Kenanganku di Auladi Parenting School 2008


Assalamualaikum wr. Wb.
Pak Ikhsan yang dirahmati Allah,
Aku adalah seorang ibu dari 3 orang anak berusia 5,5 tahun dan kembar perempuan laki-laki berusia 2,7 tahun.
1 minggu lebih telah berlalu sejak saya dan suami mengikuti APS (Auladi Parenting School) di Duri Riau.
Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada saya mengikuti APS ini, ternyata APS ini adalah jawaban dari munajat saya kepada Allah. Saya sudah mengetahui kelemahan2 saya di dalam menjalani pengasuhan anak, tapi selama ini saya tidak tahu bagaimana ikhtiar saya selanjutnya.

Saat saya menerima informasi APS by email, hati saya langsung tergerak untuk mengikutinya, begitu juga dengan suami saya. Kami berdua merasa perlu untuk mengikuti APS ini, apapun kemasannya, kami tidak perduli…kemantapan hati kami semoga menjadi pertanda bahwa inilah petunjuk dari Allah menuju jalan yang diridhoi-Nya..amiin. Subhanallah,  Allah memang memberikan ‘lebih dari yang kubayangkan’ dari APS ini. Selama 2 hari saya menjalani APS ibaratnya seperti saya menonton film dosa-dosa saya sama anak selama ini.  Tetes-tetes air mata tak terbendung dari awal acara hingga akhir acara. Begitu banyak kesalahan yang saya perbuat, tapi terlewati begitu saja tanpa hikmah yang saya dapat..tapi dengan APS ini, saya menemukan hikmah dan solusinya.

Selama ini, aku sudah berbangga hati, karena sudah tidak ‘ingin lagi’ bekerja menjadi seorang pegawai fulltimer. Dulu, dengan jenjang pendidikan S2 dan nilai akademis yang saya raih, membuat ‘alam bawah sadar’ saya tertanam bahwa Yang hebat itu yang wanita karir. Sampai-sampai saya minder, kalo ketemu teman-teman dulu seperkuliahan, yang bekerja dengan penampilan modis dan wangi, sedang saya menjadi ibu rumahtangga, saya merasa terpuruk mengikuti suami di Duri. Di alam bawah sadar saya tertanam bahwa ibu rumah tangga itu rendahan dan buat apa capek-capek sekolah klo Cuma jadi Ibu rumah tangga. Suami dan anak sulung saya sering jadi sasaran ketidaknyamanan saya di Duri. 

Memang benar, seperti APS share-kan, bahwa energy negative ibu membuat anakku terinduksi negative pula. Dengan setengah hati aku urus anakku, aku anggap anak itu hanya perlu diberi makanan jasmani, masalah stimulasi gimana nanti.. malah yang kuberikan adalah energy negative dengan melakukan pemaksaan untuk tidur siang, pemaksaan untuk nurut…yang kadang jika kesabaran habis, sampai kepada membentak dan mencubit meskipun jarang, tapi ternyata bayangan saat kulakukan itu terus membekas di kalbu, dan  tanpa sadar aku sudah memiskinkan jiwanya. Alhamdulillah, Allah masih mau mencurahkan nur hidayah-Nya, seiring dengan aku menggunakan jilbab, dan mulai mau mentadaburi Al-Quran, saya mulai merasa ‘nyaman’ menjadi seorang ibu rumah tangga. Ibaratnya, lapis ego pertama, yaitu terpuruk tinggal di kota Duri mulai pupus. Aku mulai mampu menjauhkan diri dari kontak fisik, dan mulai ada pengendalian nafsu amarah. Ternyata rasa ‘nyaman’ yang saya rasakan itu semu. Ada lapisan ego berikutnya yang belum terkikis, yaitu ogah-ogahan mendampingi anak selama beraktivitas di rumah.

Yang membuat saya sangat bersyukur, ternyata di APS ini, hati saya tergugah bahwa menjadi ibu rumahtangga tanpa bekerja bukanlah berarti kita ini dekat dgn anak, karena begitu banyak ibu rumahtangga yg hanya bersama anaknya di rumah, tp tdk ‘mengajak anaknya berbicara, tdk mendampingi anaknya, melakukan aktivitas sendiri2”. ITULAH DIRI SAYA. Durasi waktu saya bersama anak tidak bisa bertahan lama, dan biasanya anak2 suka saya alihkan ke ‘mbak2’nya di rumah. Saya tahu itu salah, tapi saya merasa belum mampu bertahan lama dalam menghandle anak2. Saya lebih bertahan lama dengan aktivitas saya di depan computer atau diluar rumah melalui kegiatan-kegiatan social keagamaan.

Alhamdulillah, setelah mengikuti APS ini, saya mengibaratkan di hati saya ada batu karang EGO saya yang sudah mengeras bertahun-tahun, mulai melumer perlahan-lahan. Yang membuat saya menangis, saat di APS, disajikan kemampuan anak dengan stimulasi dan tanpa stimulasi. Betapa sel-sel saraf yang muncul baru terikat simpul satu dengan yang lain dengan stimulasi dari orangtuanya secara konsisten. Apalagi ternyata selama ini yang saya lakukan menyampaikan informasi dengan nada suruhan (energy negative), menggurui, tanpa membuat anak berfikir dan berbicara apa dirasakannya. Menstimulasi pun benar-benar seadanya.

Ada lagi yang membuat saya tercerahkan adalah makna pembelajaran itu sendiri. Di alam bawah sadar saya belajar itu artinya serius, akademik, duduk di meja, dan anak focus ke pelajaran, ternyata belajar itu bisa dimana saja..tidak hanya belajar akademis tapi juga belajar memahami kehidupan sampai membangun sikap mental positif. Dulu saya mengharuskan anak belajar, bukan membuat anak suka belajar. Saat saya praktekkan, saat anak sedang menjelajah kamar pribadi saya dan suami, meja rias di acakadut, dulu saya langsung bilang ‘baweeeeel’ ama anak2… tapi ternyata ada hal positif yang mereka lakukan adalah sedang ‘belajar’ mengeksplor hal-hal yang baru buat mereka. Saat sedang main-main air, ternyata mereka sedang ‘belajar mengeksplor’ sensasi dari air. Dari modul demi modul yang diajarkan, APS benar-benar membantu saya.

·         PRASANGKA BAIK. Di APS, saya mulai mengerti kenapa kita itu harus prasangka baik dulu sama anak, karena anak itu fitrah, fitrahnya anak memang untuk menguji saya, tapi yang saya lakukan seringnya menghakimi. Apalagi si sulung, seringnya saya salahkan jika bertengkar dengan adik2nya tanpa mengajaknya berdialog, begitu mudahnya menjudgement dia. Tapi subhanallah, sejak APS, saya berusaha untuk ‘menghargai dia dulu’… “ooohhh, kamu marah ya Nak sama adik…iya ma, adik ngganggu aku..mainanku diambil”.. tapi coba dech, klo kita ngobrol, kira-kira klo dipukul sakit ngga ya? sakit.. klo sakit adik sedih ga dipukul? Sedih… Kamu sayang ga sama adik?... klo sayang… ayoo’ kita maaf… Adik juga....kira-kira mas suka ga ga klo mainannya di ambil?.suka atau ga suka?...Adik sukanya melihat mas suka atau ga suka? Suka… nah..itu artinya adik sebenarnya sayang ama mas.. Klo sayang..ayoo kita maaf-maafan… saat mereka mau, aku puji dia dengan “Alhamdulillah, ya Allah..Terima kasih ya Allah… Engkau telah memberiku anak-anak yang sholeh”… Very good, good job..masya Allah..  Klo dulu, saya itu pelit sekali ama pujian sama anak. Ternyata imbas nya subhanallah, energy positif yang kami tebarkan, membuat anak nyaman bersama saya, dan mereka mulai terlihat makin ‘kritis’ karena pola asuh orangtuanya yang mulai membuat mereka rileks. Sayapun mulai perlahan-lahan bisa bertahan lama bersama anak. Alhamdulillah. Saya belajar untuk mencari karakter positif anak. Ga mungkin anak itu ga ada karakter positifnya. Di hari pertama APS, yang saya lakukan mengamati apa ya karakter positif anak2 saya. Terima kasih ya Allah, akhirnya aku makin banyak menemukannya. Si sulung, ternyata anak yang gampang minta maaf, yang kedua klo disuruh nurut, yang ketiga senang beberes. Semakin digali, semakin banyak, Allahuakbar..terima kasih ya Allah. Selama ini aku terhijab oleh kelemahan2 anak2ku, sehingga kadang membuatku senewe. 
·         MEAN OF LEARNING..Arti belajar ini..membuat saya lebih rileks dalam mengajarin anak. Sekarang dimana-mana ternyata saya bisa ‘belajar’ sama anak-anak, ternyata momen2 anak-anak bertanya, adalah momen2 belajar yang sayang jika terlewati, yang sayang jika saya abaikan. Subhanallah. Kadang anak sulungku suka bosen bermain sempoa, tapi sekarang momen ‘sempoa’ yang dia suka “di dalam perjalanan mobil, pakai papan jalan, dia dengan asyiknya bisa main sempoa, malah minta nambah soal lagi”… Saat anak-anakku yang lagi ngebelataknya muncul, saya langsung terngiang, “subhanallah, ternyata disaat itulah mereka sedang belajar”… Cuma setelah tenang, mereka saya arahkan sambil mengajak berfikir.
·         KONSISTENSI. Dulu saya sering melabel diri saya inkonsistensi. Ternyata hal ini membuat pembenaran dalam diri saya untuk membuat anak ikut2an ga tertib dalam menjalani peraturan di rumah. Saya amazing juga, kenapa tiba2 saya bisa termotivasi untuk lebih berjuang. Ternyata Alhamdulillah, mulai terasa dampaknya. Saat saya menerapkan main game 1 jam sehari, saat si sulung minta lagi “ma boleh main game…dengan tersenyum selebar-lebarnya, saya berkata “ kan udah”… boleh lah ma main game 1 jam lagi aja? boleh..tapi untuk besok lagi ya… full smile ternyata membuat anak lebih nyaman walau ‘permintaannya ditolak’. Saat menjawab Tidak..pun..senyuuum terus mengembang.
·         KARUNIA KIBLAT, KARUNIA PENDENGAR & KARUNIA SHAFFAAT. Selama ini saya seringnya yang teringat selalu sama anak2, saat tiba-tiba mereka berbuat ‘heboh’, adalah keburukan2nya. Wajar, kadang jadinya sewot saat anak2 berperilaku menyebalkan. Tapi subhanallah, disaat anak nyebelin, yang saya lakukan berusaha ‘menghargai’ dulu, baru dicegah. Saya yang suka melabel diri saya sebagai bad listener, jadi termotivasi untuk mendengarkan anak saya bercerita, merasakan apa yang ada di dalam jiwanya, bukannya menyalah-nyalahkannya. Hari ini saya benar-benar praktek. (notes : klo dulu..klo anak nangis cengeng, saya langsung reflek ngomong ihhh..malu ihhh..cengeng…makanya lain kali blablabla..pusing kali ya anakku ngedengerin mamanya yang bawel dan ga pengertian). “Tiba-tiba sampai di rumah, yang biasanya si sulung tersenyum gembira disambut mamanya, tapi kali ini dia pulang dengan wajah unhappy. Bulir-bulir air mata mau keluar, Dimas kenapa, “tempat minumku ketinggalan, ma”. (hehehe..wajar dia nangis, itu tempat minum baru dibeliin eyangnya). Oohh..ketinggalan..yuuukkk..ngobrol dulu sama mama. Kami duduk bersama. Iya ma, ketinggalan di sekolah. Oohh..jadi ketinggalan ya.. Dimas sedih? Iya ma..sedih..(wajahnya itu lho, terlihat sedih sekali, saya ga tega klo mau ngelobi agar bisa ditunda esok hari..bisa “mutung”nya panjang…aku paham karakter si sulung ini) mau mama temenin nak, ke sekolah? Iya ma..mau… akhirnya kami semua kembali ke sekolahan si sulung..alhamdulillah hati ini ikhlas melakukannya. Adik-adiknya pun turut serta. Saat tiba di sekolah, langsung ke ruang kelas.., “tadi..Dimas taruuh di mana”..disitu..kok ga ada. Wajah sedihnya membuat hati sang mama yang banyak salah ini jadi terenyuh. (Tempat minum yang dicari ga ada, bu guru wali kelasnya sudah tidak ada ditempat, ruang gurupun sudah terkunci..kata bu guru yang lain yang masih di sekolah ada kemungkinan disimpan sama wali kelasnya atau terbawa sama temannya.) Jadi Dimas maunya gimana? Telpon bu guru donk ma… aku mau ngomong. Maaf nak, hp mama ketinggalan. Klo nanti dari rumah kita telpon boleh ga? Kunci ruang guru dimana ma? Juga ga ada…bu guru kan lagi rapat. Gimana donk..kita telpon dari rumah gimana nak? Ga lama kok..nanti mama telpon bu guru.. Adik2 kasian nunggu di mobil. Akhirnya, Dimas dengan wajah yang masih agak sedih mau pulang dengan tangan hampa. Saat dijalan, setelah Dimas tenang, sang mama bertanya “Dimas…yuukkk ngobrol ama mama, mau. Dimas sedih ya kehilangan tempat minum? Iya ma..sedih.. jadi menurut Dimas, enakkan mana..kehilangan barang atau ga kehilangan barang? Enakkan ga kehilangan barang… jadi.. sbaiknya apa yang dilakukan supaya ga kehilangan barang? (Dimas terdiam..tenang kembali) akhirnya mama nya nyaut “ artinya..sebelum bubar sekolah, barang2 yang dibawa di tas Dimas dicek-cek lagi ya…”…semoga terdiamnya dia..artinya si sulung sedang ‘mengembangkan otak cortex nya ..otak berfikir’.
 Subhanallah… betapa nikmatnya kucicipi dialog demi dialog bersama anakku, titipan terbaik dari Allah… Dulu mana pernah aku merasakan seperti ini. Ternyata benar ada aksi ada reaksi. Selama ini aku hobinya merangsang otak reptile anakku, anak jadi beku mikirnya..semuanya doktrin, harus..jangan..makanya..panas kuping..otak berfikir ga berkembang..malah membuat ratusan ribu sel saraf otaknya putus. Semoga Allah mengampuni dosaku selama ini.   

Begitulah pengalamanku selama 1 minggu ini pak Ikhsan…Makin terasa, bahwa memang anak itu banyak memberi daripada menerima… lewat anak bisa mendapatkan ‘surga sbelum surga’.  Saya sadar pak, bahwa puluhan tahun bermain dengan otak reptile, tidaklah mudah seperti semudah membalikkan telapak tangan. Kadang karena sang mama puluhan tahun lbh banyak  ‘di otak reptilenya’, saya kehilangan kata-kata untuk ‘berbicara’ sama anak…. Apalagi kalo pas anak sedang ‘menguji’, istighfar dulu (jk masih emosi)…memohon kekuatan dari Allah.. baru bisa mengutarakan lagi…Hikmah yang saya dapat, ternyata mengajak anak berfikir menuju jalan yang diridhoi Allah membutuhkan kejernihan hati dari orangtuanya.

Tapi, lewat curhat ini, semoga bisa menambah pembenaman dalam diri saya. Subhanallah, saya sering merinding2 pak, karena pengaruh energy positif yang kami tebarkan kepada anak2 .. kamipun menjadi rileks, membuat mereka lebih ‘kritis’, lebih ceria, dan tambah sayang sama orangtuanya. Segala pujian kami kepada mereka, kami lemparkan lagi ke Allah, saat mereka berbuat kebaikan sedikit, kami mengucapkan rasa syukur di depan mereka. Saat anakku, menepati janjinya main game Cuma 1 jam, aku langsung berdoa, “Terima kasih ya Allah..Kau anugerahkan pada kami anak sholeh yang mau menepati janjinya..terima kasih ya Allah”… anakku terlihat senangg sekali mendengar untaian rasa syukur itu. Bahkan beberapa saat kemudian, dia berkata “ma.. tadi aku hebat ya.. bisa menepati janji”. Seperti di APS share-kan, jika berulang-ulang, maka akan terekam di kepalanya bahwa aku butuh melakukan kebaikan. Tapi biar dia ga geer, kubilang..semua itu bisa terjadi atas campur tangan Allah Nak… makanya kita selalu mengucapkan.. Alhamdulillah.. Segala puji hanya milik… (apa nak).. Allah…

Terima kasih ya Allah..Engkau masih MEMBERI KAMI KESEMPATAN MEMPERBAIKI DIRI..

YA ALLAH, IJINKANLAH HAMBA MU YG DHOIF INI...MEMPRAKTEKKAN ILMU YG SUBHANALLAH INI BERHARAP ENGKAU RIDHO TERHADAP APA YG AKU LAKUKAN...
YA ALLAH..TANPA BIMBINGAN-MU.. ujian anak ini serasa berat..
hanya DENGAN BIMBINGAN-MU YA ALLAH.. aku mampu bangkit lagi..berusaha menjadi ibu yg sdkt lebih baik semata2 berharap ridho-Mu ya Allah.
Ya Allah..begitu banyak dosa yg telah kuberbuat terhadap anakku. apakah engkau sudi mengampuni aku ya Allah?
Ya Allah... bantulah aku utk lebih serius dlm fokus mendidik anak2ku… focus tidak terpecah-pecah oleh perhatian2 yang lain.

Ya Allah…aku sadar..bahwa ujian ‘anak’ ini adalah satu dari banyak ujian yang lain…. Kuatkanlah punggungku dalam menghadapi semua ujian-Mu ya Allah.. bantulah kami untuk mencari solusi terbaik yang Engkau ridhoi..bantulah kami untuk lebih memprioritaskan sesuatu yang membuatku lebih taat kepada-Mu sebagai seorang benteng rumahtangga…memprioritaskan keluarga.
Ya Allah..tunjukanlah mana lagi kelemahan2ku..lbh baik sekarang..drpd saat ajal menjemput aku tak mampu lagi merubah diriku ini ya Allah..

Ya Allah... selama ini aku telah menyia2kan anugrah terindah dari-Mu ya Allah... ampunilah dosaku berilah aku petunjuk jalan-Mu yang lurus..yg Engkau ridhoi..dan bukan Jalan yng Engkau murkai..dan bukan pula jalan orang yg sesat..
Ya Allah…bimbinglah kami ya Allah… pandulah kami ya Allah…dengan setetes kemampuan kami ini ya Allah.. dalam mendidik anak2 kami agar menjadi penyejuk mata dan hati dan pemimpin orang-orang yang bertakwa. .tunjukilah kami jalan dalam menggapai-Nya ya Allah.. hamba-Mu ini hanya mampu berikhtiar, namun selebihnya kuserahkan hasilnya kepada-Mu ya Allah.

AMiin ya robbal alamiin..

Dari hati sanubari yang paling dalam, saya hanya bisa mengucapkan ‘jazakallahu khairon katsiiroon”…Begitu banyak hal yang menggugah saya lewat APS ini ta’ terkatakan. Sampai sekarang, jika share dengan teman2.. saya ga berhenti merinding bergetar hati saya..  Dan ternyata, pak.. praktek dari APS ini tidak hanya bisa saya terapkan kepada anak, tapi juga kepada suami, asisten (mbak di rumah), teman..dll..dan efeknya subhanallah. Mohon maaf lahir batin jika ada yang tidak berkenan.
Semoga Allah melipatgandakan kebaikan bapak kepada kami semua..
Semoga Allah selalu melimpahkan hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua..amiiiin…


Salam persaudaraan dari kami di Duri..
Wassalamualaikum wr. Wb.
Eva Y. Dewantoro



Eve' dan Mentari Pagi

Duhai Allah,
Saat mentari pagi menjelang
Yang terlukis hanyalah keindahanMu
Angin dingin semilir
Alunan suara jangkrik menderik derik
Hamparan awan mengawan terhampar di langit membiru
Desahan pepohonan melambai dengan lembutnya
Rinainya embun menetes dari rerumputan
Burung-burung lompat melompat di rerumputan riang gembira
Menambah nuansa keindahanMu ya robb..

Duhai Allah,
Ijinkan aku menyapa mentari pagi
 

Eve': Dear mentari pagi. Apa kabarkah dirimu, 

Mentari pagi : aku baik2 saja Eva. Sudah lama kita ta' bersua.  Eva, aku mau bilang sesuatu padamu. 
Aku hanya ingin kamu selalu bertafakur seperti ini..Merenungi segala apa yang terjadi dan akhirnya ujung2nya berbuah ketaatan kpd Allah swt.. Apapun bisa kamu tafakuri eva. Alam semesta hingga Dia Yang Maha Indah.. Tafakur adalah kunci untuk bisa bertahan dari segala gangguan nafsu dan setan. Tiada yang dapat mencegahnya utkmu bisa merasakan kebahagiaan jk kamu bertafakur. Yakinlah dibalik semua apa yang terjadi ada Dia yang sangat menyayangimu, Dia yang akan selalu membelaimu dengan kasih sayangNya. Tafakurilah Eva segala apa yang terjadi pada dirimu, niscaya rasa tentram dan bahagialah yang mengada.  Sedemikian cukuplah apa yg kuutarakan ini. Ada yang mau kamu tanyakan padaku Eva. 


Eve':Bagaimana jk nafsu dan setannya sedang ganas2nya mengganggu?. 

Mentari pagi : Perbanyak tafakur eva..terus dan terus dan terus never stop tafakur... Meskipun kamu harus merangkak melakukannya. Nafsu dan setan itu akan kalah dengan sendirinya. Jangan dilawan, tafakur saja Eva. 

Eve':Jadi aku tdk perlu melawan mereka? 

Mentari pagi : Tdk, yg terpenting adalah bertafakur saja. Niscaya semua akan lebih mudah dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. 

Eve':Maukah kamu mendoakanku mentari pagi agar aku termasuk hambaNya yang bertafakur sepanjang waktu..dan titipkanlah pesanku padaNya semoga aku diberiNya jalan dengan CahayaNya tuk terus bertafakur, karena sungguh kurasakan lewat tafakur semuanya menjadi indah..indah dengan keindahanNya. Dengan tafakur, sholatku, ibadahku hidupku dan persiapan matiku sungguh terasa indah..terasa nikmat.. dimana Dialah yang mengada...inilah anugrah terindah. 

Mentari pagi : Ya, aku doakanmu Eva, yakinlah Dia Maha Mendengar segala doa2mu..Dia Yang akan menguatkan azam mu tuk terus tafakur setiap saat waktu berlalu. 

Eve':Terimakasih mentari pagi, semoga Allah merahmatimu selalu. 

Mentari pagi :SemogaAllah merahmatimu selalu juga Eva. Assalamu'alaikum w w. 

Eve': Wa'alaikumsalam w w.

Cerpen : Raysha & Kisahnya...menyambut hari Ibu Kartini

Siapa sich yang ga kenal sama Raysha.  Seorang aktivis kampus di kampus Institut Teknologi ternama di Bandung. Ia terkenal sebagai sosok yang cerdas, supel, ceria super cuek rada tomboi dengan penampilan seadanya. Hobinya ngejins plus kaos oblong. Rambutnya di bob,bulu matanya lentik,  alisnya tebal menambah manis raut wajahnya yang natural itu dengan tubuh tinggi semampai. Namun, karena itulah ia mempunyai banyak secret admirer alias pengagum rahasia. Semuanya pada takut menyatakan cinta padanya, karena super cueknya itu, takut ditolak dot com, hehehe. Lagipula semua tahu ia mempunyai pengalaman traumatik karena ibunda tercinta ditinggal kawin sama sang ayahanda.  "Raysha, kamu sudah mengerjakan tugas Kalkulus 3 dari pak Martono?" Tanya Rahmat, teman seangkatannya yang ngefans sama Raysha. "Sudah, kamu udah belum?"Tanya Raysha kembali. "Belum nich, aku boleh pinjem ga tugas kamu?". "Boleh dong, sebentar ya"ujar Raysha sambil merogoh kertas tugasnya dari dalam tas ranselnya yang mulai blutuk itu.

Raysha sosok yang suka menolong, dia senang sekali berbagi. Namun satu hal, ia trauma pada lelaki, ia tidak mempunyai figur seorang ayah, bagi nya, semua lelaki itu sama, maunya menyakiti wanita. Rahmat beberapa kali pdkt (pendekatan red..) sama Raysha, tapi diabaikan begitu saja.
Sambil mencatat tugas, Rahmat mengajak Raysha bicara, "Rasyha, kamu sekarang ikutan pengajian sama ustadz Khairuddin di Masjid An Nur ya?". "Iya, kok tau sich?" "Tumben, kamu mau ikutan?"Tanya Rahmat. "Jujur, selama hidupku, aku sepertinya kelihatan ceria terus, padahal di hatiku, hampa. Ga enak sekali rasanya. Aku juga mau menghilangkan traumaku sama cowok. Bayanganku terhadap ayahku membuat aku jadi tidak mau membangun hubungan sama cowok manapun. Menurut teman-teman yang lain, pengajian disana seperti bengkel hati. Bersyukur deh, Zahra mengajak aku. subhanallah, baru sebentar aja aku sudah merasa lebih tenang, kehampaan diri berkurang". "Wah, kok kamu sekarang ngomongnya berubah sih, pake subhanallah"tanya Rahmat. "Iya nich, ga tau ya, mudah-mudahan untuk seterusnya". "Amiin, aku doakan semoga kamu semakin dapat apa yang kamu inginkan" makasih ya Rahmat. Jazakallahu khairan katsiira. Hehehe, baru dapat ucapan alternatif pengganti terima kasih. Artinya semoga Allah membalas kebaikanmu dengan kebaikan yang lebih banyak lagi, kira-kira gitu makna harfiahnya, maklum murid baru, qiqiqi, jadi malu"sambil menutupi wajahnya yang memerah, takut sotoy bener.

Tiba-tiba Zahra datang menghampiri Raysha dan Rahmat. Zahra adalah salah satu aktivis dakwah di kampus, ia sahabat Raysha. Jilbab yang digunakannya syar'i dan modis, menyenangkan deh saat melihat penampilan cewek cantik satu ini. Setelah 3 tahun kuliah, barulah Zahra dapat mengajak Raysha ke tempat pengajian ustadz Khairuddin.  "Assalamualaikum sista..bagaimana kabarmu hari ini?"." Alhamdulillah bertambah tenang hidupku Zahra. Semoga perlahan tapi pasti, trauma hidupku kepada sosok pria terkikis habis." "Kamu inget ga apa kata ustadz Khairuddin" Iya, aku masih ingat. Ar Ra'd:11, Allah ga akan mengubah suatu kaum, jika kaum itu tidak mau berubah." "Jadi hidayah memang ga ada yang gratisan, sista. Kita kudu berjuang. Kamu kan biasa jadi aktivis kampus, suka berjuang, sekarang saatnya kamu berjuang untuk dirimu sendiri. Allahuakbar".pekik Zahra.
"Kayaknya aku dicuekin deh sama 2 cewek cantik ini" kata Rahmat. "HIhihi, sorry, udah mulai diskusi sama Zahra, jadi lupa deh. Maaf ya". Ikut aja Rahmat, setiap hari Jum"at, ba'da Ashar sampai maghrib." Okay, nanti aku mau ikut yang minggu depan.

Raysha bersyukur bisa bersahabat dengan Zahra. Walau beda fakultas, mereka terus menjalin persahabatan, jalan bareng, makan bareng. Zahra tidak memilih teman, walau ia sudah berjilbab, ia tetap menyayangi Raysha apa adanya, sambil terus menyampaikan pesan dakwah secara perlahan kepada sahabatnya itu.

Hari jumat telah tiba. Raysha sudah tak sabar mendengarkan kajian dari ustadz Khairuddin. Beliau dapat menyampaikan tausiyah dengan istilah yang menyenangkan, sehingga buat orang awam atau baru belajar, tidak merasa takut belajar agama Islam. Kadang beliau bisa seperti motivator pelatihan emosional spiritual quotien gitu deh. Setelah membuka dengan doa pembuka majelis, beliau memulai tausiyahnya. "Kajian kita kali ini, adalah tentang ridho orangtua, ridho Allah." Selama pemaparannya, beliau menyebutkan surat Al-Isra' ayat 23-24, ALLAH berfirman: "Dan Robb-mu telah memerintahkan kepada manusia, janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak kedua-nya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, 'Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil'. Ya, apapun, bagaimanapun orangtua kita, tetaplah ia adalah orangtua kita yang harus kita hormati dan kita sayangi.
Beliau juga menyampaikan bahwa Ridho ALLAH tergantung kepada ridho orang tua, sesuai sabda Rosululloh: "Ridho ALLAH tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka ALLAH tergantung kepada kemurkaan orang tua" (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim).

"Pejamkan mata kita. Marilah kita rasakan orangtua kita, bayangkan wajahnya yang mulai renta, rasakan dari hatimu yang paling dalam. Bermunajatlah pada Allah." Raysha merenung selama mendengarkan tausiyah dari ustadz Khairuddin, ia merasa seperti ada gunung salju yang mencair di hatinya. Raysha sudah beberapa kali ikut pengajian ustadz Khairuddin, baginya saat bermunajat, adalah saat curhat lepas kepada Allah.  Dalam hati, ia menangis, "Ya Allah, apa yang sudah kulakukan terhadap orangtuaku. Aku begitu bencinya kepada ayahandaku sendiri bertahun-tahun. Astaghfirullahal adziim..ampuni dosaku Allah. Yang telah membenci ayahku sendiri. Ya Allah, aku tahu, ayahku sudah menyakiti ibuku sedemikian rupa. Ampunilah dosa ayahku kepada ibuku Allah. Lembutkan hati beliau agar bisa memohon maaf kepada ibuku tercinta. Ampunilah dosaku kepada ibuku ya Allah. Karena tidak mengindahkan nasihat beliau agar memaafkan ayahku. Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku. Sayangi mereka ya Allah, sebagaimana mereka menyayangiku seumur hidupku." Zahra merasakan sahabatnya, Raysha. Dieluslah punggung sahabatnya, buliran airmata tak terbendung, semoga itu adalah pertanda kebencian kepada ayahnya telah sirna, subhanallah, "Kun fa yakun"..Jadi, maka jadilah".

Dengan mata yang masih sembab, Raysha pulang ke rumah diantar Toyota Yarisnya Zahra. "Jazakillahi khairan katsiira sista..makasih ya udah mau antar jemput aku..tak terkatakan deh"ucap Raysha. "Sama-sama sista, semoga masalahmu dgn ayahanda tercinta ada solusinya. Amiin. Salam sayang buat ibumu ya" Raysha berlari memasuki rumah sambil memanggil ibunya, "ibu, ibu, ibu dimana". "Ibu disini nak, sedang menyelesaikan pesanan jahitan keluarga bu Broto, besok mau diambil". Sambil sungkem kepada ibunya Raysha berkata, "Ibu, aku mohon maaf atas segala kesalahanku. Aku tidak menjalankan nasehat ibu agar memaafkan ayah. Sungguh, sekarang aku sudah memaafkannya bu." "Alhamdulillah ya Allah. Pas kebetulan sebentar lagi ayahmu mau datang ke rumah kita. Beliau mau meminta maaf kepada kita. Istri kedua ayahmu meninggalkannya pergi dengan laki-laki lain." Raysha, tak bisa membayangkan apa yang harus ia ucapkan kepada ayahnya yang sudah bertahun-tahun meninggalkannya dengan ibunya sendiri. "Oh iya bu, tadi ada salam sayang buat ibu dari Zahra". "Subhanallah, wa'alaikumsalam. Kamu harus bersyukur Raysha, mempunyai sahabat sebaik Zahra". "Iya bu, subhanallah, Zahra lah sahabat terbaikku".

Tak lama berselang, ayahanda Raysha, Pak Cokrodatang, "Assalamualaikum" dengan suara parau beliau datang dan sudah ada di depan pintu.
"Ayah?"
" Bu, ayah datang bu", Raysha dengan sumringahnya mendatangi ayahnya, dan mencium tangannya.
"Mas Cokro, akhirnya mas datang.", ibunda Raysha menyambutnya dengan senyum." Silakan duduk, mas".
"Terimakasih."
Raysha mau ke dapur dulu ya yah untuk membuatkan minum,"
 "Nanti saja anakku. Aku mau bicara kepada kalian."
Dengan suara parau karena perasaan menyesal yang mendalam beliau berkata, "Sungguh aku datang kesini untuk meminta maaf kepada kalian. Ayah sudah melakukan begitu banyak kesalahan. Maukah kalian memaafkan ayah?"

"Klo ibu sudah memaafkan ayah dari dulu"
Raysha tiba-tiba mendekat pada ayahnya, dan langsung "sungkem kepada ayahnya, "Maafkan aku ayah. Karena bertahun-tahun kumembenci ayah. Hingga tadi, aku mulai sadar, bagaimanapun ayah adalah ayahku, aku mohon maaf tidak menerima ayah apa adanya. Aku sayang sama ayah".
Bergetarlah hati pak Cokro, sambil menangis beliau berucap"Tidak anakku, kamu tidak salah. Ayahmulah yang salah."
"Ajeng, mas juga mau meminta maaf padamu. Maukah Ajeng memaafkan mas. Mas sungguh menyesal telah menikahinya. Ia telah berselingkuh dengan pria lain, mas ditinggalkannya. Sekarang mas tidak punya siapa-siapa lagi selain kalian. Ajeng, maukah kau menerima mas lagi sebagai suamimu?"  Pak Cokro mengiba kepada bu Ajeng.
"Iya mas. Walau sudah bertahun-tahun mas tinggalkan, aku masih  mencintai mas. Akupun bersyukur sekarang Raysha sudah memaafkan mas."
"Alhamdulillah ya Allah. Betapa besar anugerahMu padaku yang berlumuran dosa ini, Pak Cokro sujud syukur di lantai dengan berderai air mata kebahagiaan.

Subhanallah, betapa DIA kadang mentakdirkan sesuatu yang surprise, permasalahan bertahun-tahun, bisa "kun fa yakun, terselesaikan, dalam satu hari".

Babak baru telah dimulai. Raysha telah lengkap kembali orangtuanya, sekarang saatnya ia ingin berhijrah menggunakan jilbab, sebagai tanda syukurnya kepada Allah. Ia terinspirasi Zahra yang memakai jilbab tanpa mengurangi kebaikan-kebaikan yang telah ia lakukan. Raysha berharap ia bisa berjilbab bahkan lebih bersemangat menebar kebaikan untuk orang-orang di sekelilingnya.
Sebagaimana ia telah mempelajari dengan ustadz Khairuddin tentang ayat Al Quran tentang ayat perintahNya untuk berjilbab, "QS. Al-Ahzab: 59, “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” Sepulang dari pengajian ustadz Khairuddin, Raysha bercakap-cakap dengan Zahra.
"Zahra, rasanya sudah saatnya aku berjilbab" Raysha membuka pembicaraan.
"Wah, subhanallah, alhamdulillah, laailaha ilallah, Allahuakbar", seru Zahra.
"Aku sudah melakukan perenungan demi perenungan Zahra. Sesungguhnya jilbab itu adalah bukan sekedar kewajiban tapi juga wujud kasih sayang Allah, sebagai tanda penghormatan kepada kaum hawa. Aku butuh berjilbab Zahra, mulai esok akan kututup auratku semata-mata berharap keridhoanNya. Semoga dengan kukenakan jilbab esok, bertambah pula ketenangan batinku karena kuyakini Dia terasa lebih dekat. Allahuakbar".
"Baiklah, sekarang giliran aku yang akan membantu memilihkan jilbab yang syar'i, dan sesuai dengan kepribadianmu, okey".
"Thank you my best friend. I really appriciate that".

Usianya sekarang 22 tahun. Ia sudah lulus sekarang. Dan sambil mencari pekerjaan, Ia minta dicarikan jodoh kepada Zahra.. yg mrpkn aktivis dakwah..dimulailah kehidupan cinta Raysha..ta'aruf bknlah hal mudah. Semua ada prosesnya. Munajat demi munajat ia lakukan, sholat demi sholat ia lakukan, untuk menemukan takdir cintanya. Kenalan lwt email, dgn di cc kepada Zahra. Sampai akhirnya ia menemukan sosok yg dicarinya. Sosok sederhana dan bersahaja. Disaat ta'aruf ia merasakan desiran2 aneh..kenyamanan bersamanya. Raysha mentafakuri surat Ar Rum:21,"...Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." Ya, keywordnya tentram. Sosok itu bernama Ridho.
Tibalah saatnya Ridho mendatangi rumah Raysha untuk berkenalan dengan keluarganya. Zahra pun turut serta menemani Raysha. Ramah tamah dimulai. Sosok sederhana dan bersahaja itu mudah diterima oleh keluarganya, alhamdulillah.
"Ridho, bapak jujur bukanlah suami yang baik tapi sekarang tiada istilah terlambat bapak ingin berupaya menjadi yang terbaik. Menurutmu pernikahan itu apa, nanda?"
"Baiklah pak, Ridho akan berusaha menjawabnya. Pernikahan adalah bertemunya dua insan manusia yang saling mencintai karenaNya dalam ikatan suci yang diliputi oleh taliNya yang sangat kokoh dan tidak mudah putus. Dalam pernikahan, jika lillahi ta'ala perbedaan karakter bukanlah masalah, namun adanya keanekaragaman warna-warni kehidupan yang akan memperindah
kehidupan rumah tangga itu sendiri."
"Subhanallah, lalu apakah kamu sudah yakin bahwa Raysha adalah jodoh kamu"
"Insya Allah bapak. Walaupun kami baru beberapa kali bertemu dalam proses taaruf ditemani Zahra, Kedatangan saya kesini menandakan keyakinan saya setelah melalui proses dan pertimbangan yang matang."
"Raysha, bagaimana dengan kamu?"
"Insya Allah Raysha sudah mantap dengan pilihan Raysha yaitu mas Ridho".
"Ridho, apakah kamu siap menjadi imam atau nahkoda rumah tangga tuk berlayar mengarungi samudraNya Yang Maha Luas tak Bertepi?"
"Saya siap bapak, lahir batin untuk menjadi imam nahkoda rumah tangga buat Raysha."

Subhanallah, proses perkenalan dengan keluarga Raysha berjalan dengan lancar. Dan seterusnya proses lamaran dilaksanakan. Disaat yg sama, ia diterima bekerja di perusahaan bonafid yg dia harapkan, namun disisi lain ia harus mengikuti suaminya bertugas ke pulau terpencil.  Raysha memutuskan mengikuti suaminya. Ia mentafakuri surat ibu Kartini "ibu adalah sekolah pertama" untuk anak2nya. Ia tinggalkan jenjang karirnya, ia melangkah ke depan tuk mengabdi bersama suaminya tercinta.

Begitu besar peran seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya, maka tidak dapat dipungkiri bahwa ibu adalah sekolah yang pertama. Seorang RA Kartini pun mengakui hal itu, yang diutarakan lewat sebuah surat kepada Prof. Anton dan istrinya : “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]."

Kisah Ibu Kartini menginspirasi Raysha untuk fokus mengabdi kepada suaminya tercinta. Pendidikan boleh tinggi namun prioritas hidup tetaplah pengabdiannya kepada suami tercinta, "ridho suami ridho Allah". Hatinya ridho, tentram damai walau harus di pulau terpencil hidup bersama suaminya, mas Ridho, subhanallah. Jika saatnya kelak ditakdirkanNya mempunyai seorang anak, ia siap menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hambaMu yang ikhlas mengabdi kepada suami kami semata-mata berharap ridhoMu, berharap MahabbahMu, amiin ya robbal alamiin.
Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "