Setiap manusia pasti akan mengalami musibah. Tidak
ada manusia yang bebas dari musibah. Oleh karena itu, maka kita perlu
pengetahuan yang baik mengenai konsep musibah; karena dengan pengetahuan yang
baik (islami) akan sangat membantu dalam menghadapi musibah yang
menimpa.
Musibah menurut Al-Quran dan Hadits mempunyai
paling sedikit 3 dimensi. Pertama, sebagai hukuman Allah atas
pembangkangan yang dilakukan manusia pada aturan yang telah ditetapkan-Nya
(hukum sebab-akibat). Kedua, sebagai penghapusan dosa sehingga
dengan demikian di akhirat nanti ada dosa yang tidak diperhitungkan lagi karena
hukumannya sudah ditunaikan Allah di dunia (sebagai penebus dosa). Ketiga,
sebagai ujian untuk kenaikan derajat di mata Allah (sebagaimana yang dialami
oleh Rasulullah).
Dalil-dalil mengenai hal tersebut diatas, dapat
dipelajari dari Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah saw sebagai berikut :
..musibah apa
saja yang menimpa kamu adalah disebabkan perbuatanmu sendiri. [As-Syuura (42):30]
...bahwa sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpa musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa
mereka... [Al-Maidah
(5):49]
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah
dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu
sendiri...[An-Niisaa’(4):79]
...dan
sekali-kali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba-Nya [Fush-Shilat(41):46]
Demikian itu
disebabkan karena perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak menganiaya hamba-Nya. [Al-Anfaal(8):51]
“Sesungguhnya Allah
swt tidaklah menetapkan suatu keputusan, kecuali akan berakibat baik
kepadanya.” [HR Ibnu Hibban dari Anas]
“Demi kejayaan dan keagungan-Ku, tidak
akan Aku mematikan hamba-Ku yang Aku kehendaki kebaikan baginya, sehingga Aku
menghapuskan dosa-dosa yang pernah ia lakukan melalui rasa sakit di badannya,
kerugian pada hartanya dan kematian anaknya. Maka apabila masih terdapat dosa
padanya maka Aku perberat baginya saat sakratul maut, sehingga dia menemui Aku
seperti saat ia dilahirkan dari rahim ibunya (tidak mengemban suatu dosapun).
Dan demi kejayaan dan keagungan-Ku, tidak akan Aku mematikan hamba-Ku yang aku
tetapkan keburukan atasnya, sehingga Aku menghapuskan perbuatan-perbuatan
baiknya melalui kesehatan tubuhnya (tidak pernah sakit), bertambahnya hartanya
dan bertambah anaknya; maka sekiranya masih ada kebaikan padanya, Aku ringankan
baginya sakratul maut sehingga dia menghadap pada-Ku dalam keadaan tidak
memiliki kebaikan apapun.” [Hadits Qudsi]
“Apabila
Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka didahulukan baginya hukuman di
dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya) dan apabila Dia
menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya
(membiarkannya) dengan dosa-dosanya sehingga (dosa-dosa tersebut) dibalas pada
hari kiamat.” [HR Turmudzi]
Rasulullah
bersabda : “Umatku adalah umat yang dirahmati, mereka tidak akan diadzab di
akhirat. Sesungguhnya adzabnya diberikan di dunia, yaitu berupa fitnah (ujian
dalam kehidupan dunia), zalalil (guncangan jiwa yang sangat) dan mati terbunuh
dalam jihad fisabilillah. [HR Abu Dawud,
Thabrani, Al-Hakim & Baihaqi]
“Rasulullah
bersabda : “Sesungguhnya orang-orang saleh akan diperberat (musibah) atas
mereka. Dan tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri
atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapuskannya dosa-dosa dan akan
ditingkatkan derajatnya.” (HR Ahmad Ibnu
Hibban, Al-Hakim & Baihaqi)
“Manusia
yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang saleh yang
meneladaninya. Seorang akan diuji menurut kekuatan imannyta; apabila imannya
kurang kuat maka dia diuji menurut kadar kekuatannya; dia akan diuji terus,
sehingga ia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih (tidak berdosa).” [HR Ahmad, Bukhari, Turmudzi, dan Ibnu Majah]
Pada hakikatnya, semua
ketentuan yang ditetapkan Allah kepada kita, termasuk musibah, tidak ada yang
buruk. Masalahnya adalah mampu atau tidak kita memanfaatkannya. Orang yang
mampu memanfaatkan ketentuan yang ditetapkan Allah baginya, akan beruntung;
sedangkan sebaliknya, akan merugi. Hal ini dapat diibaratkan dengan permisalan
berikut: “Apalah artinya pena emas bagi orang yang tidak bisa menulis; atau
apalah gunanya buku bermutu diberikan pada orang yang tidak bisa membaca. Pena
emas dan buku bermutu itu, niscaya baginya hanya merupakan beban saja, karena ia harus menyimpan dan merawatnya.”
Seorang ahli hikmah
berkata, “Ketika Allah memberiku
nikmat, maka yang terasa olehmu kebaikan-kebaikan-Nya. Dan ketika Allah
memberimu musibah, sebenarnya ia ingin memberimu hikmah.” Menurutnya,
demikianlah cara Allah mencurahkan kasih-sayangnya kepada manusia, yaitu
makhluk yang diciptakan-Nya paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk
ciptaan-Nya yang lain.
Albert Einstein,
seorang ilmuwan jenius terkemuka, setelah bergelut dengan penelitian-penelitian
ilmiah tentang alam raya ini menyampaikan kesimpulannya, “...Tuhan menetapkan, tapi Dia tidak kejam!” Betapa tidak.
Coba simak hasil penelitian para ahli berikut ini :
§ Tuhan menjadikan air
laut itu asin, karena bila tidak demikian maka seluruh air laut tersebut yang
besarnya 2/3 bagian bumi ini akan berbau dan jelas akan mengganggu kehidupan
manusia. Disamping itu air asin ini telah diselidiki ternyata menyerap gas
racun yang menebar di udara. Sementara air hujan dan air sungai dijadikan
tawar, sebab jika tidak demikian maka tanam-tanaman dan makhluk yang hidup akan
mati.
§
Perut bumi merupakan tempat
gravitasi yang dapat menarik apa saja yang berada di atasnya. Bila tidak
niscaya manusia diatasnya setiap saat akan terpontang-panting karena bumi
disamping ia berputar pada berporosnya, juga ia berputar mengelilingi matahari
dengan kecepatan tidak kurang dari 20.000km/jam!
§
Jarak matahari dengan bumi
kurang lebih 150 juta km. Seandainya jarak itu dikurangi sedikit saja, maka
segenap susunan tata surga ini akan terbakar. Dan seandainya jarak itu
dijauhkan sedikit saja maka makhluk yang ada di atas bumi akan mati kedinginan
karena kekurangan sinar matahari.
§
Segumpal awan hitam yang
kira-kira mengandung 3000 ton air tidak diturunkan Tuhan dalam bentuk air yang
tercurah, melainkan diturunkan berupa butiran-butiran. Selain itu Tuhan telah
mengatur pula agar perut bumi mampu menampung dan menyimpan air tersebut
sehingga tidak terjadi banjir bandang.
§
Binatang buas yang membahayakan
diciptakan Tuhan dengan populasi yang kecil atau berjumlah besar tetapi berusia
pendek. Misalnya kehidupan kuman dan bakteri yang dalam waktu singkat
populasinya dapat meningkat tajam karena sekali bertelur menghasilkan jutaan
keturunan; tetapi mereka hanya diberi umur beberapa jam saja. Sebaliknya
binatang yang membahayakan seperti harimau misalnya, beberapa tahun hanya
melahirkan satu anak saja sehingga jumlah hewan yang membahayakan ini
populasinya kecil sekali.
Dari uraian diatas,
maka mestinya kita paham bahwa tidak mungkin sang Maha Pencipta Yang Maha
Pengasih dan Penyayang akan ‘merusak’ hasil ciptaan-Nya yang paling sempurna,
yaitu manusia (yang bila ditinjau dari segi anatomisnya memiliki 25 milyar sel
dengan bentuk dan kemampuan serta tugas yagn berbeda antara satu sel dengan sel
lainnya). Adapun yang dianggap buruk oleh manusia, sebenarnya bersifat nisbi
(tidak mutlak). Ia bukanlah problem nalar, melainkan problem rasa (yaitu
sebagai akibat dari keinginannya untuk mendapatkan yang terbaik dengan
melupakan kepentingan orang lain). Misalnya saja, penjahat yang dipenjarakan
adalah buruk dalam pandangan si penjahat, tetapi baik dalam pandangan
masyarakat. Hujan baik bagi petani, tetapi tidak bagi orang yang sedang
berpesta. Cobalah kita membiasakan diri menyelam ke bawah permukaan. Peristiwa
dipenjaranya seorang penjahat, niscaya akan nampak sebagai peluang yang
diberikan Allah pada penjahat itu untuk introspeksi dan bertobat agar ia
terhindar dari neraka.
Dengan demikian, dapatlah kiranya dimengerti bahwa
sebaik-baik sikap dalam menghadapi musibah memang tidak ada cara lain selain
dari istighfar dan berserah diri ‘innalillahi wainnaillaihi rojiun’. Jangan
dilupakan janji-janji Allah berikut ini :
..Dan sekali-kali
tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba-Nya [Fush-Shilat(41):46]
Sesungguhnya Allah
tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah [An-Nisaa’(4):49]
Sesungguhnya Allah
tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang
berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. [Yunus(10):44]
Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui. [Al Baqarah(2):216]
Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan [Alam-Nasrah(94):5-6]
Seorang ahli hikmah berkata : “Allah menginginkan seluruh manusia masuk
surga. Ia memberi
musibah, karena kalau musibah itu tidak diberikan maka manusia tidak akan mampu
mengambil pelajaran.”T
“Musibah adalah cara
Allah menyatakan cinta-Nya kepada manusia.”
Referensi:
Ir. Permadi Alibasyah, “Bahan Renungan
Kalbu - Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa”, Edisi ke-3, Cahaya
Makrifat Bandung, Hal. 91-95,
1997.