Menebar Cinta Rasulullah - Kisah Rasulullah di Ta'if


Dua kali dalam tahun yang sama Rasulullah saw memperoleh hantaman duka cita yang amat besar. Mula-mula Abi Thalib, yaitu pamannya yang melindunginya dari kebengisan kaum Quraisy, meninggal dunia dalam keadaan masih musyrik. Lalu Siti Khadijah, yaitu istrinya yang selalu memberikan dukungan moril dan  materil yang amat besar. Tidaklah terperkirakan rasa duka cita yang menusuk kalbunya! Dalam keadaan demikian itu, perlakuan kaum Quraisy terhadapnya semakin mengila. Pernah suatu waktu mereka menyiramkan tanah ke atas kepalanya, namun Rasulullah tetap tabah. Akhirnya karena perlakuan kaum Quraisy semakin brutal, Muhammad saw pergi ke Ta'if dengan harapan semoga masyarakat disana mau mendukungnya. Namun ternyata orang-orang di Ta'if memperlakukannya seperti kepada bukan manusia saja layaknya. Ia diteriaki, dicaci maki, diludahi serta dilempari batu dan besi sehingga beberapa bagian tubuhnya tidak hanya memar, tetapi terluka dan mencucurkan darah.

Secepatnya Nabi pergi dari sana, berlindung di sebuah kebun anggur anak-anak Rabia, yaitu Utba dan Syaiba. Disana ia berdoa dengan khusuk :

Allahumma ya Allah,
Kepada Engkau jua aku mengadukan kelemahanku,
kurangnya kemampuanku serta kehinaan diriku di depan manusia,

O, Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang
Engkaulah yang melindungi si lemah.
Dan Engkaulah pelindungku.

Kepada siapa hendaknya Kau serahkan diriku?
Kepada orang yang jauhkah yang berwajah muram kepadaku?
Ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?

Asalkan Engkau tidak murka kepadaku,
aku tidak peduli.
Sebab sungguh luas kenikmatan yang Kau limpahkan kepadaku.
Aku berlindung kepada Nur wajah Engkau yang menyinari kegelapan (dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat) dari kemurkaan Engkau yang akan Kau tumpahkan kepadaku.

Engkaulah yang berhak menegur dengan berkenan kepada Engkau.
Dan tiada kuasa serta kekuatan selain dengan Engkau juga.

[Meskipun dalam kondisi yang amat nelangsa, Muhammad saw. dalam doanya tidak mendendam kepada orang-orang yang menyakitinya!]
Disalin dari buku "Bahan Renungan Kalbu" - Ir Permadi Alibasyah

Kenapa ku tulis komentar setiap hari di @sikapmerdeka


Alhamdulillah ya Allah berkat BB kubisa menuliskan kisah ini sambil belajar mengkaji tuk bekalku pulang.
Sampaikanlah shalawat beriring salam kepada nabi Muhammad saw..sosok pejuang, pembawa panji kebenaran yg membawa kami dari kegelapan menuju cahayaNya

Tak terasa sudah belasan kali kumenuliskan komentar mengenai SIKAP MERDEKA di koran RAKYAT MERDEKA, koran Political News Leader, yang dengan lugas, kritis dan terbuka berani mengungkapkan fakta yang ada. Aku mengikutinya lewat jejaring twitter @sikapmerdeka.

Bagiku, Sikap Merdeka adalah bentuk ekspresi kemerdekaan mengungkapkan suara hati rakyat, yang merupakan salah satu hak azazi manusia. So, freedom of speak n expression.

Namun buatku, aku juga harus mempunyai rambu yaitu norma dalam kehidupan, sebagaimana baginda Rasulullah dalam menyampaikan pendapat juga mempunyai norma seperti tidak menyakiti lawan bicara, tidak suukdzon, jika menyindir tidak to the point, dll.

Untuk mendapatkan serangkaian kalimat yang pas, bukanlah mudah. Aku membaca koran Rakyat Merdeka dulu, dan jika perlu koran2 lain untuk perbandingan. kemudian kulakukan studi literatur kecil via internet, biar ga asal nulis, karena kutau apa yang utarakan ini akan dipertanggung jawabkan di hadapanNya. Kumohon ampun padaMu Allah, jika masih ada setitik kesalahan dan kehilafan yang kulakukan, sudikan Engkau memaafkanku, ya Robb.

Mengapa aku ingin ada di jalan ini, karena sebagaimana Rasulullah bersabda, "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat" (HR. Bukhari). Si debu ini, ingin ada setitik andil sebagai tanda cintaku kepada ibu pertiwi, semata2 karenaNya. Rasulullah menyayangi orang miskin, kuharapkan apa yang kusampaikan disana, sebagai cara si debu ini tuk membela rakyat miskin. Aku memohon ampun padaMu ya Robb, jika ada secuil kesalahan / kekhilafan yang membuatku malah tidak membela rakyat miskin. Akupun berharap, dengan secuil komentarku ini dapat mendukung siapapun yang harus didukung, disemangati, disupport, agar bisa terus berjuang menjalankan tugasnya dengan semangat juang yang tinggi dengan panji kebenaran dan keadilan.

Dalam jalan ini pula, aku si debu ini, dengan secuil komentar disana, bisa melakukan sesuatu terhadap yang namanya kemungkaran (ketidakbenaran dan ketidak adilan). Sebagaimana baginda Rasulullah bersabda, "Jika kamu melihat suatu kemungkaran, cegahlah dengan tanganmu, Jika kamu tak sanggup, cegahlah dengan lisanmu (mulutmu) dan jika kamu tak sanggup, cegahlah dengan hatimu. Dan itulah selemah – lemah Iman”. [HR Muslim]. Bagi sebuah harian besar seperti Rakyat Merdeka, kuyakini apa yang dituliskan sebelumnya oleh Rakyat Merdeka sudah diteliti, diklarifikasi dan dikaji, baru diterbitkan. Tugas kami, memberi komentar sesuai dengan hati nurani masing-masing. Semoga Tuhan, menyertai kami tuk terus berjuang di jalan ini.

Bagiku, ini adalah salah satu perjuangan, walau mungil kecil, aku ingin jadi lilin kecil mungil yang rela membakar dirinya demi penerangan. Bukanlah tak ada resiko menuliskannya, tapi laahawla walaa quwwata illa billah. Allahuakbar, Dia Maha Besar, aku hanya takut padaNya.
Ada satu hal yang penting buatku, Rasulullah selalu berkasih sayang kepada sesama, walaupun kepada orang kafir sekalipun. Meskipun kadang komentarku kecil-kecil cabe rawit, aku tidak membenci mereka (subjeknya), tapi perilaku mereka yang tidak kusukai. Sehingga bisa tetap berkasih sayang kepada mereka di dalam hatiku yang paling dalam. Allah, ingatkanlah aku, tuk mendoakan mereka agar kembali kepada kebenaran. Akupun juga hambaMu yang dhoif ini, pun tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, ampunilah si lilin kecil yang berdebu ini.. laahawla walaa quwwata illa billah..

Demikianlah belajar mengkajiku, semoga Allah meridhoi jalan ini, entah sampai kapan, wallahualam bissawab.

Subhanakallahumma Wabihamdika
Asyhadu alla ilaaha illa anta
Astaghfiruka wa'atubu illaik

Menebar Cinta Rasulullah - Kisah Rasulullah Mengasihi Anak Yatim


Kisah ini terjadi di Madinah pada suatu pagi di hari raya Idul Fitri. Rasulullah saw seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan para muslimin dan muslimah, mukminin dan mukminah agar merasa bahagia di hari raya itu.
Alhamdulillah, semua terlihat merasa gembira dan bahagia, terutama anak-anak. Mereka bermain sambil berlari-lari kesana kemari dengan mengenakan pakaian hari rayanya. Namun tiba-tiba Rasulullah saw melihat di sebuah sudut ada seorang gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang.
Rasulullah saw lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu.
Rasulullah saw kemudian meletakkan tangannya yang putih sewangi bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut : “Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?”

Gadis kecil itu terkejut. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita : “Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berjuang bersama Rasulullah saw. Dan kemudian ia meninggal dalam perjuangannya. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?”
Setelah Rasulullah saw mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang ia membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata: “Anakku, hapuslah air matamu… Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku Rasulullah menjadi ayahmu? …. Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu…. dan Hasan dan Husein menjadi adik-adikmu dan Aisyah menjadi ibumu ?. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”
Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya.
Masya Allah! Benar, ia adalah Rasulullah saw, orang tempat ia baru saja mencurahkan kesedihannya dan menumpahkan segala gundah di hatinya. Gadis yatim kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah saw, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah katapun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya. Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah saw menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan, karena ia diperbolehkan menggenggam tangan Rasulullah saw yang lembut seperti sutra itu.
Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan dan rambutnya disisir. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Gadis kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan, juga uang saku untuk hari raya. Lalu ia diantar keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya. Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun yang indah dan wajah yang berseri-seri itu. Mereka merasa keheranan, lalu bertanya :
“Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat gembira?”
Sambil menunjukkan gaun baru dan uang sakunya gadis kecil itu menjawab :
“Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang ibu, namanya Aisyah, yang hatinya begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatima Az`Zahra. Ia menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sangat bahagia dan bangga memiliki adik adikku yang menyenangkan bernama Hasan dan Husein. , dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta isinya.”
Rasulullah saw bersabda : ”Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghiasinya pada hari Kiamat. Allah SWT mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barangsiapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga.”

Dalam kesempatan lain,Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah bersabda :”Dan barangsiapa yang membelaikan tangannya pada kepala anak yatim di hari Assyura, maka Allah Ta’ala mengangkat derajat orang tersebut untuk untuk satu helai rambut satu derajat. Dan barangsiapa memberikan (makan dan minum) untuk berbuka bagi orang mukmin pada malam Asyuro, maka orang tersebut seperti memberikan makanan kepada seluruh umat Muhammad SAW dalam keadaan kenyang semuanya.”— Al Hadis.


*Diambil dari buku ‘Sayang Anak Yatim’, penulis Vani Diana P. (4.bp.blogspot.com)
http://ronamentari.blogspot.com/2011/11/kisah-rasulullah-mengasihi-anak-yatim.html
Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "