The Elegance of Pachelbel-Serenade

KEBERKAHAN (KEBAIKAN DUNIA AKHIRAT)


Alhamdulillah ya Allah... segala puji hanya milikMu atas segala nikmat karunia yang kuketahui dan tak kuketahui..ampunilah daku atas ketakberdayaanku menghalau kekurangsyukurku padaMu,
Sampaikanlah shalawat beriring salam kepada nabiMu yang mulia, nabi Muhammad saw, pembawa risalah cahaya kebenaran dari gelap menjadi terang...allahumma sholli alaa sayyidina muhammad wa'ala aali sayyidina muhammad

Kali ini aq ingin menceritakan kisahku agar bisa kutarik hikmah kado terindah dariNya sebagai rasa syukur dan menambah asa utk meraih ridhoNya lewat cita2ku sebagai konsekuensiku utk memilih tujuan sebagaimana lantunan doaku robbana atiina fiddunya hasanah wafil akhiroti khasanah waqina adzabannar (albaqarah:201). Dari pengalaman diri ini mempraktekkannya, semua begitu indah, priceless even semilyarpun tak ada yg mampu membayarnya rasa itu penuh dg keindahanNya, nikmatnya bahagia itu subhanallah segala puji hanya milikMu ya Allah atas nikmat bahagia yg pernah kurasakan ini atas buah ketaatanku padaMu sebagaimana Engkau firmankan pada albaqarah:38 "barangsiapa mengikuti petunjukKu tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati"..plong, damai tentram bahagia bersamaMu. Kuharapkan dengan tujuan KEBERKAHAN tiada mengenal kondisi apapun sehat sakit, senang susah, kaya miskin. 

Aku didera sakit yg tiada tau penyembuhnya hingga detik ini. Jika diri ini flash back ga ada yg menyangka Eva yg segagah dulu dengan segala aktivitasnya sekarang hidupnya dominan terbujur di pembaringan. Dulu sakit sakit yg sebelumnya tidaklah semenyayat ini rasa sakitnya. Sungguhlah benar segagah2nya aq tidak mampu mengendalikan sakit yg mendera, datang begitu saja tanpa mengenal waktu. Tubuh ini bergerak tak terkendali bahkan kadang bisa 24jam pergerakannya. Setiap kali bangun tidur remuk redam rasanya badan ini..terasa nyeri dipundak leher dan kepala. Tidaklah mudah utk merasakan KEBERKAHAN dlm situasi sulit spt diri ini, apalagi sudah 3 tahun lebih tak terasa kondisi ini datang padaku dan semakin hari semakin buruk.

Jika kubuka kitab suciMu, alquran, kusadari semua manusia sama di mata Allah, sama-sama mendapat kasih sayangNya yg menyelimuti setiap insan di dunia. There's nothing that Allah can't do except Allah never stop loving you...dalam kondisi apapun. Jika ku'baca' lewat sakit ini, tiada yang luput dari kasih sayangNya. Dibalik rasa sakit yang menyayat hati pastilah ada rahasia keindahanNya yang akan terkuak jika diri ini mau mencari karunia terindah dariNya, yaitu rasa bahagia di dalam dada buah pemberian dari Sang Kholiq atas sebuah keikhlasan dan rasa ridho atas apa yang terjadi pada dirinya. Diri ini mempunyai akal utk berfikir dan qolbu utk merasakan dan menghayati, dan jika menjadikan qolbu sebagai nahkoda maka kasih sayangNya akan terasa. Hayatilah Eve'..resapilah dalam-dalam apa2 yang terjadi dengan dirimu, dan berfikirlah dengan panduan alquran surat cintaNya utk mu, niscaya kasih sayangNya akan terasa di dada ini, dan senyumanpun akan terus mengembang. Berikhtiarlah terus menjejakkan kaki ke bumi, menyerahkan jiwa kepadaNya, hayati resapi fikirkan Eve' niscaya rasa bahagia akan long lasting...subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallahu wallahuakbar. Laahawla walaa quwwata illa billahil aliyyil adziim.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka wa atubu illaik.


MAKNA MUSIBAH


Setiap manusia pasti akan mengalami musibah. Tidak ada manusia yang bebas dari musibah. Oleh karena itu, maka kita perlu pengetahuan yang baik mengenai konsep musibah; karena dengan pengetahuan yang baik (islami) akan sangat membantu dalam menghadapi musibah yang menimpa.
Musibah menurut Al-Quran dan Hadits mempunyai paling sedikit 3 dimensi. Pertama, sebagai hukuman Allah atas pembangkangan yang dilakukan manusia pada aturan yang telah ditetapkan-Nya (hukum sebab-akibat). Kedua, sebagai penghapusan dosa sehingga dengan demikian di akhirat nanti ada dosa yang tidak diperhitungkan lagi karena hukumannya sudah ditunaikan Allah di dunia (sebagai penebus dosa). Ketiga, sebagai ujian untuk kenaikan derajat di mata Allah (sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah).
Dalil-dalil mengenai hal tersebut diatas, dapat dipelajari dari Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah saw sebagai berikut :
..musibah apa saja yang menimpa kamu adalah disebabkan perbuatanmu sendiri. [As-Syuura (42):30]
...bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpa musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka... [Al-Maidah (5):49]
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri...[An-Niisaa’(4):79]
...dan sekali-kali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba-Nya [Fush-Shilat(41):46]
Demikian itu disebabkan karena perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya. [Al-Anfaal(8):51]
“Sesungguhnya Allah swt tidaklah menetapkan suatu keputusan, kecuali akan berakibat baik kepadanya.” [HR Ibnu Hibban dari Anas]
“Demi kejayaan dan keagungan-Ku, tidak akan Aku mematikan hamba-Ku yang Aku kehendaki kebaikan baginya, sehingga Aku menghapuskan dosa-dosa yang pernah ia lakukan melalui rasa sakit di badannya, kerugian pada hartanya dan kematian anaknya. Maka apabila masih terdapat dosa padanya maka Aku perberat baginya saat sakratul maut, sehingga dia menemui Aku seperti saat ia dilahirkan dari rahim ibunya (tidak mengemban suatu dosapun). Dan demi kejayaan dan keagungan-Ku, tidak akan Aku mematikan hamba-Ku yang aku tetapkan keburukan atasnya, sehingga Aku menghapuskan perbuatan-perbuatan baiknya melalui kesehatan tubuhnya (tidak pernah sakit), bertambahnya hartanya dan bertambah anaknya; maka sekiranya masih ada kebaikan padanya, Aku ringankan baginya sakratul maut sehingga dia menghadap pada-Ku dalam keadaan tidak memiliki kebaikan apapun.” [Hadits Qudsi]
“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya) dan apabila Dia menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya (membiarkannya) dengan dosa-dosanya sehingga (dosa-dosa tersebut) dibalas pada hari kiamat.” [HR Turmudzi]
Rasulullah bersabda : “Umatku adalah umat yang dirahmati, mereka tidak akan diadzab di akhirat. Sesungguhnya adzabnya diberikan di dunia, yaitu berupa fitnah (ujian dalam kehidupan dunia), zalalil (guncangan jiwa yang sangat) dan mati terbunuh dalam jihad fisabilillah. [HR Abu Dawud, Thabrani, Al-Hakim & Baihaqi]
“Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang-orang saleh akan diperberat (musibah) atas mereka. Dan tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapuskannya dosa-dosa dan akan ditingkatkan derajatnya.” (HR Ahmad Ibnu Hibban, Al-Hakim & Baihaqi)
“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang saleh yang meneladaninya. Seorang akan diuji menurut kekuatan imannyta; apabila imannya kurang kuat maka dia diuji menurut kadar kekuatannya; dia akan diuji terus, sehingga ia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih (tidak berdosa).” [HR Ahmad, Bukhari, Turmudzi, dan Ibnu Majah]
                Pada hakikatnya, semua ketentuan yang ditetapkan Allah kepada kita, termasuk musibah, tidak ada yang buruk. Masalahnya adalah mampu atau tidak kita memanfaatkannya. Orang yang mampu memanfaatkan ketentuan yang ditetapkan Allah baginya, akan beruntung; sedangkan sebaliknya, akan merugi. Hal ini dapat diibaratkan dengan permisalan berikut: “Apalah artinya pena emas bagi orang yang tidak bisa menulis; atau apalah gunanya buku bermutu diberikan pada orang yang tidak bisa membaca. Pena emas dan buku bermutu itu, niscaya baginya hanya merupakan beban saja,  karena ia harus menyimpan dan merawatnya.”
                Seorang ahli hikmah berkata, “Ketika Allah memberiku nikmat, maka yang terasa olehmu kebaikan-kebaikan-Nya. Dan ketika Allah memberimu musibah, sebenarnya ia ingin memberimu hikmah.” Menurutnya, demikianlah cara Allah mencurahkan kasih-sayangnya kepada manusia, yaitu makhluk yang diciptakan-Nya paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain.
                Albert Einstein, seorang ilmuwan jenius terkemuka, setelah bergelut dengan penelitian-penelitian ilmiah tentang alam raya ini menyampaikan kesimpulannya, “...Tuhan menetapkan, tapi Dia tidak kejam!” Betapa tidak. Coba simak hasil penelitian para ahli berikut ini :
§  Tuhan menjadikan air laut itu asin, karena bila tidak demikian maka seluruh air laut tersebut yang besarnya 2/3 bagian bumi ini akan berbau dan jelas akan mengganggu kehidupan manusia. Disamping itu air asin ini telah diselidiki ternyata menyerap gas racun yang menebar di udara. Sementara air hujan dan air sungai dijadikan tawar, sebab jika tidak demikian maka tanam-tanaman dan makhluk yang hidup akan mati.
§  Perut bumi merupakan tempat gravitasi yang dapat menarik apa saja yang berada di atasnya. Bila tidak niscaya manusia diatasnya setiap saat akan terpontang-panting karena bumi disamping ia berputar pada berporosnya, juga ia berputar mengelilingi matahari dengan kecepatan tidak kurang dari 20.000km/jam!
§  Jarak matahari dengan bumi kurang lebih 150 juta km. Seandainya jarak itu dikurangi sedikit saja, maka segenap susunan tata surga ini akan terbakar. Dan seandainya jarak itu dijauhkan sedikit saja maka makhluk yang ada di atas bumi akan mati kedinginan karena kekurangan sinar matahari.
§  Segumpal awan hitam yang kira-kira mengandung 3000 ton air tidak diturunkan Tuhan dalam bentuk air yang tercurah, melainkan diturunkan berupa butiran-butiran. Selain itu Tuhan telah mengatur pula agar perut bumi mampu menampung dan menyimpan air tersebut sehingga tidak terjadi banjir bandang.
§  Binatang buas yang membahayakan diciptakan Tuhan dengan populasi yang kecil atau berjumlah besar tetapi berusia pendek. Misalnya kehidupan kuman dan bakteri yang dalam waktu singkat populasinya dapat meningkat tajam karena sekali bertelur menghasilkan jutaan keturunan; tetapi mereka hanya diberi umur beberapa jam saja. Sebaliknya binatang yang membahayakan seperti harimau misalnya, beberapa tahun hanya melahirkan satu anak saja sehingga jumlah hewan yang membahayakan ini populasinya kecil sekali.

Dari uraian diatas, maka mestinya kita paham bahwa tidak mungkin sang Maha Pencipta Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan ‘merusak’ hasil ciptaan-Nya yang paling sempurna, yaitu manusia (yang bila ditinjau dari segi anatomisnya memiliki 25 milyar sel dengan bentuk dan kemampuan serta tugas yagn berbeda antara satu sel dengan sel lainnya). Adapun yang dianggap buruk oleh manusia, sebenarnya bersifat nisbi (tidak mutlak). Ia bukanlah problem nalar, melainkan problem rasa (yaitu sebagai akibat dari keinginannya untuk mendapatkan yang terbaik dengan melupakan kepentingan orang lain). Misalnya saja, penjahat yang dipenjarakan adalah buruk dalam pandangan si penjahat, tetapi baik dalam pandangan masyarakat. Hujan baik bagi petani, tetapi tidak bagi orang yang sedang berpesta. Cobalah kita membiasakan diri menyelam ke bawah permukaan. Peristiwa dipenjaranya seorang penjahat, niscaya akan nampak sebagai peluang yang diberikan Allah pada penjahat itu untuk introspeksi dan bertobat agar ia terhindar dari neraka.
Dengan demikian, dapatlah kiranya dimengerti bahwa sebaik-baik sikap dalam menghadapi musibah memang tidak ada cara lain selain dari istighfar dan berserah diri ‘innalillahi wainnaillaihi rojiun’. Jangan dilupakan janji-janji Allah berikut ini :
..Dan sekali-kali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba-Nya [Fush-Shilat(41):46]
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah [An-Nisaa’(4):49]
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. [Yunus(10):44]
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [Al Baqarah(2):216]
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan [Alam-Nasrah(94):5-6]

Seorang ahli hikmah berkata : Allah menginginkan seluruh manusia masuk surga. Ia memberi musibah, karena kalau musibah itu tidak diberikan maka manusia tidak akan mampu mengambil pelajaran.T

“Musibah adalah cara Allah menyatakan cinta-Nya kepada manusia.”

Referensi:
Ir. Permadi Alibasyah, “Bahan Renungan Kalbu - Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa”, Edisi ke-3, Cahaya Makrifat Bandung, Hal. 91-95, 1997.



Samudra Syukur

Dear Allah,
Bimbinglah hambaMu ini tuk menambah rasa syukur padaMu lebih banyak lagi karena sesungguhnya nikmat dariMu sungguh luas tak bertepi.
Ampunilah daku karena ketidaksyukurku dan kekurangsyukurku atas segala nikmat dariMu ya robb
Karena sesungguhnya begituu banyak nikmat dariMu dibandingkan dengan derita yang kualami ini

Dear Allah,
Yang kuyakini dariMu pastilah baik
Yang akan menggiringku menuju surgaMu
Tiadalah yang buruk..ya robb
Ampunilah kekerdilan hatiku sehingga salah menilai derita yang kualami
Ampunilah kelemahan akal dan kalbuku yang gagal memikirkan dan menghayati derita ini
Ampunilah daku yang tidak mengunyah secara perlahan derita ini sehingga berbuah nikmat karunia hikmah dariMu
Kubersimpuh padaMu memohon ampunanMu ya robb..sudilah Engkau mengampuni diri yang penuuh salah dan khilaf ini

Dear Allah,
Jika kugali satu demi satu tiada kata terindah selain rasa syukur yang lebih banyak lagi..
Hanya Engkau ya robb..yang mampu melakukannya...
Sungguh rasa syukur itu anugerah terindah dariMu..
Kentalkanlah rasa itu ya robb..suburkanlah ya robb..di dalam kalbuku yang semakin hari kokoh menghujam terbenam semakin dalam..

Dear Allah,
Terimakasih atas rasa syukur ini..
Hanyutkanlah diri ini dalam samudra syukurMu yang Maha Luas tak bertepi
Jadikanlah hambaMu ini yang senantiasa berprasangka baik terhadap apapun yang terjadi pada diri ini
Sehingga yang nampak dalam diri ini hanyalah keindahan nikmat syukurMu
Ya..begituu indah rasa ini..
Subhanallah, alhamdulillah, laailaha ilallah, allahuakbar..
Laahawla walaa quwwata illa billah
Subhanakallahumma wabihamdika
Asyhadu alla ilaaha illa anta
Astaghfiruka wa atubu illaik

Menebar Cinta Rasulullah : RASULULLAH S.A.W. DAN UANG 8 DIRHAM

Suatu hari Rasulullah SAW bermaksud belanja. Dengan bekal uang 8 dirham, beliau hendak membeli pakaian dan peralatan rumah tangga. Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati seorang wanita yang sedang menangis. Beliau sempatkan bertanya kenapa menangis. Apakah sedang ditimpa musibah ? Perempuan itu menyampaikan bahwa ia adalah seorang budak yang sedang kehilangan uang sebesar 2 dirham. Ia menangis sangat takut didera oleh majikannya. Dua dirham dikeluarkan dari saku Rasulullah untuk menghibur perempuan malang tersebut. Kini tinggal 6 dirham. Beliau bergegas membeli gamis, pakaian kesukaanya. Akan tetapi baru beberapa langkah dari pasar, seorang tua lagi miskin setengah teriak berkata, "Barang siapa yang memberiku pakaian, Allah akan mendandaninya kelak." Rasulullah memeriksa laki-laki tersebut. Pakaiannya lusuh, tak pantas lagi dipakai. Gamis yang baru dibelinya dilepas dan diberikan dengan sukarela kepadanya. Beliau tak jadi memakai baju baru. 


Dengan langkah ringan beliau hendak segera pulang. Akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar. Kali ini beliau menjumpai perempuan yang diberi dua dirham tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu nilainya tidak lebih dari seekor binatang. Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima. Rasulullah diutus di dunia untuk mengadakan pembelaan terhadap rakyat jelata. Dengan senang hati beliau antarkan perempuan tersebut ke rumah majikannya. Sesampainya di rumah, beliau ucapkan salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah. Nampaknya semua penghuni rumah tersebut adalah perempuan. Ketika ditanya kenapa salam beliau tidak dijawab, pemilik rumah itu mengatakan sengaja melakukannya dengan maksud didoakan Rasulullah dengan salam tiga kali. Selanjutnya Rasulullah menyampaikan maksud kedatangannya. Beliau mengantar perempuan yang menjadi budak tersebut karena takut mendapat hukuman. Rasulullah kemudian menyampaikan, "Jika perempuan budak ini salah dan perlu dihukum, biarlah aku yang menerima hukumannya." Mendengar ucapan Rasulullah in penghuni rumah terkesima. Mereka merasa mendapat pelajaran yang sangat berharga dari baginda Rasulullah. Karena secara refleks mereka menyampaikan, "Budak belian ini merdeka karena Allah." Betapa bahagianya Rasulullah mendengar pernyataan itu. Beliau sangat bersyukur dengan uang 8 dirham mendapat keuntungan ribuan dirham, yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata, "Tiadalah aku melihat delapan dirham demikian besar berkatnya dari pada delapan dirham yang ini. Allah telah memberi ketenteraman bagi orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak belian."

Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi. "Bahwanya Allah menolong hamba-Nya, selama ia menolong saudaranya."
(from E-book Kisah Teladan)

****
Allahumma sholli alaa sayyidina muhammad..
Sampaikanlah ya Robbi..shalawat dan salam kami... kepada baginda Rasulullah SAW..

Kenanganku menulis di Mailing List PSPA Auladi Parenting School

Assalamualaikum sahabat Muslih..

Semoga kita selalu dalam naungan ridho & berkah dari Allah ya..amiin..


Btw..gambar dibawah ini sekedar ilustrasi membayangkan otak korteks vs otak reptile (saya bilangnya otak ngeyel, otak membantah, otak defensif..).
Semenjak ikut PSPA, jadi sering mengamati kenapa begini kenapa begitu.. kenapa saya dg pola asuh ortu begini..kenapa suami dg pola asuh ortu begitu.. coba2 cari di-internet…dapet gambarnya..
subhanallah, ilmu PSPA itu subhanallah…
Segala stimulasi & informasi dari lingkungan kita, akan terbentuk di otak bawah sadar, yang otomatis akan tercermin dari perilaku, sikap tindakan dll..
Suami & istri dengan puluhan tahun hidup bersama orangtuanya, dengan pola asuh yang berbeda2, pastilah butuh perjuangan utk bisa selalu mengikuti pola asuh yang diridhoi-Nya (spt saya & suami…)
Saya tercerahkan dg ilustrasi pak Ihsan, sewaktu PSPA, klo ga salah, pak Ihsan mencontohkan menanyakan, “pak, itu anak bapak ya..tp ditambah dg mendorong, menekan..ternyata bapak yg didorong tanpa sadar bertahan..alias defensive..krn merasa diserang”..namun, beda, disaat menanyakan dg kata2 yg baik, energy positif..si bapak itu dg senang hati merespon dg rileks..tanpa bertahan. 
Saat dipraktekkan ke anak..terasa sekali, mmg anak itu lbh sensitive dr org dewasa, bahkan mereka tau gesture orgtuanya yg lg ‘negatif’ meskipun terlihat ‘positif’..:-)…bahkan si sulung, bisa bilang..”mama tersenyum donk..mama kan disayang Allah”… si mama, biasanya jd ketawa…
 subhanallah..saat dipraktekkin suami..bener kata pak Ihsan..disaat menyampaikan dg ‘karunia berfikir, karunia mendengar & karunia kiblat’, membuat suami jd nyaman…& akhirnya dialog pun jd rileks..subhanallah..
saat dipraktekan ke asisten… saat menyampaikan pd wkt itu.. kubayangkan asistenku itu dg karunia kiblat..subhanallah..ternyata dlm menyampaikan jd santai, rileks..bs dg sayang.. asisten di rumah pun..skrg jd lbh ‘asyikk..
Kuakui, memulai diri ini dg ‘otak berfikir’ mmg mbutuhkan jiwa yg tenang… disaat jiwa lg ga tenang, bukanlah mdh menyampaikan sesuatu dg energy positif..kdg diam dl lbh baik, merenung sejenak, atau kata istilah sekarang..time out… sambil berdoa..
Lewat ilustrasi di PSPA itu..akhirnya diri ini mulai lbh byk memaklumi perilaku org yg kita cintai..jd lbh mdh menganggap wajar…
subhanallah..klo lg error..diri ini pun meminta maaf..krn meminta maaf itu energy positifnya besar… ke anak minta maaf...tanpa sadar, mengajarkan anak utk bisa meminta maaf kpd orangtuanya.. spt kata pak Ihsan dlm insersinya “kita bukan malaikat”…
  

Ilustrasi dibawah ini.. membuatku jd berfikir..betapa Allah sudah menciptakan ukuran otak korteks dg volume yg besar, dibandingkan dg ukuran otak reptile dg ukuran volume yg lbh kecil..tapi kenapa sebagian besar manusia (termasuk saya) lbh mdh yg masuk di alam bwh sadar itu yg lwt otak reptilenya..
Betapa memang pentingnya utk memilah2 informasi yg masuk kedlm otak anak sejak dini….krn yg menstimulasi adalah lingkungannya..terlebih orangtuanya..hiiii..syereeem..ampuni aku ya robb..





Begitulah sahabt Muslih.. semoga kita bisa saling mengingatkan tentang otak korteks yg terstimulasi lwt energy positif orangtuanya.. sdg.. energy negative menstimulasi otak reptilenya mjd lebih dominan..hiiii syeremmm.. semoga kita masih diberi kesempatan oleh Allah utk terus mengubah cara berkomunikasi kita kepada anak2…

Jzkk wassalam,
Eva-orangtua yang sedang belajar jadi orangtua setelah jadi orangtua..


Kenanganku di Auladi Parenting School 2008


Assalamualaikum wr. Wb.
Pak Ikhsan yang dirahmati Allah,
Aku adalah seorang ibu dari 3 orang anak berusia 5,5 tahun dan kembar perempuan laki-laki berusia 2,7 tahun.
1 minggu lebih telah berlalu sejak saya dan suami mengikuti APS (Auladi Parenting School) di Duri Riau.
Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada saya mengikuti APS ini, ternyata APS ini adalah jawaban dari munajat saya kepada Allah. Saya sudah mengetahui kelemahan2 saya di dalam menjalani pengasuhan anak, tapi selama ini saya tidak tahu bagaimana ikhtiar saya selanjutnya.

Saat saya menerima informasi APS by email, hati saya langsung tergerak untuk mengikutinya, begitu juga dengan suami saya. Kami berdua merasa perlu untuk mengikuti APS ini, apapun kemasannya, kami tidak perduli…kemantapan hati kami semoga menjadi pertanda bahwa inilah petunjuk dari Allah menuju jalan yang diridhoi-Nya..amiin. Subhanallah,  Allah memang memberikan ‘lebih dari yang kubayangkan’ dari APS ini. Selama 2 hari saya menjalani APS ibaratnya seperti saya menonton film dosa-dosa saya sama anak selama ini.  Tetes-tetes air mata tak terbendung dari awal acara hingga akhir acara. Begitu banyak kesalahan yang saya perbuat, tapi terlewati begitu saja tanpa hikmah yang saya dapat..tapi dengan APS ini, saya menemukan hikmah dan solusinya.

Selama ini, aku sudah berbangga hati, karena sudah tidak ‘ingin lagi’ bekerja menjadi seorang pegawai fulltimer. Dulu, dengan jenjang pendidikan S2 dan nilai akademis yang saya raih, membuat ‘alam bawah sadar’ saya tertanam bahwa Yang hebat itu yang wanita karir. Sampai-sampai saya minder, kalo ketemu teman-teman dulu seperkuliahan, yang bekerja dengan penampilan modis dan wangi, sedang saya menjadi ibu rumahtangga, saya merasa terpuruk mengikuti suami di Duri. Di alam bawah sadar saya tertanam bahwa ibu rumah tangga itu rendahan dan buat apa capek-capek sekolah klo Cuma jadi Ibu rumah tangga. Suami dan anak sulung saya sering jadi sasaran ketidaknyamanan saya di Duri. 

Memang benar, seperti APS share-kan, bahwa energy negative ibu membuat anakku terinduksi negative pula. Dengan setengah hati aku urus anakku, aku anggap anak itu hanya perlu diberi makanan jasmani, masalah stimulasi gimana nanti.. malah yang kuberikan adalah energy negative dengan melakukan pemaksaan untuk tidur siang, pemaksaan untuk nurut…yang kadang jika kesabaran habis, sampai kepada membentak dan mencubit meskipun jarang, tapi ternyata bayangan saat kulakukan itu terus membekas di kalbu, dan  tanpa sadar aku sudah memiskinkan jiwanya. Alhamdulillah, Allah masih mau mencurahkan nur hidayah-Nya, seiring dengan aku menggunakan jilbab, dan mulai mau mentadaburi Al-Quran, saya mulai merasa ‘nyaman’ menjadi seorang ibu rumah tangga. Ibaratnya, lapis ego pertama, yaitu terpuruk tinggal di kota Duri mulai pupus. Aku mulai mampu menjauhkan diri dari kontak fisik, dan mulai ada pengendalian nafsu amarah. Ternyata rasa ‘nyaman’ yang saya rasakan itu semu. Ada lapisan ego berikutnya yang belum terkikis, yaitu ogah-ogahan mendampingi anak selama beraktivitas di rumah.

Yang membuat saya sangat bersyukur, ternyata di APS ini, hati saya tergugah bahwa menjadi ibu rumahtangga tanpa bekerja bukanlah berarti kita ini dekat dgn anak, karena begitu banyak ibu rumahtangga yg hanya bersama anaknya di rumah, tp tdk ‘mengajak anaknya berbicara, tdk mendampingi anaknya, melakukan aktivitas sendiri2”. ITULAH DIRI SAYA. Durasi waktu saya bersama anak tidak bisa bertahan lama, dan biasanya anak2 suka saya alihkan ke ‘mbak2’nya di rumah. Saya tahu itu salah, tapi saya merasa belum mampu bertahan lama dalam menghandle anak2. Saya lebih bertahan lama dengan aktivitas saya di depan computer atau diluar rumah melalui kegiatan-kegiatan social keagamaan.

Alhamdulillah, setelah mengikuti APS ini, saya mengibaratkan di hati saya ada batu karang EGO saya yang sudah mengeras bertahun-tahun, mulai melumer perlahan-lahan. Yang membuat saya menangis, saat di APS, disajikan kemampuan anak dengan stimulasi dan tanpa stimulasi. Betapa sel-sel saraf yang muncul baru terikat simpul satu dengan yang lain dengan stimulasi dari orangtuanya secara konsisten. Apalagi ternyata selama ini yang saya lakukan menyampaikan informasi dengan nada suruhan (energy negative), menggurui, tanpa membuat anak berfikir dan berbicara apa dirasakannya. Menstimulasi pun benar-benar seadanya.

Ada lagi yang membuat saya tercerahkan adalah makna pembelajaran itu sendiri. Di alam bawah sadar saya belajar itu artinya serius, akademik, duduk di meja, dan anak focus ke pelajaran, ternyata belajar itu bisa dimana saja..tidak hanya belajar akademis tapi juga belajar memahami kehidupan sampai membangun sikap mental positif. Dulu saya mengharuskan anak belajar, bukan membuat anak suka belajar. Saat saya praktekkan, saat anak sedang menjelajah kamar pribadi saya dan suami, meja rias di acakadut, dulu saya langsung bilang ‘baweeeeel’ ama anak2… tapi ternyata ada hal positif yang mereka lakukan adalah sedang ‘belajar’ mengeksplor hal-hal yang baru buat mereka. Saat sedang main-main air, ternyata mereka sedang ‘belajar mengeksplor’ sensasi dari air. Dari modul demi modul yang diajarkan, APS benar-benar membantu saya.

·         PRASANGKA BAIK. Di APS, saya mulai mengerti kenapa kita itu harus prasangka baik dulu sama anak, karena anak itu fitrah, fitrahnya anak memang untuk menguji saya, tapi yang saya lakukan seringnya menghakimi. Apalagi si sulung, seringnya saya salahkan jika bertengkar dengan adik2nya tanpa mengajaknya berdialog, begitu mudahnya menjudgement dia. Tapi subhanallah, sejak APS, saya berusaha untuk ‘menghargai dia dulu’… “ooohhh, kamu marah ya Nak sama adik…iya ma, adik ngganggu aku..mainanku diambil”.. tapi coba dech, klo kita ngobrol, kira-kira klo dipukul sakit ngga ya? sakit.. klo sakit adik sedih ga dipukul? Sedih… Kamu sayang ga sama adik?... klo sayang… ayoo’ kita maaf… Adik juga....kira-kira mas suka ga ga klo mainannya di ambil?.suka atau ga suka?...Adik sukanya melihat mas suka atau ga suka? Suka… nah..itu artinya adik sebenarnya sayang ama mas.. Klo sayang..ayoo kita maaf-maafan… saat mereka mau, aku puji dia dengan “Alhamdulillah, ya Allah..Terima kasih ya Allah… Engkau telah memberiku anak-anak yang sholeh”… Very good, good job..masya Allah..  Klo dulu, saya itu pelit sekali ama pujian sama anak. Ternyata imbas nya subhanallah, energy positif yang kami tebarkan, membuat anak nyaman bersama saya, dan mereka mulai terlihat makin ‘kritis’ karena pola asuh orangtuanya yang mulai membuat mereka rileks. Sayapun mulai perlahan-lahan bisa bertahan lama bersama anak. Alhamdulillah. Saya belajar untuk mencari karakter positif anak. Ga mungkin anak itu ga ada karakter positifnya. Di hari pertama APS, yang saya lakukan mengamati apa ya karakter positif anak2 saya. Terima kasih ya Allah, akhirnya aku makin banyak menemukannya. Si sulung, ternyata anak yang gampang minta maaf, yang kedua klo disuruh nurut, yang ketiga senang beberes. Semakin digali, semakin banyak, Allahuakbar..terima kasih ya Allah. Selama ini aku terhijab oleh kelemahan2 anak2ku, sehingga kadang membuatku senewe. 
·         MEAN OF LEARNING..Arti belajar ini..membuat saya lebih rileks dalam mengajarin anak. Sekarang dimana-mana ternyata saya bisa ‘belajar’ sama anak-anak, ternyata momen2 anak-anak bertanya, adalah momen2 belajar yang sayang jika terlewati, yang sayang jika saya abaikan. Subhanallah. Kadang anak sulungku suka bosen bermain sempoa, tapi sekarang momen ‘sempoa’ yang dia suka “di dalam perjalanan mobil, pakai papan jalan, dia dengan asyiknya bisa main sempoa, malah minta nambah soal lagi”… Saat anak-anakku yang lagi ngebelataknya muncul, saya langsung terngiang, “subhanallah, ternyata disaat itulah mereka sedang belajar”… Cuma setelah tenang, mereka saya arahkan sambil mengajak berfikir.
·         KONSISTENSI. Dulu saya sering melabel diri saya inkonsistensi. Ternyata hal ini membuat pembenaran dalam diri saya untuk membuat anak ikut2an ga tertib dalam menjalani peraturan di rumah. Saya amazing juga, kenapa tiba2 saya bisa termotivasi untuk lebih berjuang. Ternyata Alhamdulillah, mulai terasa dampaknya. Saat saya menerapkan main game 1 jam sehari, saat si sulung minta lagi “ma boleh main game…dengan tersenyum selebar-lebarnya, saya berkata “ kan udah”… boleh lah ma main game 1 jam lagi aja? boleh..tapi untuk besok lagi ya… full smile ternyata membuat anak lebih nyaman walau ‘permintaannya ditolak’. Saat menjawab Tidak..pun..senyuuum terus mengembang.
·         KARUNIA KIBLAT, KARUNIA PENDENGAR & KARUNIA SHAFFAAT. Selama ini saya seringnya yang teringat selalu sama anak2, saat tiba-tiba mereka berbuat ‘heboh’, adalah keburukan2nya. Wajar, kadang jadinya sewot saat anak2 berperilaku menyebalkan. Tapi subhanallah, disaat anak nyebelin, yang saya lakukan berusaha ‘menghargai’ dulu, baru dicegah. Saya yang suka melabel diri saya sebagai bad listener, jadi termotivasi untuk mendengarkan anak saya bercerita, merasakan apa yang ada di dalam jiwanya, bukannya menyalah-nyalahkannya. Hari ini saya benar-benar praktek. (notes : klo dulu..klo anak nangis cengeng, saya langsung reflek ngomong ihhh..malu ihhh..cengeng…makanya lain kali blablabla..pusing kali ya anakku ngedengerin mamanya yang bawel dan ga pengertian). “Tiba-tiba sampai di rumah, yang biasanya si sulung tersenyum gembira disambut mamanya, tapi kali ini dia pulang dengan wajah unhappy. Bulir-bulir air mata mau keluar, Dimas kenapa, “tempat minumku ketinggalan, ma”. (hehehe..wajar dia nangis, itu tempat minum baru dibeliin eyangnya). Oohh..ketinggalan..yuuukkk..ngobrol dulu sama mama. Kami duduk bersama. Iya ma, ketinggalan di sekolah. Oohh..jadi ketinggalan ya.. Dimas sedih? Iya ma..sedih..(wajahnya itu lho, terlihat sedih sekali, saya ga tega klo mau ngelobi agar bisa ditunda esok hari..bisa “mutung”nya panjang…aku paham karakter si sulung ini) mau mama temenin nak, ke sekolah? Iya ma..mau… akhirnya kami semua kembali ke sekolahan si sulung..alhamdulillah hati ini ikhlas melakukannya. Adik-adiknya pun turut serta. Saat tiba di sekolah, langsung ke ruang kelas.., “tadi..Dimas taruuh di mana”..disitu..kok ga ada. Wajah sedihnya membuat hati sang mama yang banyak salah ini jadi terenyuh. (Tempat minum yang dicari ga ada, bu guru wali kelasnya sudah tidak ada ditempat, ruang gurupun sudah terkunci..kata bu guru yang lain yang masih di sekolah ada kemungkinan disimpan sama wali kelasnya atau terbawa sama temannya.) Jadi Dimas maunya gimana? Telpon bu guru donk ma… aku mau ngomong. Maaf nak, hp mama ketinggalan. Klo nanti dari rumah kita telpon boleh ga? Kunci ruang guru dimana ma? Juga ga ada…bu guru kan lagi rapat. Gimana donk..kita telpon dari rumah gimana nak? Ga lama kok..nanti mama telpon bu guru.. Adik2 kasian nunggu di mobil. Akhirnya, Dimas dengan wajah yang masih agak sedih mau pulang dengan tangan hampa. Saat dijalan, setelah Dimas tenang, sang mama bertanya “Dimas…yuukkk ngobrol ama mama, mau. Dimas sedih ya kehilangan tempat minum? Iya ma..sedih.. jadi menurut Dimas, enakkan mana..kehilangan barang atau ga kehilangan barang? Enakkan ga kehilangan barang… jadi.. sbaiknya apa yang dilakukan supaya ga kehilangan barang? (Dimas terdiam..tenang kembali) akhirnya mama nya nyaut “ artinya..sebelum bubar sekolah, barang2 yang dibawa di tas Dimas dicek-cek lagi ya…”…semoga terdiamnya dia..artinya si sulung sedang ‘mengembangkan otak cortex nya ..otak berfikir’.
 Subhanallah… betapa nikmatnya kucicipi dialog demi dialog bersama anakku, titipan terbaik dari Allah… Dulu mana pernah aku merasakan seperti ini. Ternyata benar ada aksi ada reaksi. Selama ini aku hobinya merangsang otak reptile anakku, anak jadi beku mikirnya..semuanya doktrin, harus..jangan..makanya..panas kuping..otak berfikir ga berkembang..malah membuat ratusan ribu sel saraf otaknya putus. Semoga Allah mengampuni dosaku selama ini.   

Begitulah pengalamanku selama 1 minggu ini pak Ikhsan…Makin terasa, bahwa memang anak itu banyak memberi daripada menerima… lewat anak bisa mendapatkan ‘surga sbelum surga’.  Saya sadar pak, bahwa puluhan tahun bermain dengan otak reptile, tidaklah mudah seperti semudah membalikkan telapak tangan. Kadang karena sang mama puluhan tahun lbh banyak  ‘di otak reptilenya’, saya kehilangan kata-kata untuk ‘berbicara’ sama anak…. Apalagi kalo pas anak sedang ‘menguji’, istighfar dulu (jk masih emosi)…memohon kekuatan dari Allah.. baru bisa mengutarakan lagi…Hikmah yang saya dapat, ternyata mengajak anak berfikir menuju jalan yang diridhoi Allah membutuhkan kejernihan hati dari orangtuanya.

Tapi, lewat curhat ini, semoga bisa menambah pembenaman dalam diri saya. Subhanallah, saya sering merinding2 pak, karena pengaruh energy positif yang kami tebarkan kepada anak2 .. kamipun menjadi rileks, membuat mereka lebih ‘kritis’, lebih ceria, dan tambah sayang sama orangtuanya. Segala pujian kami kepada mereka, kami lemparkan lagi ke Allah, saat mereka berbuat kebaikan sedikit, kami mengucapkan rasa syukur di depan mereka. Saat anakku, menepati janjinya main game Cuma 1 jam, aku langsung berdoa, “Terima kasih ya Allah..Kau anugerahkan pada kami anak sholeh yang mau menepati janjinya..terima kasih ya Allah”… anakku terlihat senangg sekali mendengar untaian rasa syukur itu. Bahkan beberapa saat kemudian, dia berkata “ma.. tadi aku hebat ya.. bisa menepati janji”. Seperti di APS share-kan, jika berulang-ulang, maka akan terekam di kepalanya bahwa aku butuh melakukan kebaikan. Tapi biar dia ga geer, kubilang..semua itu bisa terjadi atas campur tangan Allah Nak… makanya kita selalu mengucapkan.. Alhamdulillah.. Segala puji hanya milik… (apa nak).. Allah…

Terima kasih ya Allah..Engkau masih MEMBERI KAMI KESEMPATAN MEMPERBAIKI DIRI..

YA ALLAH, IJINKANLAH HAMBA MU YG DHOIF INI...MEMPRAKTEKKAN ILMU YG SUBHANALLAH INI BERHARAP ENGKAU RIDHO TERHADAP APA YG AKU LAKUKAN...
YA ALLAH..TANPA BIMBINGAN-MU.. ujian anak ini serasa berat..
hanya DENGAN BIMBINGAN-MU YA ALLAH.. aku mampu bangkit lagi..berusaha menjadi ibu yg sdkt lebih baik semata2 berharap ridho-Mu ya Allah.
Ya Allah..begitu banyak dosa yg telah kuberbuat terhadap anakku. apakah engkau sudi mengampuni aku ya Allah?
Ya Allah... bantulah aku utk lebih serius dlm fokus mendidik anak2ku… focus tidak terpecah-pecah oleh perhatian2 yang lain.

Ya Allah…aku sadar..bahwa ujian ‘anak’ ini adalah satu dari banyak ujian yang lain…. Kuatkanlah punggungku dalam menghadapi semua ujian-Mu ya Allah.. bantulah kami untuk mencari solusi terbaik yang Engkau ridhoi..bantulah kami untuk lebih memprioritaskan sesuatu yang membuatku lebih taat kepada-Mu sebagai seorang benteng rumahtangga…memprioritaskan keluarga.
Ya Allah..tunjukanlah mana lagi kelemahan2ku..lbh baik sekarang..drpd saat ajal menjemput aku tak mampu lagi merubah diriku ini ya Allah..

Ya Allah... selama ini aku telah menyia2kan anugrah terindah dari-Mu ya Allah... ampunilah dosaku berilah aku petunjuk jalan-Mu yang lurus..yg Engkau ridhoi..dan bukan Jalan yng Engkau murkai..dan bukan pula jalan orang yg sesat..
Ya Allah…bimbinglah kami ya Allah… pandulah kami ya Allah…dengan setetes kemampuan kami ini ya Allah.. dalam mendidik anak2 kami agar menjadi penyejuk mata dan hati dan pemimpin orang-orang yang bertakwa. .tunjukilah kami jalan dalam menggapai-Nya ya Allah.. hamba-Mu ini hanya mampu berikhtiar, namun selebihnya kuserahkan hasilnya kepada-Mu ya Allah.

AMiin ya robbal alamiin..

Dari hati sanubari yang paling dalam, saya hanya bisa mengucapkan ‘jazakallahu khairon katsiiroon”…Begitu banyak hal yang menggugah saya lewat APS ini ta’ terkatakan. Sampai sekarang, jika share dengan teman2.. saya ga berhenti merinding bergetar hati saya..  Dan ternyata, pak.. praktek dari APS ini tidak hanya bisa saya terapkan kepada anak, tapi juga kepada suami, asisten (mbak di rumah), teman..dll..dan efeknya subhanallah. Mohon maaf lahir batin jika ada yang tidak berkenan.
Semoga Allah melipatgandakan kebaikan bapak kepada kami semua..
Semoga Allah selalu melimpahkan hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua..amiiiin…


Salam persaudaraan dari kami di Duri..
Wassalamualaikum wr. Wb.
Eva Y. Dewantoro



Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "