu ya Allah.. bantulah kami untuk mencari solusi terbaik yang Engkau ridhoi..bantulah kami untuk lebih memprioritaskan sesuatu yang membuatku lebih taat kepada-Mu sebagai seorang benteng rumahtangga…memprioritaskan keluarga.
Ya Allah..tunjukanlah mana lagi kelemahan2ku..lbh baik sekarang..drpd saat ajal menjemput aku tak mampu lagi merubah diriku ini ya Allah..

Ya Allah... selama ini aku telah menyia2kan anugrah terindah dari-Mu ya Allah... ampunilah dosaku berilah aku petunjuk jalan-Mu yang lurus..yg Engkau ridhoi..dan bukan Jalan yng Engkau murkai..dan bukan pula jalan orang yg sesat..
Ya Allah…bimbinglah kami ya Allah… pandulah kami ya Allah…dengan setetes kemampuan kami ini ya Allah.. dalam mendidik anak2 kami agar menjadi penyejuk mata dan hati dan pemimpin orang-orang yang bertakwa. .tunjukilah kami jalan dalam menggapai-Nya ya Allah.. hamba-Mu ini hanya mampu berikhtiar, namun selebihnya kuserahkan hasilnya kepada-Mu ya Allah.

AMiin ya robbal alamiin..

Dari hati sanubari yang paling dalam, saya hanya bisa mengucapkan ‘jazakallahu khairon katsiiroon”…Begitu banyak hal yang menggugah saya lewat APS ini ta’ terkatakan. Sampai sekarang, jika share dengan teman2.. saya ga berhenti merinding bergetar hati saya..  Dan ternyata, pak.. praktek dari APS ini tidak hanya bisa saya terapkan kepada anak, tapi juga kepada suami, asisten (mbak di rumah), teman..dll..dan efeknya subhanallah. Mohon maaf lahir batin jika ada yang tidak berkenan.
Semoga Allah melipatgandakan kebaikan bapak kepada kami semua..
Semoga Allah selalu melimpahkan hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua..amiiiin…


Salam persaudaraan dari kami di Duri..
Wassalamualaikum wr. Wb.
Eva Y. Dewantoro



Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "