7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif (sebagai umat Islam)


Alhamdulillah pada kesempatan kali ini, diri ini ingin mencoba mentafakuri tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif (biasa dikenal dengan “The Seven Habits of Highly Effective People” yang ditulis oleh Dr. Steven R.Covey.), dalam Islam (dihubungkan dengan ayat-ayat Alquran dan hadits).

Tak lupa sampaikanlah sholawat dan salam kepada nabi besar Muhammad saw pembawa panji kebenaran dengan cahayanya membawa umatnya yang tadinya gelap ke jalan yang terang. Salamku dengan kerinduan padamu tuk berjumpa di alam keabadian..wahai habiballah..

Kebetulan diri ini pernah mengikuti Pelatihan seven habits of highly effective people di Jakarta. Namun diri ini tergerak untuk 'iqro bismirobbi' bagaimana jika dihubungkan dengan Islam. Aku coba searching barangkali ada yang sudah menghubungkannya dalam kehidupan berislam. Ada beberapa versi seven habit dalam Islam, kucoba menggabungkan dari beberapa sumber di beberapa blog.
Memang agak njelimet, tp buatku ini penting sekali untuk mengazam diri sebagai umat islam sejati. Lewat ilmunya orang barat, ditransformasikan untuk kepentingan dunia akhirat.Teori-teorinya disajikan dulu, baru kemudian bagaimana diterapkan dalam agama Islam. Mudah-mudahan bisa bermanfaat buat mengingatkan diri sendiri juga buat mu sahabatku yang berkenan membacanya.

Dalam seven habits tersebut banyak nilai islami yang bisa kita rasakan hikmahnya. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda: “ Hikmah itu milik orang Islam, di mana pun kamu mendapatkannya ambillah.”

Apakah kebiasaan itu?. Kebiasaan adalah pertemuan antara ‘knowledge’ [ pengetahuan ], ‘skill’ [ keterampilan] dan ‘desire’ [ keinginan ]. Menghentikan kebiasaan marah misalnya, tidak cukup dengan memiliki pengetahuan tentang terdapatnya hubungan negatif antara marah dengan kesehatan jiwa dan raga dan larangan dalam agama Islam (pengetahuan) dan mengetahui cara mengendalikan marah (ketrampilan). Diperlukan keinginan darinya sendiri tuk menghentikan kebiasaan marah. Mengubah kebiasaan mensyaratkan ketiganya.

Berikut adalah 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif.


Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif

Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Nilai-nilai buat seorang umat Islam terdapat di dalam Alquran.
Pada surat Al Isro:15 disebutkan "barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah) maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Kita diberi "freedom to choose" / kebebasan untuk memilih jalan yang akan kita tempuh dan sadar akan harga sebuah pilihan. Tiada yang abu-abu, yang ada hitam atau putih. Konsekuensi dosa atau pahalakah yang akan kita dapatkan, semuanya sudah diantisipasi, "tindakan mencegah lebih baik daripada mengobati".

Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.

Dalam surat Ar Ra'd:11 disebutkan "sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri sendiri". Keinginan untuk berubah menjadi lebih baik sangatlah dibutuhkan agar kita mempunyai spirit/semangat untuk melakukan perubahan. Tanpa itu, semuanya tinggal mimpi, cita-cita yang kita harapkan tak akan tercapai.
Orang proaktif bisa menjaga dirinya agar tetap bahagia. Namun ternyata banyak juga yang merasa tidak bahagia terhadap kehidupannya. Mereka kira bahawa ketidakbahagiaan mereka disebabkan karena apa yang terjadi pada diri mereka. Padahal yang sebenarnya adalah karena cara mereka memberi makna atas apa yang terjadi. Sebagai orang Islam yang proaktif, selalu ada pilihan untuk bereaksi secara positif terhadap situasi yang negative dengan panduan manual book Alquran dan hadits. Dengan kata lain, kitalah yang memprogramkan kehidupan kita sendiri.

Sebagai seorang pro aktif, iqro ke dalam diri (dalam konteks mengoreksi diri sendiri) bukan iqro kepada orang lain lebih efektif membangun diri ini sebagaimana diriwayatkan pula oleh at-Tirmidzi (ibnu Majah, Ahmad, dan ath-Thabrani), Syaddad bin Aus mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad pernah bersabda “Orang yang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk masa setelah mati, orang yang bodoh adalah orang yang selalu menuruti hawa nafsunya dan berharap sesuatu yang baik kepada Allah”.
Jika sudah memahami kebiasaan yang pertama, baru kita bisa merumuskan kebiasaan yang ke 2.

Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir
Kebiasaan kedua adalah kebiasaan memiliki visi, misi dan tujuan. Kebiasaan ini menunjukkan arah dan cara menjalani hidup serta menentukan hal-hal yang penting dalam hidup. Islam mengajarkan pentingnya goal setting sebagaimana Rasulullah Saw menyatakan segala sesuatu tergantung pada niatnya (innamal a'malu binniat..hadits yang mudah dihafal..:-)

Jika boleh diri ini mau merumuskan visi misi tujuan hidup di dunia ini. Bismillahirohmaanirrohim..
Mampu atau belum mampu, kuharus berani menuliskannya.

Visiku ingin menjadi penghuni surga dan berjumpa denganNya dan kekasihNya yang termulia Nabi Muhammad saw

Untuk itu, misiku sebagaimana di surat Adzariyat:56 "Aku tidak menciptakan manusia dan jin melainkan agar mereka beribadah padaku" (beribadah 24 jam-mahdhoh ghoiru mahdhoh)melaksanakan semua perintahNya menjauhi segala laranganNya dengan niat lillahi ta'ala (ibadah) dan menjadikan nabi Muhammad sebagai suritauladan dengan menjalankan sunnahnya

Tujuanku di dunia ini untuk mendapatkan ridho Allah yaitu mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (Albaqarah:213) dan barangsiapa bahagia akan masuk surga (Hud:108); jika disingkat dunia bahagia akhirat surga.
(Notes: makna bahagia bukanlah materi tapi immateri, "barangsiapa mengikuti petunjukKu tiada rasa takut tidak pula ia bersedih hati". Bahagia yang datang dari ketaatan padaNya)

Kelihatannya masih lipservice, sesungguhnya malu aku menulisnya, tapi dengan namaMu ijinkan aku ya robb..hambaMu yang dhoif ini tuk menuliskannya tuk membenamkannya dalam hatiku.

Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama

Mendahulukan yang utama merupakan kebiasaan yang menuntut integritas, disiplin dan komitmen. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda).

Allah berfirman dalam Surah Al-Mukminun 23:1-3, “ Sungguh berhasil orang-orang mukmin, iaitu orang –orang yang khusyu’ dalam solat mereka dan orang-orang yang berpaling dari perbuatan dan percakapan yang sia-sia ”, dan dalam Surah Al-Ashr 103:1-3, “ Demi masa sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali orang-orang beriman dan beramal soleh, saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran ”. Juga dalam Surah Al-Insyirah 94:7-8, “ Maka apabila engkau telah selesai [ dari suatu urusan ], maka kerjakanlah [ urusan lain ] dengan bersungguh-sungguh dan kepada Tuhanmulah kamu berharap ”. Kebiasaan ketiga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu.

Ada istilah yang memudahkan untuk membuat prioritas yaitu UUT (Ujung-Ujungnya Taat kepada Allah) atau UUM (Ujung-Ujungnya Membangkang kepada Allah). Semua yang diprioritaskan untuk menambah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan saringan Alquran dan hadits, UUT dan UUM terasa bedanya, jika ditafakuri, dengan menggunakan akal untuk berfikir dan hati untuk merasakan.

Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang

Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan – “kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.

Ada kisah Muhammad bin Abdullah tentang "hajar aswad".
...
Saat perbaikan kabah, ketika dinding kabah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata, "Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa. Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad bin Abdullah muncul dari pintu. Serempak mereka berseru itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!

Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah. Subhanallah, nabi kita tercinta berfikir win win agar semuanya bisa dijalani dengan mementingkan semua pihak. Allahumma sholli alaa sayyidina muhammad.

Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami

Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.

Salah satu rahasia keberhasilan Rasulullah dalam berbagai dialognya adalah kesediaan beliau menjadi pendengar yang baik. Rasululllah tidak saja pandai berbicara, tapi juga pandai mendengar. Selain menjadi pembicara yang baik, beliau adalah pendengar yag sangat baik. Dengan mendengarkan beliau akan memahami maksud dari apa yang diutarakan dari lawan bicaranya. Berikut ini kisah Rasulullah ketika berdialog dengan perunding ulung yang akhirnya takluk setelah berdialog dengan beliau.

Ketika Rasulullah sudah mulai melakukan da’wah secara terbuka, kaum kafir Quraisy gundah dan guncang hatinya. Mereka ingin membendung aktivitas da’wah Muhammad dengan segala cara. Salah satunya adalah dengan mengutus Utbah bin Rabi’ah untuk melakukan negoisasi.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Utbah duduk di sebelah Rasulullah saw seraya berkata: “Wahai anak pamanku, sesungguhnya engkau mengetahui secara pasti kedudukanmu di tengah-tengah kaummu. Engkau telah memecah-belah barisan mereka, engakau caci-maki tuhan-tuhan mereka, dan engkau kafirkan nenek moyang mereka. Karena itu dengarkanlah kata-kataku: Aku akan menyampaikan beberapa tawaran, mudah-mudahan kamu mau menerima sebagiannya.”
(Beliau tidaklah marah dituduh seperti itu. Tidak juga langsung menjelaskan panjang lebar tapi beliau memahami terlebih dahulu, subhanallah)
Rasulullah berkata: “Wahai Abl Walid, katakanlah. Aku akan mendengarnya.” Lalu Utbah bin Rabi’ah mengutarakan panjang lebar segala tawarannya. Ketika selesai, Rasulullah kembali bertanya: “Sudah selesaikah wahai Abul Walid?” Ia menjawab, “Sudah.”

Rasulullah kemudian berkata: Sekarang dengarkanlah kata-kataku. Ia pun menjawab: “Silahkan” Lalu Rasulullah membacakan beberapa ayat dari surat Fushilat. Sampai pada akhirnya beliau membaca ayat sajadah (ayat 37), dan beliau bersujud. Lengkapnya ayat itu berbunyi:

“Dan sebagian tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang Menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”

Setelah itu beliau berkata kepada Utbah, engkau telah mendengarkannya dan kini silahkan temukan sikapmu. Utbah segera bangkit dari tempat duduknya, lalu pergi menjumpai teman-temannya. Sebagian dari mereka berkata: “Demi Allah, Abul Walid datang kepada kalian dengan raut muka yang berbeda dengan ketika ia berangkat.” Utbah meminta kepada mereka supaya memanggil Rasul Allah saw, akan tetapi mereka enggan. Mereka malah berkata: “Ia telah menyihirmu dengan ucapannya.”

Jika kita perhatikan percakapan antara Rasulullah dengan Utbah sungguh sangat menarik. Selain bobot pembicaraannya yang bagus, cara dialognya juga mempesona. Rasulullah sebagai tuan rumah terlebih dahulu mempersilahkan tamunya untuk menyampaikan maksud kedatangannya. Dengan penuh perhatian beliau mendengarkan sampai pembicara tuntas menyampaikan maksudnya. Beliau tidak memotong pembicaraan lawan bicaranya, malah beliau bertanya kepadanya, Wahai Abul Walid, apakah kamu sudah selesai? *
Allahu ya anta, pertemukanlah aku dengan sosok yang sangat mulia di mataMu disana...amiin

Kebiasaan kelima menunjukkan bahwa “ the secret of living is giving ” [ rahasia kehidupan adalah memberi ]. Rasulullah Saw bersabda bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah. Surah Al-Baqarah 2:261, “ perumpamaan orang yang memberi di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai berisi seratus biji, dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas [ kurnia-Nya ] lagi Maha Mengetahui.


Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi

Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).

Khalifah Umar bin Khattab pernah berujar bahawa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Yang harus diingat adalah agar dapat bersinergi setiap anggota memiliki lima kebiasaan di atas yaitu proaktif, mulai dari tujuan akhir, dahulukan yang utama,berfikir menang-menang dan berusaha memahami dahulu baru difahami. Allah Swt mengingatkan agar kita hanya bersinergi dalam melakukan kebaikan bukan dalam berbuat dosa dan permusuhan [ Al-Maidah 5:2 ]
Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah pada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaNya.
Berikut ini kisah Nabi Muhammad dan Salman Alfaritsi yang terkenal adalah karena idenya membuat parit dalam upaya melindungi kota Madinah dalam Perang Khandaq.

Demikianlah pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara yang besar mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap untuk menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut:

Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah naik sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)

24.000 orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan menghabisi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Agama serta para shahabatnya.

Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari fihak musuh-musuh Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.

Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu?

Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Itulah dia Salman al-Faritsi radhiyallahu 'anhu!' Dari tempat ketinggian ia melayangkan pandang meninjau sekitar Madinah, dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya kota itu di lingkungan gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai benteng juga layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng pertahanan.

Di negerinya Persi, Salman Alfaritsi radhiyallahu 'anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota. Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat tentang strategi menghadapi mereka, dan akhirnya gagasan Salman Alfaritsi dari negeri Parsi disetujui.

Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atas usul Salman Alfaritsi radhiyallahu 'anhu tersebut.

Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.

Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka ... dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit ...

Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu 'anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu.
Kisah diatas adalah contoh komunitas umat nabi Muhammad dan para sahabat beliau yang saling bersinergi untuk menghadapi perang Khandaq.
Semoga kita bisa mengambil ghirah dan hikmah betapa pentingnya bersinergi.

Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji

Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah/spiritual. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.

Rasulullah mengajar agar kita terus mengasah gergaji fisik, mental, sosial / emosional, dan spiritual dimana beliau bersabda:
“ Orang Islam adalah orang yang begitu sibuk memperbaiki diri, sehingga tidak memiliki waktu lapang untuk mencari-cari aib orang lain. Orang Islam adalah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik darihari ini. Amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit ”.

Alangkah indahnya jika kita bisa menerapkan seven habits versi islam ini dengan visi misi dan tujuan yang jelas mengarah kepada kebaikan di dunia dan di akhirat, menghisab diri jadi lebih mudah karena ada parameter dan indikator keberhasilan yang bukan untuk dibanggakan jika kita berhasil mencapainya tapi untuk disyukuri. Semoga bisa jadi salah satu solusi agar kita bisa mencapai tujuan everlasting kita, dunia bahagia akhirat surga.Yukk kita mulai dari sekarang, Allahuakbar!
Wallahualam bissawab. Mohon dimaafkan jika ada yang kurang berkenan.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka waatubu illaik.

Referensi:
haqiqie.wordpress.com
belajarbersama.multiply.com
www.Hidayatullah.com
kisahsufi.wordpress.com
id.wikipedia.org/wiki/Salman_al-Farisi

Dosa Luaran Dosa Dalaman


Alhamdulillah ya Allah.. Atas semua karuniaMu baik yang kuketahui tak kuketahui..yang terkatakan dan tak terkatakan
Sampaikanlah shalawat beriring salam kepada nabi besar Muhammad SAW kekasihMu yang termulia disisiMu

Tulisan ini kutulis berdasar pengamatan, pengalaman, rasa dan setetes ilmu dariNya..untuk muhasabah diri dengan tujuan taqorrub ilallah.. dan terus semangat bermujahaddah menuju perjalanan pulangku kepadaNya. Bagi yang berbeda pemahaman, sudilah memaafkan, perbedaan itu rahmat.

Sebagai seorang hambaNya yang dhoif, diri ini tak luput dari kesalahan. Hari demi hari jika tidak aware, begitu banyak dosa demi dosa yang diperbuat. Dosa demi dosa berlalu, hari akhir semakin dekat. sudahkah diri ini terus memperbaiki diri?

Pada kesempatan kali ini, ijinkan aku memecah pemahaman dosa menjadi dua, dosa luaran dan dosa dalaman.
Apa itu dosa luaran? Dosa luaran itu dapat terlihat dan lebih mudah dievaluasi, seperti contohnya tidak memakai jilbab bagi kaum muslimah', tidak melaksanakan sholat fardhu, tidak menunaikan zakat, tidak menjalankan puasa dan dosa maksiat syariat lainnya. Sedangkan dosa dalaman itu yang secara kasat mata tak terlihat tapi ada di hati kita seperti sifat iri/dengki/hasad dan sombong/angkuh. Dosa dalaman ini tidak kelihatan tapi bisa menjadi bahaya laten yang lama2 membesar tanpa kita ketahui.

Sekarang kita ambil contoh dosa luaran, yaitu tidak memakai jilbab. Di Alquran surat Al Ahzab : 59 yang artinya :“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dan ternyata perintah berjilbab tidak hanya ditegaskan sekali saja, namun masih ada ayat lain yang juga memperkuat hukum berjilbab :
“Dan katakanlah kepada para wanita yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya….” ( QS. An-Nur: 31)

Kaum muslimah dengan berbekal 2 ayat ini seharusnya menggunakan jilbab. Bagaimana jika tidak? Sebagian mereka beralasan yang penting hatinya. Ada bilang belum siap so tunggu hidayah datang. Apa benar tunggu hidayah datang? Atau menjemput hidayah, karena menurut surat Ar Ra'd 11 Allah tak akan mengubah suatu kaum jika kaum itu tak mau berubah.

Sesungguhnya dibalik perintah Allah itu terdapat cintaNya. Dia mewajibkannya karena Dia mencintai hambaNya, untuk kebaikan di dunia dan di akhirat.

Apa benar yang penting hatinya (dalamannya)? Klo menurutku luaran itu penting juga, luaran yang diridhoiNya. Ada hikmah swaktu berhaji disaat ihram, Allah memerintahkan kita untuk "menyempurnakan" penampilan kita sebelum melakukan ritual haji diantaranya menutup aurat dengan sempurna. Hikmah yang kurasakan untuk 'bertemu denganNya" mendekatkan diri padaNya perlu "menyempurnakan" penampilan kita, agar tampil terbaik buatNya. Jika Allah senang, Dia akan senang kita berada dekat denganNya. Subhanallah.. So why not wearing jilbab ukhti? Biar semakin dekat denganNya.

Begitu juga perintah Allah lainnya seperti sholat, zakat, puasa, dll..semuanya buat kebaikan kita..semuanya tanda cintaNya, dengan merasakan Dia. Jika bisa merasakan Dia dalam menjalankan perintah syariat dariNya, semua jadi nikmat semua jadi kebutuhan tidak lagi hanya sebatas kewajiban.

Kembali ke masalah hati. Didalam hati itu, juga ada penyakit hati itulah dosa daleman, berbahaya laten karena ga dapat dilihat tapi harus merasakan. Diantaranya iri/dengki/hasad dan sombong. Dalil mengenai sombong adalah sebagai berikut:
“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Qashash:83)

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. “ (QS. Luqman:18)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya sebesar atom.”
“Kemuliaan adalah pakaianKu dan sombong adalah jubahKu. Siapa yang mengambil sedikit dari keduanya akan Ku adzab.”  -  hadist Qudsi
Jika dirasakan Allah sungguh tak menyukai hambaNya yang sombong dan tegas ganjaran dariNya.
Dalam kehidupan sehari2 jika tidak aware akan makna sombong, bisa-bisa kita terjeblos di dalamnya. Merasa lebih hebat dari yang lain, meremehkan orang lain bahkan menghina orang yang tidak memiliki kelebihan yang ia miliki.

Begitu juga dalam kehidupan beragama, hingga kita sebagian kaum muslimin tanpa sadar merasa berbangga dari agama lain. Tanpa sadar merendahkan agama lain. Padahal kita bukan Tuhan, yang bisa menjudge mereka menjadi ahli neraka. Semua adalah rahasiaNya..kita sebagai makhlukNya seharusnya saling berkasih sayang; walau berbeda tapi tetap satu yaitu sama2 makhlukNya.
walau agama islam adalah agama yang diridhoi Allah, bukan berarti kita menganggap rendah agama lain. Ya Allah, jadikanlah kami hambaMu yang jauh dari sifat sombong dan selalu berkasih sayang dengan semua makhlukMu dibumi langit dan seluruh ciptaanMu.

Segala materi yang kita miliki baik berupa kekayaan, kepandaian, kecantikan, kedudukan, jabatan dll bisa menjadikan suatu kebanggaan yang berlebihan sehingga menimbulkan sifat sombong. Padahal semua ini adalah titipanNya bukan milik kita. Ingatlah hadits nabi "kibr (merasa diri lebih hebat), jangankan surganya baunya saja ga tercium." Bagaimana cara menghilangkannya? Manusia diberi alarm jiwa olehNya. Seperti yang ada di Alquran Albaqarah 38 "barangsiapa mengikuti petunjukKu, tiada ia takut tidak pula bersedih hati". Disaat tidak mengikuti petunjukNya alarm jiwa berbunyi. Disaat merasa sombong, segeralah beristighfar kepadaNya dan gunakan doa sebagai senjata (HR doa adalah senjatanya orang mukmin). Ya Allah, ampunilah dosaku yang ada sifat sombong. Lahawla walaa quwwata illabillah. Selain itu, disaat berjalan tundukkan pandangan sehingga frekuensi sombong yang letaknya di frekuensi tinggi (di kepala) menjadi turun ke frekuensi tawadhu, di dada sehingga hanya merasakan Allah dan alam semesta yang ada di sekitar kita.

Bagaimana dengan hasad/iri dengki.
“Jauhilah iri dengki. Karena sesungguhnya iri dengki itu akan memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud).

Orang yang iri ini, sedih terhadap kelebihan yang terlihat dalam diri seseorang atau kebaikan yang mendapat pujian. Iri ini menimbulkan dendam kebencian.Ia tidak menyukai kemajuan yang dimiliki oranglain.
meskipun ia telah dikarunia Alloh swt kelebihan –-bahkan lebih banyak-- , ia tetap saja iri (tidak rela) bila Alloh swt berkenan memberikan kelebihan kepada orang lain atau orang-orang yang dikehendakiNya. Inilah orang yang hari-harinya tersiksa dan tersibukkan dengan kelebihan-kelebihan orang lain.

Penyakit iri memang sangat berbahaya, kebaikan yang kita susun dengan jerih payah bisa lenyap begitu saja, hanya karena iri hati itu ada pada diri kita. Untuk melenyapkannya, berdasar informasi yang kubaca salah satunya adalah dengan mengucapkan salam. Sebab ucapan salam bisa menumbuhkan rasa saling mencintai. Dan saling mencintai itu bisa melenyapkan iri hati. Sebagaimana sabda Rosululloh saw: “Telah merayap kepada kalian penyakit umat-umat terdahulu. Ia adalah pemangkas. Pemangkas dien (agama) dan bukan pemangkas rambut. Demi yang jiwa Muhammad berada dalam tanganNya, kalian semua tidaklah beriman, sehingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku beritahu sesuatu yang apabila kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Rosululloh saw bersabda: “sebarkanlah salam diantara kalian”. (HR Muslim).

Menurutku pribadi, ga ada ruginya bahkan beruntunglah orang yang bisa ikut berbahagia atas keberhasilan orang lain. Ucapkanlah" alhamdulillah semoga apa yang kamu peroleh membawa keberkahan dan kebaikan di dunia maupun di akhirat." Saat kita mengucapkannya, hati kita akan lapang dan Allah bertambah mencintai kita. Subhanallah, Allah, jadikanlah kami hambaMu yang jauh dari sifat iri dengki, ampunilah dosa kami yang masih ada setetes iri di hati kami, laahawla walaa quwwata illa billah. Disaat berdoa seperti itu, hati kita akan damai nyaman. Dan untuk mengikisnya lebih dalam, begitu banyak wadah majelis zikir untuk membersihkan hati kita.

Apakah yang harus dilakukan saat bertemu orang yang iri dengki atau sombong buat dosa dalaman dan tidak menjalankan syariat buat dosa luaran? Haruskah kita membencinya, bahkan kita ikut merasa lbh tidak sombong tidak iri dibanding dia? Doakanlah " Ya Allah ampunilah dosaku jika masih ada setetes kesombongan di hati ini, begitu juga dengan dia Allah..ampunilah dosanya ya Allah, bukakanlah pintu hatinya.lahawla walaa quwwata illa billah.

Dosa luaran dan dosa dalaman semuanya pada dasarnya adalah dosa yang harus dijauhi...bisa jadi kiamat tak lama lagi. Disaat itu tiba, mampukah kita mempertanggungjawabkan perbuatan kita di mata Allah. Apakah luaran dulu yang mau diperbaiki atau dalaman dulu yang diperbaiki atau secara simultan memperbaikinya secara bersama. Indikator sudah berhasil diperbaiki, tiada khawatir was2 dan gelisah..damai aman tentram sebagaimana terdapat pada surat Al Baqarah : 38 "Barangsiapa mengikuti petunjukKu, tiada rasa takut pada mereka dan mereka tidak pula bersedih hati". Apapun itu, semua perintahNya baik luaran dalaman adalah wujud kasih sayangNya, semuanya untuk kebaikan dunia akhirat. Yakinlah dibalik itu ada kado2 indah buat kita dariNya. There's nothing that Allah can't do. Except Allah never stop loving u. Allah mencintai prosesnya, bukan hasilnya. Wallahualambissawab.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atubu illaik.

Kidung Rumekso Ing Wengi


Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno

Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak

Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa

Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman

Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal

……………………………………..

Terjemahan dalam bahasa indonesia:
 
Ada kidung rumekso ing wengi
Yang menjadikan kuat selamat, terbebas dari semua penyakit
Terbebas dari segala petaka
Jin dan setanpun tidak mau
Segala jenis sihir tidak berani
Apalagi perbuatan jahat
Guna-guna tersingkir
Api menjadi air
Pencuripun menjauh dariku
Segala bahaya akan lenyap

Semua penyakit pulang ketempat asalnya
Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih
Semua senjata tidak mengena
Bagaikan kapuk jatuh dibesi
Segenap racun menjadi tawar
Binatang buas menjadi jinak
Pohon ajaib, tanah angker
Lubang landak, gua orang,
Tanah miring dan sarang merak

Kandangnya semua badak
Meski batu dan laut mengering
Pada akhirnya semua selamat
Sebab badannya selamat
Dikelilingi oleh bidadari,
Yang dijaga oleh malaikat,
Dan semua para nabi dan rasul
Dalam lindungan Tuhan
Hatiku Adam dan otakku nabi Sis
Ucapanku adalah nabi Musa

Nafasku nabi Isa yang teramat mulia
Nabi Yakup pendenganranku
Nabi Daud menjadi suaraku
Nabi Ibrahim sebagai nyawaku
Nabi sulaiman menjadi kesaktianku
Nabi Yusuf menjadi rupaku
Nabi Idris menjadi rambutku
Ali sebagai kulitku
Abubakar darahku dan Umar dagingku
Sedangkan Usman sebagai tulangku

Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia
Siti fatimah sebagai kekuatan badanku
Nabi Ayub ada didalam ususku
Nabi Nuh didalam jantungku
Nabi Yunus didalam otakku
Mataku ialah Nabi Muhammad.
Airl mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa
Maka lengkaplah semua rasul
Yang menjadi satu badan

…………………………………
Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "