Kisah hamster kami Coco, Cici n Lili




Alhamdulillah jari jemari ini masih bisa menuliskan kisah hamsterku Coco dan Lili.
Sampaikanlah shalawat dan salam kepada junjunganku nabi Muhammad saw.

Coco dan Cici,itulah nama hamster yang pertama kami pelihara. Sayangnya browser di BBku lagi bermasalah jadi ga bisa upload picture. Hamster kami yang lucu sekali. Mereka memanggilku mama. Aku suka tertawa dibuatnya. Mereka adalah teman kami. Anak-anakku senang sekali jika kutirukan suara mereka, mereka tertawa tiwi gembira sambil memberikan pesan moral untuk anak-anakku tercinta. Sering kuajak ngobrol apalagi jika anak-anak sekolah. Subhanallah, penghibur hati yang sepi. Sungguh menyenangkan bergaul bersama mereka.

Makasih buat ayukku, yang sudah memberi ide untuk memelihara hamster.Coco dipasangkan dengan Cici, belinya sepasang. Tapi sayang tiba-tiba Coco jadi galak sama Cici. Cici digigit berkali-kali, sampai infeksi. Anak-anakku panik berteriak melihat Coco menggigit Cici bertubi-tubi. Innalillahi wainna ilaihi rojiun, Allah sudah memanggilmu pulang Ci, kuikhlaskan kepergianmu.Untung anak-anak lagi pergi, jadi ga pada sedih.

Ayukku ga tega karena Coco jadi sendirian, nanti kesepian katanya. Kutanya sama Coco, "Co, kamu ga pa pa hidup sendirian?". "Ga pa pa ma, Coco baik-baik aja. Malah mama jadi ga repot. Nanti kalo dikasih pasangan lagi, Coco jadi nggigit lagi", kata Coco. Well, "ok Co. Mungkin inilah yang terbaik. Kamu jadi anak tunggal dech, hehehe, anak kesayangan mama".

Beberapa waktu berselang, tiba-tiba ayukku menelpon, "Ev, hamster loe cewek atau cowok". "Cowok yuk", kataku. "Gue udah beliin hamster cewek ya, biar dia ga kesepian. Sekarang langsung ke rumah,"seru ayukku. "Ok deh, terserah ayuk aja", kujawab lagi. Ping, aku lupa bahwa Coco udah pesen ga mau punya pasangan, ntar digigit lagi. Tapi ya sutra lah, kuappriciate niatan baik kakakku.

Bener aja, saat datang, kakakku tersayang langsung menyerahkan padaku, hamster perempuan yang masih kecil, mau dipasangkan sama Coco yang udah ndut, waduh, pie tooh. Kuamati ia, kutegur sapa "mau ga kunamakan Lili". "Mau ma", kata Lili. Alhamdulillah. Dengan rada was-was..deredeg.."Ya Allah, disayang dong Co, please" dalam hati kuberdoa. Coco mendekati Lili dengan perlahan, diendus-endusnya, ehh langsung mau diituin. Awalnya Lili diem aja, lama-lama apa karena masih imut ya jadi malah jadi panik, berantem lagi dech. Lili kecil-kecil gitu bisa bertahan, Coco gede ya ga ballance dech. Hiks, akhirnya Coco nggigit lagi dech di deket mulut Lili dan di deket itunya Lili. Aku rada kecewa karena ternyata ga jodoh. Kukeluarkan Lili dari kandang, abis itu Lili bilang "mama, Coco gede banget. Dia mau gituin aku. Aku takut"."Hehehe..Lucu juga ya hamster bisa ngomong gitu" dalam hatiku. "Jadi, kamu ngga digabung lagi?"tanyaku. "Ngga mau, Kalo mama mau liat aku mati sich terserah. Aku takut nanti digigit lagi", kata Lili. Ahh, gagal deh nyariin pasangan buat Coco. Mana belum punya kandang yang lain, ya sudah kuambil toples terbuka, kasih makanan.

Besoknya kubeliin dech kandang buat si imut Lili. "Makasih ya mama" kata Lili. Sekarang udah 2 minggu mulai gedean. Kucoba ta'aruf in lagi sama Coco, ehh berantem lagi. Ya udah dech, memang belum jodoh, ojo dipokso-pokso.

Allah, aku udah sayang deh sama hamster kami yang lutu-lutu itu. Tapi mereka adalah titipanMu, amanah dariMu. Ampuni aku jika aku khilaf kurang amanah merawat mereka. Terimakasih ya Allah, anak-anakku jadi belajar berkasih sayang kepada binatang,turut memandikan, membersihkan kandang,memberinya makan, membelainya, menyentuhnya... semoga dapat melembutkan hati mereka. Semoga kasih sayangMu senantiasa meliputi kami, amiin ya robbal alamiin.

Alam Semesta, Kau Begitu Indah...


Alhamdulillah ya Allah...
Atas segala-gala yang tak terkatakan tak terkira
Sampaikanlah shalawat beriring salam rindu kepada nabiMu yang mulia pembawa cahaya keindahanMu

Allah...
Ingatkah dulu...
Curahan hatiku pada guru tafakurku..
Guru..Alhamdulillah ku sdh mulai merasakan getaran meleleh disaat 'menemukan hikmah' dlm berhabluminannas.. namun kenapa ku tdk bergetar melihat alam
semesta yang indah..pemandangan hijau pepohonan melambai desiran angin sepoi-sepoi di pantai.. kenapa aku belum bergetar wahai guruku?.. Ku takut aku ini tidak beriman wahai guruku..krn ciri2 org yang beriman, itu .. akan bergetar, disaat
melihat kebesaran Allah..Bagaimana jika nanti ajalku menjemput...aku belum menjadi orang beriman...

Allah...
Engkau bersaksi saat kutulis surat
itu...6 tahun yang lalu...
Aku sungguh ingin bisa merasakan keberimananku padaMu saat melihat alam semesta buah MahakaryaMu yang sesungguhnya begitu indah
Kuyakini dibalik alam semesta ada Engkau Wahai Yang Maha Indah dengan segala keindahanMu
Hati kecilku menjerit tuk menemukan jawabannya..
Hari demi hari, bulan demi bulan tahun demi tahun terlampaui..Kuikuti semua yang bisa kuikuti dengan keterbatasan-keterbatasanku..
Hingga berumrah ke tanah suci...
KumencariMu ya robb dibalik semua kesibukanku berhabluminannas bersama teman-teman yang kusayangi
Memanggil guru tuk datang ke kediamanku..dari pulau lain..
Dalam riak-riak gelombang kehidupan...
Ya.. Allah..memang masih ada penghalang..
Kurayu hijab itu dengan jerit tangis kerinduanku padaMu dan mahakaryaMU wahai alam semesta..

Hingga disaat kuberhaji..saat di padang Arafah..kuterus menjerit memohon hikmah, kukelilingi seputaran kemah-kemah di padang Arafah dengan langkah cepat dan Allah..segala puji hanya milikMu.."Allah berada dalam setiap kebaikan yang kulakukan.."
Itulah kuncinya..kebaikan itu yang akan membuat hijabku semakin tipis semakin tipis hingga akhirnya menyingkir..dan apa yang ingin kucari ada jawabannya..
Sepulang berhaji..kuterus mencari..
Sambil mengikuti seperti yang terdapat dalam hikmah itu
Hingga bermursyid menyebrang pulau..
Menemukan teman-teman seperjalanan menuju pulang padaNya
Hati ini sungguh merindu padamu wahai alam semesta mahakarya Allah
Tuk merasakan keindahanmu
Tak tahu mengapa kuyakini dibalikmu ada Allah..Yang Maha Indah

Wahai alam semesta..
Sambil bermujahaddah
Kurayu dirimu dengan segala kerinduan
Kurasakan engkau memang hidup
Aku ingin merasakanmu wahai alam semesta
Dibalikmu kuyakini ada Allahku
Kupandang matahari, bintang dan rembulan dengan penuh kerinduan
Mulai terasa bergetar diri ini..subhanallah tak terkira rasanya
Kadang kaupun bercilukba menutup dirimu dibalik awan dan kemudian muncul kembali.. Allah betapa indahnya..
Desiran angin sepoi-sepoi lambaian pepohonan membuat aku terkesima dan membuatku menangis karena kumerasakan engkau memang hidup
Hujan..kaupun mau diajak bicara..
Sewaktu bermain hujan-hujanan aku ajak anak-anakku tercinta tuk bergembira melepaskan rasa kepadamu..betapa indahnya pengalaman itu...unforgetable spiritual moment in my life

Wahai alam semesta...
Aku ingin mengucapkan rasa terimakasihku tak terhingga tak terkatakan..semoga Allah senantiasa merahmatimu
Disaat kau mau menyapaku..
Si debu kotor yang berhembus dimuka bumi
Sejak itulah kita mulai saling bicara
Mengungkap asa yang mengemuka dari hati yang terdalam
Saling mencurahkan isi hati berbagi rahasiaNya dalam kehidupan
Berbagi tawa derai tangis airmata..kaulah yang menemaniku..
kaulah yang menghiburku.. Subhanallah..kupandang dirimu.kaupun menyapaku..
Engkaulah..yang membuatku percaya Allah itu ada
Maafkan aku Allah... Kutakut kutak percaya Engkau itu ada
Lewat mahakaryaMu kubisa percaya ya.. Allah itu ada dengan Grand DesignMu yang Maha Indah

Ya Allah
Sekarang kupercaya padaMu..Engkau memang ada.
Alam semesta sering bercerita tentangMu
Ikan, kucing, nyamuk,cicak, kecoa, hamster, semut dll turut pula menceritakan rahasiaMu
Aku ingin menangis Allah
Dibalik ketersimaanku pada mereka kumulai merasakan keberadaanMu
Kutak lagi takut mati
Kumerindukan saat nanti ajal menjemputku
Karena disaat itu kuakan berjumpa denganMu Wahai Yang Maha Indah
Lahawla walaa quwwata illabillah..

Wallahualam bissawab

Subhanakallahumma wabihamdika
Asyhadu alla ilaaha illa anta
Astaghfiruka waatubu illaik

7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif (sebagai umat Islam)


Alhamdulillah pada kesempatan kali ini, diri ini ingin mencoba mentafakuri tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif (biasa dikenal dengan “The Seven Habits of Highly Effective People” yang ditulis oleh Dr. Steven R.Covey.), dalam Islam (dihubungkan dengan ayat-ayat Alquran dan hadits).

Tak lupa sampaikanlah sholawat dan salam kepada nabi besar Muhammad saw pembawa panji kebenaran dengan cahayanya membawa umatnya yang tadinya gelap ke jalan yang terang. Salamku dengan kerinduan padamu tuk berjumpa di alam keabadian..wahai habiballah..

Kebetulan diri ini pernah mengikuti Pelatihan seven habits of highly effective people di Jakarta. Namun diri ini tergerak untuk 'iqro bismirobbi' bagaimana jika dihubungkan dengan Islam. Aku coba searching barangkali ada yang sudah menghubungkannya dalam kehidupan berislam. Ada beberapa versi seven habit dalam Islam, kucoba menggabungkan dari beberapa sumber di beberapa blog.
Memang agak njelimet, tp buatku ini penting sekali untuk mengazam diri sebagai umat islam sejati. Lewat ilmunya orang barat, ditransformasikan untuk kepentingan dunia akhirat.Teori-teorinya disajikan dulu, baru kemudian bagaimana diterapkan dalam agama Islam. Mudah-mudahan bisa bermanfaat buat mengingatkan diri sendiri juga buat mu sahabatku yang berkenan membacanya.

Dalam seven habits tersebut banyak nilai islami yang bisa kita rasakan hikmahnya. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda: “ Hikmah itu milik orang Islam, di mana pun kamu mendapatkannya ambillah.”

Apakah kebiasaan itu?. Kebiasaan adalah pertemuan antara ‘knowledge’ [ pengetahuan ], ‘skill’ [ keterampilan] dan ‘desire’ [ keinginan ]. Menghentikan kebiasaan marah misalnya, tidak cukup dengan memiliki pengetahuan tentang terdapatnya hubungan negatif antara marah dengan kesehatan jiwa dan raga dan larangan dalam agama Islam (pengetahuan) dan mengetahui cara mengendalikan marah (ketrampilan). Diperlukan keinginan darinya sendiri tuk menghentikan kebiasaan marah. Mengubah kebiasaan mensyaratkan ketiganya.

Berikut adalah 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif.


Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif

Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Nilai-nilai buat seorang umat Islam terdapat di dalam Alquran.
Pada surat Al Isro:15 disebutkan "barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah) maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Kita diberi "freedom to choose" / kebebasan untuk memilih jalan yang akan kita tempuh dan sadar akan harga sebuah pilihan. Tiada yang abu-abu, yang ada hitam atau putih. Konsekuensi dosa atau pahalakah yang akan kita dapatkan, semuanya sudah diantisipasi, "tindakan mencegah lebih baik daripada mengobati".

Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.

Dalam surat Ar Ra'd:11 disebutkan "sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri sendiri". Keinginan untuk berubah menjadi lebih baik sangatlah dibutuhkan agar kita mempunyai spirit/semangat untuk melakukan perubahan. Tanpa itu, semuanya tinggal mimpi, cita-cita yang kita harapkan tak akan tercapai.
Orang proaktif bisa menjaga dirinya agar tetap bahagia. Namun ternyata banyak juga yang merasa tidak bahagia terhadap kehidupannya. Mereka kira bahawa ketidakbahagiaan mereka disebabkan karena apa yang terjadi pada diri mereka. Padahal yang sebenarnya adalah karena cara mereka memberi makna atas apa yang terjadi. Sebagai orang Islam yang proaktif, selalu ada pilihan untuk bereaksi secara positif terhadap situasi yang negative dengan panduan manual book Alquran dan hadits. Dengan kata lain, kitalah yang memprogramkan kehidupan kita sendiri.

Sebagai seorang pro aktif, iqro ke dalam diri (dalam konteks mengoreksi diri sendiri) bukan iqro kepada orang lain lebih efektif membangun diri ini sebagaimana diriwayatkan pula oleh at-Tirmidzi (ibnu Majah, Ahmad, dan ath-Thabrani), Syaddad bin Aus mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad pernah bersabda “Orang yang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk masa setelah mati, orang yang bodoh adalah orang yang selalu menuruti hawa nafsunya dan berharap sesuatu yang baik kepada Allah”.
Jika sudah memahami kebiasaan yang pertama, baru kita bisa merumuskan kebiasaan yang ke 2.

Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir
Kebiasaan kedua adalah kebiasaan memiliki visi, misi dan tujuan. Kebiasaan ini menunjukkan arah dan cara menjalani hidup serta menentukan hal-hal yang penting dalam hidup. Islam mengajarkan pentingnya goal setting sebagaimana Rasulullah Saw menyatakan segala sesuatu tergantung pada niatnya (innamal a'malu binniat..hadits yang mudah dihafal..:-)

Jika boleh diri ini mau merumuskan visi misi tujuan hidup di dunia ini. Bismillahirohmaanirrohim..
Mampu atau belum mampu, kuharus berani menuliskannya.

Visiku ingin menjadi penghuni surga dan berjumpa denganNya dan kekasihNya yang termulia Nabi Muhammad saw

Untuk itu, misiku sebagaimana di surat Adzariyat:56 "Aku tidak menciptakan manusia dan jin melainkan agar mereka beribadah padaku" (beribadah 24 jam-mahdhoh ghoiru mahdhoh)melaksanakan semua perintahNya menjauhi segala laranganNya dengan niat lillahi ta'ala (ibadah) dan menjadikan nabi Muhammad sebagai suritauladan dengan menjalankan sunnahnya

Tujuanku di dunia ini untuk mendapatkan ridho Allah yaitu mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (Albaqarah:213) dan barangsiapa bahagia akan masuk surga (Hud:108); jika disingkat dunia bahagia akhirat surga.
(Notes: makna bahagia bukanlah materi tapi immateri, "barangsiapa mengikuti petunjukKu tiada rasa takut tidak pula ia bersedih hati". Bahagia yang datang dari ketaatan padaNya)

Kelihatannya masih lipservice, sesungguhnya malu aku menulisnya, tapi dengan namaMu ijinkan aku ya robb..hambaMu yang dhoif ini tuk menuliskannya tuk membenamkannya dalam hatiku.

Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama

Mendahulukan yang utama merupakan kebiasaan yang menuntut integritas, disiplin dan komitmen. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda).

Allah berfirman dalam Surah Al-Mukminun 23:1-3, “ Sungguh berhasil orang-orang mukmin, iaitu orang –orang yang khusyu’ dalam solat mereka dan orang-orang yang berpaling dari perbuatan dan percakapan yang sia-sia ”, dan dalam Surah Al-Ashr 103:1-3, “ Demi masa sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali orang-orang beriman dan beramal soleh, saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran ”. Juga dalam Surah Al-Insyirah 94:7-8, “ Maka apabila engkau telah selesai [ dari suatu urusan ], maka kerjakanlah [ urusan lain ] dengan bersungguh-sungguh dan kepada Tuhanmulah kamu berharap ”. Kebiasaan ketiga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu.

Ada istilah yang memudahkan untuk membuat prioritas yaitu UUT (Ujung-Ujungnya Taat kepada Allah) atau UUM (Ujung-Ujungnya Membangkang kepada Allah). Semua yang diprioritaskan untuk menambah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan saringan Alquran dan hadits, UUT dan UUM terasa bedanya, jika ditafakuri, dengan menggunakan akal untuk berfikir dan hati untuk merasakan.

Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang

Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan – “kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.

Ada kisah Muhammad bin Abdullah tentang "hajar aswad".
...
Saat perbaikan kabah, ketika dinding kabah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata, "Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa. Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad bin Abdullah muncul dari pintu. Serempak mereka berseru itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!

Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah. Subhanallah, nabi kita tercinta berfikir win win agar semuanya bisa dijalani dengan mementingkan semua pihak. Allahumma sholli alaa sayyidina muhammad.

Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami

Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.

Salah satu rahasia keberhasilan Rasulullah dalam berbagai dialognya adalah kesediaan beliau menjadi pendengar yang baik. Rasululllah tidak saja pandai berbicara, tapi juga pandai mendengar. Selain menjadi pembicara yang baik, beliau adalah pendengar yag sangat baik. Dengan mendengarkan beliau akan memahami maksud dari apa yang diutarakan dari lawan bicaranya. Berikut ini kisah Rasulullah ketika berdialog dengan perunding ulung yang akhirnya takluk setelah berdialog dengan beliau.

Ketika Rasulullah sudah mulai melakukan da’wah secara terbuka, kaum kafir Quraisy gundah dan guncang hatinya. Mereka ingin membendung aktivitas da’wah Muhammad dengan segala cara. Salah satunya adalah dengan mengutus Utbah bin Rabi’ah untuk melakukan negoisasi.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Utbah duduk di sebelah Rasulullah saw seraya berkata: “Wahai anak pamanku, sesungguhnya engkau mengetahui secara pasti kedudukanmu di tengah-tengah kaummu. Engkau telah memecah-belah barisan mereka, engakau caci-maki tuhan-tuhan mereka, dan engkau kafirkan nenek moyang mereka. Karena itu dengarkanlah kata-kataku: Aku akan menyampaikan beberapa tawaran, mudah-mudahan kamu mau menerima sebagiannya.”
(Beliau tidaklah marah dituduh seperti itu. Tidak juga langsung menjelaskan panjang lebar tapi beliau memahami terlebih dahulu, subhanallah)
Rasulullah berkata: “Wahai Abl Walid, katakanlah. Aku akan mendengarnya.” Lalu Utbah bin Rabi’ah mengutarakan panjang lebar segala tawarannya. Ketika selesai, Rasulullah kembali bertanya: “Sudah selesaikah wahai Abul Walid?” Ia menjawab, “Sudah.”

Rasulullah kemudian berkata: Sekarang dengarkanlah kata-kataku. Ia pun menjawab: “Silahkan” Lalu Rasulullah membacakan beberapa ayat dari surat Fushilat. Sampai pada akhirnya beliau membaca ayat sajadah (ayat 37), dan beliau bersujud. Lengkapnya ayat itu berbunyi:

“Dan sebagian tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang Menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”

Setelah itu beliau berkata kepada Utbah, engkau telah mendengarkannya dan kini silahkan temukan sikapmu. Utbah segera bangkit dari tempat duduknya, lalu pergi menjumpai teman-temannya. Sebagian dari mereka berkata: “Demi Allah, Abul Walid datang kepada kalian dengan raut muka yang berbeda dengan ketika ia berangkat.” Utbah meminta kepada mereka supaya memanggil Rasul Allah saw, akan tetapi mereka enggan. Mereka malah berkata: “Ia telah menyihirmu dengan ucapannya.”

Jika kita perhatikan percakapan antara Rasulullah dengan Utbah sungguh sangat menarik. Selain bobot pembicaraannya yang bagus, cara dialognya juga mempesona. Rasulullah sebagai tuan rumah terlebih dahulu mempersilahkan tamunya untuk menyampaikan maksud kedatangannya. Dengan penuh perhatian beliau mendengarkan sampai pembicara tuntas menyampaikan maksudnya. Beliau tidak memotong pembicaraan lawan bicaranya, malah beliau bertanya kepadanya, Wahai Abul Walid, apakah kamu sudah selesai? *
Allahu ya anta, pertemukanlah aku dengan sosok yang sangat mulia di mataMu disana...amiin

Kebiasaan kelima menunjukkan bahwa “ the secret of living is giving ” [ rahasia kehidupan adalah memberi ]. Rasulullah Saw bersabda bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah. Surah Al-Baqarah 2:261, “ perumpamaan orang yang memberi di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai berisi seratus biji, dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas [ kurnia-Nya ] lagi Maha Mengetahui.


Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi

Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).

Khalifah Umar bin Khattab pernah berujar bahawa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Yang harus diingat adalah agar dapat bersinergi setiap anggota memiliki lima kebiasaan di atas yaitu proaktif, mulai dari tujuan akhir, dahulukan yang utama,berfikir menang-menang dan berusaha memahami dahulu baru difahami. Allah Swt mengingatkan agar kita hanya bersinergi dalam melakukan kebaikan bukan dalam berbuat dosa dan permusuhan [ Al-Maidah 5:2 ]
Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah pada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaNya.
Berikut ini kisah Nabi Muhammad dan Salman Alfaritsi yang terkenal adalah karena idenya membuat parit dalam upaya melindungi kota Madinah dalam Perang Khandaq.

Demikianlah pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara yang besar mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap untuk menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut:

Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah naik sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)

24.000 orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan menghabisi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Agama serta para shahabatnya.

Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari fihak musuh-musuh Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.

Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu?

Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Itulah dia Salman al-Faritsi radhiyallahu 'anhu!' Dari tempat ketinggian ia melayangkan pandang meninjau sekitar Madinah, dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya kota itu di lingkungan gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai benteng juga layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng pertahanan.

Di negerinya Persi, Salman Alfaritsi radhiyallahu 'anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota. Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat tentang strategi menghadapi mereka, dan akhirnya gagasan Salman Alfaritsi dari negeri Parsi disetujui.

Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atas usul Salman Alfaritsi radhiyallahu 'anhu tersebut.

Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.

Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka ... dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit ...

Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu 'anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu.
Kisah diatas adalah contoh komunitas umat nabi Muhammad dan para sahabat beliau yang saling bersinergi untuk menghadapi perang Khandaq.
Semoga kita bisa mengambil ghirah dan hikmah betapa pentingnya bersinergi.

Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji

Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah/spiritual. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.

Rasulullah mengajar agar kita terus mengasah gergaji fisik, mental, sosial / emosional, dan spiritual dimana beliau bersabda:
“ Orang Islam adalah orang yang begitu sibuk memperbaiki diri, sehingga tidak memiliki waktu lapang untuk mencari-cari aib orang lain. Orang Islam adalah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik darihari ini. Amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit ”.

Alangkah indahnya jika kita bisa menerapkan seven habits versi islam ini dengan visi misi dan tujuan yang jelas mengarah kepada kebaikan di dunia dan di akhirat, menghisab diri jadi lebih mudah karena ada parameter dan indikator keberhasilan yang bukan untuk dibanggakan jika kita berhasil mencapainya tapi untuk disyukuri. Semoga bisa jadi salah satu solusi agar kita bisa mencapai tujuan everlasting kita, dunia bahagia akhirat surga.Yukk kita mulai dari sekarang, Allahuakbar!
Wallahualam bissawab. Mohon dimaafkan jika ada yang kurang berkenan.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka waatubu illaik.

Referensi:
haqiqie.wordpress.com
belajarbersama.multiply.com
www.Hidayatullah.com
kisahsufi.wordpress.com
id.wikipedia.org/wiki/Salman_al-Farisi
Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "